Setelah berhasil memperkuat segel di Borobudur, Arya, Barong, dan Vassago melanjutkan perjalanan mereka ke Candi Prambanan. Mereka menyadari bahwa setiap lokasi menyimpan tantangan unik dan rahasia Nusantara yang harus dipahami lebih dalam.
Perjalanan menuju Prambanan dipenuhi dengan keheningan, karena Arya masih merenungkan apa yang telah ia alami di Borobudur. Kekuatan segel Nusantara ternyata lebih kompleks dari yang ia bayangkan, melibatkan harmoni antara kekuatan spiritual, sejarah, dan manusia.
Aura Gelap di Prambanan
Saat mereka tiba di Prambanan, Arya langsung merasakan keanehan. Candi-candi megah dengan ukiran yang menceritakan kisah Ramayana itu tampak tak bersahabat. Ada aura gelap yang menyelimuti, seolah sesuatu yang jahat sedang mengintai dari balik bayangan.
"Tempat ini dipenuhi energi yang kacau," kata Vassago dengan nada serius. "Seseorang atau sesuatu telah mempengaruhi keseimbangan di sini."
Barong melangkah lebih dekat ke candi utama. "Ini tidak biasa. Penjaga segel di sini seharusnya menjaga harmoni, tapi aku tidak merasakan kehadirannya."
Arya mengikuti, memasuki kompleks candi. Ketika ia menyentuh salah satu dinding candi, sebuah gambaran melintas di pikirannya: seorang wanita cantik dengan pakaian tradisional Jawa, berdiri di tengah lautan api. Suaranya terdengar seperti bisikan lembut.
"Selamatkan aku..."
"Arya, ada apa?" tanya Barong, menyadari perubahan ekspresi Arya.
"Aku melihat seseorang," jawab Arya. "Seorang wanita, dia seperti sedang terjebak... atau mungkin terkurung."
"Kalau begitu, kita harus menemukan sumber energi ini," kata Barong.
Pertemuan dengan Loro Jonggrang
Ketika mereka melangkah lebih jauh ke dalam kompleks Prambanan, udara di sekitar mereka menjadi semakin berat. Langit yang sebelumnya cerah perlahan berubah mendung, dan suara angin membawa bisikan-bisikan yang tidak jelas.
Di tengah candi utama, mereka bertemu dengan sosok wanita yang sama dengan yang Arya lihat dalam penglihatannya. Wanita itu mengenakan kain kebaya yang elegan, dengan rambut panjang yang tersusun rapi. Namun, matanya memancarkan kesedihan yang mendalam.
"Aku adalah Loro Jonggrang," katanya, suaranya lembut tetapi penuh penderitaan. "Aku pernah menjadi penjaga segel di sini, tetapi kini aku terkurung oleh kutukan."
"Kutukan?" Arya bertanya, mencoba memahami.
Loro Jonggrang mengangguk. "Kutukan ini berasal dari masa lalu, ketika aku menolak cinta Bandung Bondowoso. Dalam amarahnya, ia mengutukku menjadi bagian dari candi ini. Energi dari segel Prambanan bergantung pada keharmonisan, tetapi dendam yang terpendam telah menciptakan retakan di segel ini."
Arya menghela napas dalam. "Bagaimana aku bisa membantumu?"
"Kau harus membebaskan jiwaku dari kutukan ini," kata Loro Jonggrang. "Tapi hati-hati, karena Bandung Bondowoso tidak akan diam saja. Energinya masih bersemayam di sini, berusaha menghancurkan segel sepenuhnya."
Pertarungan dengan Bandung Bondowoso
Tiba-tiba, bumi bergetar. Dari bayang-bayang candi, muncul sosok besar dengan mata menyala merah. Bandung Bondowoso, dalam wujud roh yang penuh dendam, berdiri menghadang Arya dan yang lain.
"Beraninya kau mencoba mengusik kutukanku!" suaranya menggelegar.
Arya menghunus keris Kyai Nagasasra, bersiap menghadapi ancaman itu. Namun, Bandung Bondowoso bukanlah musuh biasa. Dengan satu gerakan tangan, ia menciptakan badai energi gelap yang menyerang Arya.
Barong melompat maju, melindungi Arya dari serangan pertama. "Hati-hati, Arya! Energinya luar biasa kuat."
Arya mencoba menenangkan pikirannya, mengingat apa yang telah ia pelajari selama perjalanannya. "Bandung Bondowoso, aku tidak datang untuk melawanmu. Aku hanya ingin memulihkan keseimbangan segel ini."
"Pemulihan segel berarti membebaskan Loro Jonggrang," kata Bandung Bondowoso dengan suara penuh amarah. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
Pertarungan pun tak terhindarkan. Arya, dengan bantuan Barong dan Vassago, melawan Bandung Bondowoso dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Setiap serangan yang Arya lancarkan dengan kerisnya tampaknya tidak cukup kuat untuk mengalahkan roh dendam itu.
Namun, di tengah pertarungan, Loro Jonggrang muncul di belakang Bandung Bondowoso. Dengan suara penuh ketenangan, ia berkata, "Bandung, cukup. Ini sudah waktunya."
Akhir Kutukan
Bandung Bondowoso berbalik, menatap Loro Jonggrang dengan tatapan yang kompleks, campuran antara cinta dan kebencian.
"Aku tidak pernah berhenti mencintaimu," katanya pelan.
"Tapi cinta yang kau bawa berubah menjadi kutukan, dan itu menghancurkan segalanya," jawab Loro Jonggrang. "Kita harus melepaskan masa lalu ini untuk menyelamatkan dunia."
Dengan dorongan dari Loro Jonggrang, Arya menggunakan kerisnya untuk memecahkan energi gelap yang mengikat keduanya. Cahaya terang memenuhi candi, mengusir kegelapan dan memulihkan harmoni.
Bandung Bondowoso menghilang perlahan, meninggalkan jejak air mata di wajahnya. Loro Jonggrang tersenyum lembut pada Arya.
"Terima kasih telah membebaskan kami," katanya. "Kini segel Prambanan kembali kuat, dan keseimbangan di sini akan terjaga."