Arya berdiri di tengah lingkaran ritual yang bersinar merah menyala. Sosok besar dengan tubuh dilapisi api hitam itu memandangnya dengan seringai penuh kebencian. Suara iblis itu menggema, memenuhi udara dengan kegetiran.
"Kau terlalu kecil untuk melawan kehendak kegelapan. Gunung ini akan menjadi awal kebangkitan kekuatan kami."
Arya tidak gentar. Dengan topeng Rangda di wajahnya, ia merasakan kekuatan kuno yang meluap dalam dirinya. Di belakangnya, Rangda dan Barong berdiri bersiap, menunggu saat untuk bertindak.
"Iblis," ujar Arya dengan suara penuh ketegasan, "aku tidak sendirian. Bali tidak akan tunduk pada kekuatan gelapmu."
Pertempuran di Lingkaran Ritual
Sosok besar itu, yang mengaku sebagai Belphegor, salah satu iblis kepercayaan Astaroth, mengayunkan tangannya, menciptakan semburan api hitam ke arah Arya. Dengan lincah, Arya melompat ke samping, menggunakan kekuatan Rangda untuk menciptakan perisai energi yang menahan serangan tersebut.
Di sisi lain lingkaran, Rangda dan Barong menyerang para pengikut Belphegor, mencegah mereka memperkuat ritual.
"Arya!" seru Rangda. "Lingkaran ini menghubungkan dunia kita dengan kegelapan. Kau harus memutuskan hubungan itu dari pusatnya!"
Arya melihat ke tengah lingkaran. Ada sebuah batu besar yang memancarkan energi gelap, di atasnya terukir simbol kuno yang menghubungkan dunia nyata dengan dimensi iblis. Namun, Belphegor berdiri di depan batu itu, melindunginya dengan seluruh kekuatannya.
"Tak ada yang bisa melewati aku!" raung Belphegor sambil menciptakan dinding api yang melingkari dirinya dan batu itu.
Bersatu dalam Kekuatan
Arya menatap Rangda dan Barong. "Aku butuh bantuan kalian. Kita harus menyerang bersama."
Rangda mengangguk. "Gabungkan kekuatan kita. Aku akan memecah dinding api itu, dan Barong akan melindungimu dari serangan Belphegor."
Arya merentangkan tangannya, merasakan energi dari kedua penjaganya. Kekuatan Barong yang stabil dan melindungi berpadu dengan kekuatan Rangda yang liar dan destruktif. Cahaya biru keemasan menyelimuti tubuh Arya, menciptakan aura yang membuat Belphegor mundur sejenak.
"Apa ini?" tanya Belphegor dengan kemarahan bercampur ketakutan.
Arya melompat ke udara, memusatkan seluruh energi yang ia miliki. Rangda menyerang dinding api dengan gelombang energi gelapnya, menghancurkan perlindungan Belphegor. Barong dengan sigap menahan serangan-serangan yang dilancarkan iblis itu, memberi Arya jalan untuk mencapai batu ritual.
Menghancurkan Lingkaran Kegelapan
Ketika Arya mendekati batu itu, ia merasakan energi gelap mencoba menahannya, membelit tubuhnya dengan bayangan pekat. Namun, ia tidak menyerah. Dengan sekuat tenaga, ia memanggil kekuatan topeng Rangda dan menciptakan cahaya yang membakar bayangan tersebut.
"Arya, cepat! Ritual ini hampir selesai!" teriak Rangda.
Arya mengangkat tangannya, menciptakan tombak cahaya yang berkilauan. Dengan teriakan penuh semangat, ia mengarahkan tombak itu ke batu ritual.
"Tidak!" raung Belphegor, berusaha menghentikannya. Namun, Barong melompat dan menghalangi serangan terakhir iblis itu.
Tombak cahaya itu menghantam batu ritual, menciptakan ledakan besar yang menerangi seluruh Pura Besakih. Lingkaran ritual hancur, dan energi gelap yang melingkupi tempat itu perlahan menghilang.
Kemenangan yang Pahit
Belphegor mengerang kesakitan sebelum akhirnya lenyap dalam semburan asap hitam. Para pengikutnya melarikan diri, meninggalkan Pura Besakih yang kembali sunyi.
Arya jatuh terduduk, napasnya terengah-engah. Rangda dan Barong mendekat, memastikan ia baik-baik saja.
"Kerja bagus," kata Rangda dengan nada bangga. "Kau berhasil memutus hubungan ini."
Namun, Barong memperingatkan, "Ini baru permulaan. Kegelapan masih ada, dan Astaroth pasti akan mencari cara lain untuk menerobos ke dunia ini."
Arya mengangguk, meskipun tubuhnya lelah, tekadnya tetap kuat. "Kita akan melawan mereka. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan Bali jatuh ke tangan mereka."
Di kejauhan, Gunung Agung berdiri megah, seolah menjadi saksi atas perjuangan mereka. Tetapi di balik keheningan itu, Arya tahu bahwa ancaman yang lebih besar sedang menunggu.