Angin dingin membawa suara gemuruh gelombang yang mengguncang pantai Tanah Lot. Astaroth berdiri angkuh di atas kepala naga hitamnya, mengamati Arya, Rangda, dan Barong dengan senyum meremehkan.
"Kalian pikir bisa menghentikan apa yang sudah dimulai?" tanya Astaroth, suaranya bergema seperti petir. "Kegelapan sudah menancapkan akarnya di pulau ini. Melawan hanya akan memperlambat takdir."
Arya memegang erat topeng Rangda, merasakan kekuatan yang berdenyut di dalamnya. Ia tahu bahwa ini adalah saat krusial. Dengan tekad, ia menatap ke arah naga hitam itu dan berkata, "Takdir adalah sesuatu yang kita buat sendiri. Dan aku tidak akan membiarkan kegelapan menghancurkan Bali."
Serangan Dimulai
Astaroth mengayunkan tongkatnya, memanggil pusaran kabut hitam yang menyelimuti area pura. Kabut itu berubah menjadi makhluk-makhluk bayangan, menyerang dengan kecepatan yang mengejutkan.
Barong melompat ke depan, tubuhnya yang besar bercahaya terang, memancarkan energi pelindung yang menetralkan sebagian besar makhluk bayangan. "Arya, fokus pada Astaroth! Aku dan Rangda akan menangani ini!"
Arya mengangguk dan memasang topeng Rangda. Saat topeng itu menempel di wajahnya, kekuatan yang luar biasa membanjiri tubuhnya. Pandangannya menjadi lebih tajam, gerakannya lebih cepat, dan ia merasakan kehadiran Rangda di dalam pikirannya, membimbingnya.
"Sasaranmu adalah naga itu," kata suara Rangda dalam pikirannya. "Jatuhkan dia, dan kita bisa mengurangi kekuatan Astaroth."
Pertarungan Melawan Naga Hitam
Arya berlari menuju naga hitam itu. Dengan kecepatan dan kelincahan barunya, ia melompat ke atas, menghindari serangan dari ekor naga yang menghantam tanah dengan kekuatan dahsyat. Di udara, Arya mengarahkan serangan energi yang dipancarkan dari tangannya ke mata naga.
Serangan itu mengenai sasaran, membuat naga itu mengaum kesakitan. Namun, Astaroth tidak tinggal diam. Dengan satu ayunan tongkatnya, ia memanggil petir hitam yang menyambar ke arah Arya.
Arya nyaris tidak bisa menghindar, tetapi Rangda di dalam dirinya memberi panduan. "Gunakan lingkaran pelindung. Bayangkan cahaya terang yang melindungimu."
Arya memusatkan energinya, dan lingkaran pelindung berwarna merah muncul, memblokir petir hitam itu. Ia kemudian meluncur ke arah kepala naga, mengarahkan serangan terakhir dengan seluruh kekuatan yang ia miliki.
Serangan itu meledak dengan cahaya terang, menghantam kepala naga dan membuatnya tumbang. Astaroth terpental dari punggung naga, tetapi ia mendarat dengan anggun.
Konfrontasi dengan Astaroth
Astaroth berdiri dengan marah, tongkatnya bersinar lebih terang. "Kau pikir kau sudah menang? Ini baru permulaan!"
Arya, Rangda, dan Barong kini berdiri bersama, menghadapi Astaroth. Rangda melangkah maju, auranya yang penuh kekuatan menyelimuti area itu. "Kau mungkin kuat, Astaroth, tapi di tanah ini, kau hanya tamu. Dan tamu yang tidak diundang akan segera diusir."
Astaroth mengayunkan tongkatnya, memanggil bola energi besar yang mengarah langsung ke mereka. Rangda dan Barong bersatu, menciptakan pelindung energi yang memantulkan serangan itu kembali ke Astaroth.
Ledakan besar terjadi, mengguncang tanah dan menyapu kabut hitam yang menyelimuti Tanah Lot. Astaroth terluka, tetapi ia masih berdiri, meskipun terlihat goyah.
"Aku akan kembali," katanya sambil tertawa dingin. "Dan ketika aku melakukannya, kalian semua akan menyesal."
Dengan kata-kata terakhir itu, Astaroth menghilang ke dalam portal hitam, meninggalkan jejak kehancuran di belakangnya.
Kemenangan Sementara
Arya melepas topeng Rangda, tubuhnya terasa lelah tetapi puas. Ia menatap Barong dan Rangda, yang juga tampak waspada.
"Ini belum selesai," kata Rangda. "Astaroth hanya salah satu dari mereka. Lilith masih ada, dan Beelzebub mungkin akan turun tangan sendiri jika kita tidak bertindak cepat."
Arya mengangguk. "Apa langkah kita selanjutnya?"
Barong menatap ke arah laut yang kembali tenang. "Kita harus memanggil sekutu lain. Gunung Agung adalah kunci, tapi ada tempat lain yang bisa memberi kita kekuatan—Pura Besakih, pusat spiritual Bali. Di sana, kita mungkin bisa mendapatkan bantuan dari roh-roh suci."
Arya menghela napas dalam, menyadari bahwa perjalanan mereka masih panjang. Tetapi di balik rasa lelah itu, ia juga merasakan semangat baru.
"Bali tidak akan jatuh," katanya dengan tegas. "Kita akan melawan, apa pun yang terjadi."
Dengan tekad itu, mereka bersiap untuk langkah berikutnya dalam perang melawan kegelapan.
(Bersambung...)