Chereads / Jejak Misteri di Tanah Nusantara / Chapter 17 - Gerbang Kegelapan

Chapter 17 - Gerbang Kegelapan

Setibanya di Pura Dalem Penataran, suasana semakin mencekam. Kabut tebal menyelimuti area pura, membuat cahaya bulan hampir tak terlihat. Suara angin yang menderu membawa bisikan-bisikan samar, seolah ada sesuatu yang mengintai di balik kegelapan. Arya memegang erat belati pusaka yang diberi Barong, merasakan energi hangat yang seolah memberinya keberanian.

"Ini tempatnya," ujar Vassago dengan nada berat. "Di bawah pura ini, portal itu tersembunyi. Tapi jangan berpikir kalian bisa masuk begitu saja. Astaroth pasti sudah menyiapkan penjaga."

Rangda menatap tajam ke arah pura. "Penjaga itu tidak akan menghentikan kita. Arya, kau harus tetap fokus. Aku dan Barong akan melindungimu. Kau yang membawa kunci untuk menghentikan semua ini."

Arya mengangguk, meskipun kakinya terasa berat. Di dalam hatinya, ia tahu pertempuran ini akan menjadi ujian terbesar dalam hidupnya.

Penjaga Gerbang

Mereka melangkah ke dalam pura, melewati gerbang besar yang dihiasi ukiran dewa-dewa Bali. Udara di dalam terasa lebih dingin, seperti menyentuh dunia lain. Tiba-tiba, sebuah suara menggelegar memenuhi ruangan.

"Beraninya kalian memasuki wilayahku!"

Dari balik bayangan, muncul sesosok makhluk besar berbentuk hibrida antara manusia dan singa. Tubuhnya berotot dengan bulu keemasan yang memancarkan aura panas, matanya bersinar merah menyala. Ia adalah Bael, salah satu iblis pelindung Astaroth yang dikenal sebagai raja penguasa pasukan neraka.

"Kalian pikir bisa melawan kekuatan kami? Astaroth sudah meramalkan kedatangan kalian. Semua upaya kalian sia-sia!"

Rangda maju, matanya bersinar dengan aura magisnya. "Bael, kau tidak tahu siapa yang kau hadapi. Aku bukan lagi hanya Rangda, aku adalah penjaga Bali. Jika kau ingin menghentikan kami, kau harus melewati tubuhku!"

Pertempuran dimulai. Barong dan Rangda menghadapi Bael dengan kekuatan mereka, menciptakan ledakan energi yang mengguncang pura. Arya mencoba mencari jalan ke altar utama, di mana portal yang disebutkan Vassago berada.

Menghadapi Bayangan di Dalam

Di tengah perjalanannya, Arya merasa seperti berjalan dalam mimpi. Suara bisikan semakin jelas, memanggil namanya dengan nada lembut namun menakutkan. Ia melihat bayangan-bayangan dari masa lalunya, ibunya, ayahnya, dan momen-momen ketika ia merasa lemah dan gagal.

"Kau bukan siapa-siapa," suara itu berkata. "Kau hanya seorang anak yang terjebak dalam permainan besar. Tinggalkan ini, dan kau bisa hidup damai."

Arya menghentikan langkahnya. Sebuah bayangan besar muncul di depannya, membentuk sosok dirinya sendiri.

"Kau tidak cukup kuat untuk ini," kata bayangan itu. "Lepaskan pusaka itu dan kembali ke kehidupanmu yang biasa."

Arya merasakan keraguan merayapi dirinya. Namun, suara ibunya terlintas di pikirannya: "Takdir kita bukan untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi."

Ia menggenggam belatinya erat-erat dan berteriak, "Aku mungkin tidak sempurna, tapi aku tidak akan menyerah!" Dengan sekali tebas, ia menghancurkan bayangan itu, membuat jalannya kembali terang.

Ritual di Depan Portal

Arya akhirnya tiba di altar utama. Di depannya berdiri portal yang berputar seperti pusaran api hitam, memancarkan energi yang begitu kuat hingga membuatnya hampir jatuh. Vassago muncul di sampingnya, wajahnya tegang.

"Kau harus menggunakan pusaka itu untuk menutup portal. Tapi kau harus tahu, ini bukan tanpa risiko. Portal ini terhubung langsung ke dunia Astaroth. Jika kau terlalu dekat, dia bisa menarikmu masuk."

Arya mengangguk, berusaha tetap tenang. Ia mengangkat belatinya, memusatkan energinya seperti yang diajarkan Rangda. Cahaya keemasan mulai memancar dari pusaka tersebut, mengarah ke portal.

Namun, sebelum ia sempat menyelesaikan ritualnya, portal itu mulai bergetar hebat. Dari dalam pusaran, muncul sesosok besar dengan tanduk melengkung dan sayap hitam besar. Ia adalah Astaroth, dalam wujud aslinya.

"Kau pikir bisa menghentikanku dengan kekuatan kecil itu?" suara Astaroth mengguncang ruangan. "Kalian hanya boneka kecil di tanganku!"

Pertarungan Terakhir

Astaroth menyerang Arya dengan gelombang energi gelap, tetapi Rangda dan Barong tiba tepat waktu untuk melindunginya. "Teruskan ritual itu, Arya!" teriak Rangda sambil menahan serangan Astaroth dengan kekuatan magisnya.

Barong menerjang maju, bertarung dengan Astaroth dalam pertempuran yang mengguncang seluruh pura. Meski tubuhnya kecil dibandingkan musuhnya, Barong menunjukkan keberanian luar biasa.

Arya menutup matanya, memfokuskan seluruh energinya pada pusaka. Ia merasa seperti ditarik ke dalam portal, tetapi suara Vassago membimbingnya, "Jangan biarkan kegelapan merasukimu. Fokus pada cahaya di dalam hatimu."

Cahaya dari pusaka semakin terang, memenuhi seluruh ruangan. Astaroth mengeluarkan raungan keras, mencoba menghentikan Arya, tetapi sinar itu terlalu kuat.

"Ini belum selesai!" teriak Astaroth sebelum akhirnya wujudnya tersedot kembali ke dalam portal.

Portal itu perlahan menutup, dan suara kegelapan menghilang. Arya terjatuh ke lantai, napasnya tersengal-sengal. Rangda dan Barong mendekatinya, memastikan ia baik-baik saja.

"Kerja bagus, anak muda," kata Barong sambil tersenyum. "Kau telah menyelamatkan Bali, setidaknya untuk saat ini."

Arya menatap Rangda. "Apakah ini sudah selesai?"

Rangda menggelengkan kepalanya. "Astaroth telah mundur, tetapi dia tidak akan menyerah. Kita harus tetap bersiap. Masih ada banyak kegelapan yang mengintai."

Arya mengangguk. Dalam hatinya, ia tahu perjalanan ini belum selesai. Tapi untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar siap menghadapi apa pun yang datang.

(Bersambung...)