Perjalanan meninggalkan Bali terasa berat bagi Arya. Setelah menghadapi kegelapan di Danau Batur, ia kini harus mempersiapkan diri untuk tantangan yang lebih besar di Jawa. Laut tenang di bawah cahaya bulan, namun angin yang bertiup dingin membawa bisikan halus yang seakan memperingatkannya tentang bahaya yang akan datang.
Rangda, yang duduk di dekat haluan kapal, menatap cakrawala dengan wajah penuh pemikiran. "Gunung Merapi bukan tempat biasa. Energinya sangat kuat, dan jika segel di sana mulai retak, akan banyak makhluk gaib yang terbangun."
Barong mengangguk. "Bukan hanya makhluk-makhluk gaib Nusantara. Aku mencium jejak energi asing di sana. Astaroth dan pengikutnya mungkin sudah merencanakan sesuatu."
Vassago, melayang di atas Arya, berbicara dengan nada serius. "Ini lebih dari sekadar segel. Merapi adalah pusat keseimbangan untuk seluruh Jawa. Jika segel di sana gagal, semua energi yang tertahan di candi-candi kuno, makam-makam leluhur, dan tempat sakral lainnya bisa terlepas."
Arya hanya bisa mengangguk, mencoba menenangkan debaran jantungnya. "Kalau begitu, kita harus bergerak cepat."
Jejak di Candi Prambanan
Sesampainya di Jawa, kelompok itu memutuskan untuk menuju Candi Prambanan terlebih dahulu. Menurut Mpu Gandring, Prambanan adalah salah satu tempat yang memegang kunci untuk memperkuat segel Gunung Merapi. Candi ini dikenal sebagai tempat suci yang dijaga oleh para leluhur dan dihormati sebagai pusat spiritualitas Jawa.
Namun, begitu mereka tiba, suasana di candi terasa berbeda. Kabut tebal menyelimuti area, dan udara di sekitarnya terasa berat. Di tengah lapangan utama, seorang wanita berjubah putih berdiri, matanya tertutup kain hitam.
"Siapa kalian yang berani mendekati tempat ini?" tanyanya dengan suara lembut namun penuh wibawa.
Arya melangkah maju. "Kami datang untuk melindungi segel di Gunung Merapi. Apakah Anda penjaga candi ini?"
Wanita itu membuka kain hitam yang menutupi matanya, memperlihatkan tatapan tajam yang seolah menembus jiwa Arya. "Aku adalah Nyai Roro, penjaga Prambanan. Jika kalian benar-benar ingin melindungi segel, buktikan bahwa kalian layak untuk membawa pusaka candi ini."
Ujian di Prambanan
Nyai Roro menjelaskan bahwa Arya harus melewati ujian spiritual untuk mendapatkan pusaka dari Prambanan, yang berupa sebilah keris kuno bernama Kyai Nagasasra. Keris ini merupakan salah satu kunci untuk memperkuat segel di Merapi.
"Ujian ini bukan hanya tentang kekuatan," kata Nyai Roro. "Ini tentang hati dan kemurnian niatmu. Banyak yang mencoba, tetapi gagal karena mereka tidak memahami apa arti sebenarnya dari menjaga keseimbangan."
Arya harus memasuki ruang gaib di dalam candi, di mana ia akan dihadapkan pada ilusi-ilusi yang menguji ketakutannya, rasa bersalahnya, dan keserakahannya.
Di dalam ruang tersebut, Arya melihat bayangan masa lalunya kesalahan-kesalahan yang pernah ia buat dan rasa bersalah yang selama ini ia pendam. Ia juga dihadapkan pada godaan kekuasaan besar yang ditawarkan oleh Astaroth.
Namun, dengan bantuan Vassago yang terus memberinya dorongan, Arya mampu mengatasi semua itu. Ia memahami bahwa kekuatan sejati berasal dari niat yang tulus untuk melindungi, bukan untuk mencari keuntungan pribadi.
Nagasasra, Kunci Segel Merapi
Setelah berhasil melewati ujian, Arya keluar dari ruang gaib dengan keris Kyai Nagasasra di tangannya. Energi dari keris tersebut terasa hidup, seolah merespons semangat Arya. Nyai Roro tersenyum tipis, matanya penuh kebanggaan.
"Kau telah membuktikan dirimu, Arya. Keris itu akan membantumu menjaga keseimbangan di Merapi. Tapi ingat, perjalananmu baru dimulai. Banyak tantangan yang lebih besar menunggumu."
Rangda dan Barong menyambut Arya dengan bangga. "Kau telah menunjukkan bahwa kau layak, Arya," kata Rangda. "Tapi kita harus segera menuju Merapi. Waktunya tidak banyak."
Bayangan di Gunung Merapi
Saat mereka mendekati Gunung Merapi, Arya mulai merasakan kehadiran sesuatu yang besar dan gelap. Gunung itu berdiri megah di kejauhan, dengan asap yang terus mengepul dari kawahnya. Vassago melayang lebih rendah, wajahnya dipenuhi kekhawatiran.
"Energi di sini jauh lebih kuat daripada di Bali," katanya. "Makhluk-makhluk yang terkunci di segel Merapi mungkin sudah mulai bangkit."
Di sepanjang perjalanan menuju puncak, mereka menemukan jejak-jejak kehancuran: pepohonan yang hangus, suara-suara gemuruh dari dalam tanah, dan bayangan-bayangan yang bergerak cepat di antara kabut.
Namun, di puncak Merapi, Arya melihat sesuatu yang membuatnya merinding. Sebuah portal besar berdiri di tengah kawah, memancarkan cahaya ungu yang berkilauan. Di depan portal itu, sosok besar berdiri dengan aura gelap yang mengintimidasi.
"Astaroth," gumam Arya, tangannya menggenggam erat keris Nagasasra.
Sosok itu berbalik, menunjukkan wujudnya yang menyeramkan dengan mata yang bersinar merah. "Kalian datang tepat waktu," katanya dengan suara yang bergema. "Saksikan kehancuran Nusantara dimulai dari sini."
Pertempuran di Puncak Merapi
Dengan pusaka di tangan dan semangat untuk melindungi Nusantara, Arya bersiap menghadapi pertempuran terbesar dalam hidupnya. Namun, ia tahu bahwa ini baru permulaan. Kegelapan yang mencoba menguasai dunia tidak akan menyerah begitu saja, dan ia harus menggunakan segala yang telah ia pelajari untuk menghentikannya.
(Bersambung...)