Chereads / Jejak Misteri di Tanah Nusantara / Chapter 21 - Perlawanan di Puncak Merapi

Chapter 21 - Perlawanan di Puncak Merapi

Puncak Gunung Merapi menggeliat seperti makhluk hidup. Lava berwarna merah menyala mengalir lambat dari celah-celah kawah, menyatu dengan gemuruh tanah yang terus bergetar. Di hadapan Arya, portal bercahaya ungu semakin besar, memuntahkan angin dingin yang terasa tidak wajar. Sosok Astaroth berdiri kokoh, memancarkan aura gelap yang membuat udara di sekitar mereka berat.

"Kau akhirnya tiba, Arya," kata Astaroth, suaranya dalam dan menggema. "Aku telah menunggu momen ini. Kekuatanmu, pusaka yang kau bawa, semua adalah bagian dari rencanaku."

Arya menggenggam keris Kyai Nagasasra erat-erat. "Kau tidak akan berhasil, Astaroth. Nusantara bukan milikmu."

Astaroth tertawa, suaranya seperti gemuruh badai. "Nusantara telah lama terpecah. Kau pikir kau bisa melindungi segel-segel ini sendirian? Aku akan menunjukkan padamu apa arti kekuatan sejati."

Serangan Gelap

Dengan satu gerakan tangannya, Astaroth memanggil pasukan makhluk gaib yang muncul dari portal. Bayangan hitam besar dengan mata menyala merah melompat keluar, mengeluarkan raungan yang membuat tanah di sekitar mereka bergetar.

Barong maju ke depan, bulunya bersinar keemasan. "Arya, fokus pada portalnya! Aku dan Rangda akan menangani pasukan ini."

Rangda tertawa kecil, suaranya penuh tekad. "Sudah lama aku tidak bertarung seperti ini. Ayo, Barong. Kita buktikan bahwa kekuatan Nusantara masih hidup."

Arya mengangguk dan melangkah maju menuju portal, kerisnya memancarkan cahaya yang melawan energi gelap di sekitarnya. Namun, Astaroth tidak tinggal diam. Ia melayang turun, menghentikan langkah Arya dengan ayunan tangan yang memunculkan gelombang energi hitam.

Arya melompat menghindar, namun gelombang itu menghancurkan batu di sekitarnya. "Kau tidak akan melewati aku, bocah!" teriak Astaroth.

Pusaka Melawan Kegelapan

Arya tahu bahwa ia tidak bisa mengalahkan Astaroth hanya dengan kekuatan fisik. Ia harus menggunakan pusaka yang dimilikinya, tidak hanya sebagai senjata, tetapi sebagai penyalur energi Nusantara. Ia memusatkan pikirannya, mengingat pelajaran yang ia dapatkan selama perjalanan.

"Fokuskan niatmu," suara Nyai Roro terngiang di kepalanya. "Pusaka ini adalah perpanjangan dari hatimu. Jika kau tidak yakin, ia tidak akan merespons."

Dengan napas yang dalam, Arya merasakan energi dari keris Kyai Nagasasra mengalir melalui tubuhnya. Cahaya kuning keemasan muncul, melawan kegelapan yang melingkupinya. Astaroth terlihat terkejut, namun hanya untuk sesaat. Ia kembali menyerang, melepaskan petir-petir gelap yang mengarah langsung ke Arya.

Arya memutar kerisnya, menciptakan perisai energi yang memblokir serangan tersebut. Namun, setiap serangan Astaroth semakin kuat, membuat Arya harus terus mundur.

"Aku harus menutup portal itu," pikir Arya. "Selama portal itu terbuka, kekuatannya tidak akan habis."

Pengorbanan Rangda

Di tengah pertempuran, Rangda dan Barong bertarung sengit melawan pasukan Astaroth. Namun, jumlah musuh terlalu banyak. Rangda, yang sudah kelelahan, menyadari bahwa mereka tidak bisa menang jika portal terus terbuka.

"Arya!" teriaknya. "Pergunakan waktuku dengan baik."

Sebelum Arya sempat menjawab, Rangda melompat ke arah portal, tubuhnya berubah menjadi bayangan hitam pekat. Dengan seluruh kekuatannya, ia menciptakan penghalang sementara yang menahan aliran energi portal. Namun, ini memakan energi kehidupannya.

"Rangda!" teriak Arya, matanya membelalak.

Barong menghentikan makhluk yang mendekat ke Arya dan berteriak, "Jangan sia-siakan pengorbanannya! Tutup portal itu sekarang!"

Serangan Terakhir

Dengan tekad membara, Arya melangkah maju, mengabaikan rasa sakit dan kelelahan. Ia mengarahkan keris Kyai Nagasasra ke portal, memusatkan seluruh energinya. Kata-kata Mpu Gandring kembali terngiang: "Segel adalah penyeimbang. Kau adalah penjaga yang menghubungkan kekuatan manusia dan alam."

Cahaya terang muncul dari keris, melesat ke arah portal. Astaroth menyadari bahaya itu dan mencoba menghentikan Arya, tetapi Barong menahan serangannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu, iblis!" seru Barong.

Energi dari keris Arya mengenai portal, menciptakan ledakan besar yang mengguncang puncak Gunung Merapi. Portal itu mulai menyusut, dan makhluk-makhluk gaib yang keluar darinya mulai menghilang.

Namun, sebelum portal benar-benar tertutup, Astaroth melontarkan ancamannya. "Ini belum berakhir, Arya! Aku akan kembali, dan Nusantara akan menjadi milikku!"

Portal menghilang sepenuhnya, meninggalkan keheningan yang mencekam.

Kehilangan dan Janji

Arya berdiri terengah-engah, tubuhnya lemah. Ia menoleh mencari Rangda, tetapi sosoknya tidak terlihat. Barong mendekat, matanya dipenuhi kesedihan.

"Rangda telah mengorbankan dirinya untuk menutup portal," katanya lirih.

Arya merasakan dadanya sesak. Meskipun Rangda adalah sosok yang sering dianggap jahat, ia telah menunjukkan keberanian dan pengorbanan yang luar biasa.

"Kita tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanannya," kata Arya dengan suara gemetar. "Segel di Merapi aman untuk sekarang, tapi perjalanan kita belum selesai. Masih ada segel-segel lain yang harus kita lindungi."

Barong mengangguk. "Rangda akan selalu menjadi bagian dari perjuangan ini. Kita harus terus maju."

Dengan tekad baru, Arya memandang ke arah cakrawala. Perjalanan ke tempat-tempat lain di Nusantara menanti, dan ia tahu bahwa tantangan yang lebih besar sudah menunggu.

(Bersambung...)