Setelah ritual di Pura Dalem Penataran, suasana terasa lebih tenang, tetapi Arya merasakan keganjilan. Angin yang biasanya membawa aroma khas dupa Bali terasa lebih berat, seperti membawa sesuatu yang tak kasatmata. Rangda berdiri di atas altar dengan wajah tegang, matanya memandangi horizon di mana cahaya bulan mulai meredup.
"Kau merasa ada yang aneh, bukan?" tanya Rangda kepada Arya, suaranya dingin namun penuh arti.
Arya mengangguk. "Meski portal itu tertutup, kenapa rasanya ini belum selesai? Energi di sekitar kita masih terasa... gelap."
Barong mendekat, tubuhnya yang berkilau seperti terkena bias cahaya mistis. "Itu karena Astaroth tidak benar-benar ada di sini."
Arya menatap Barong dengan kebingungan. "Maksudmu, itu bukan Astaroth yang sebenarnya?"
Rangda menjelaskan, "Yang kau hadapi hanyalah bayangan, pantulan kekuatannya yang digunakan untuk menguji Bali. Tujuannya bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk melemahkan segel yang sudah lama ada di tanah ini."
Rahasia Segel Nusantara
Barong melanjutkan dengan nada serius. "Ratusan tahun yang lalu, para leluhur Bali, bersama tokoh-tokoh spiritual dari penjuru Nusantara, menciptakan segel besar untuk mengunci kekuatan jahat dari dimensi lain. Segel ini tidak hanya melindungi Bali, tetapi juga seluruh Nusantara. Jin-jin kuat, iblis, dan makhluk gaib yang haus kekuatan tidak bisa bergerak bebas."
Arya memandang Rangda, matanya dipenuhi rasa ingin tahu. "Jadi, segel ini bukan hanya tentang Bali?"
"Benar," kata Rangda. "Segel itu berada di beberapa titik sakral di Nusantara, tetapi salah satu titik terkuatnya ada di Bali, di Danau Batur."
Arya teringat perkataan wanita tua di Trunyan tentang keseimbangan yang terganggu. "Dan sekarang mereka mencoba membukanya?"
Rangda mengangguk. "Bayangan Astaroth tadi adalah ujung dari rencana besar mereka. Jika segel di Bali terbuka, segel lainnya di seluruh Nusantara akan melemah. Jin-jin kuat yang terkunci selama berabad-abad akan terlepas, dan kekacauan akan melanda."
Petunjuk dari Masa Lalu
Vassago, jin pendamping Arya, muncul dengan ekspresi serius. "Ini bukan kebetulan. Astaroth dan para iblis dari barat tidak bisa bergerak sembarangan di sini. Mereka menggunakan celah-celah kecil untuk menyusup. Seseorang atau sesuatu di Bali mungkin telah memanggil mereka."
Arya menatap Vassago dengan curiga. "Seseorang? Siapa yang cukup gila untuk memanggil kekuatan sebesar itu?"
"Ada banyak manusia yang terobsesi dengan kekuasaan," jawab Vassago. "Mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan kekuatan dari dimensi lain, bahkan jika itu berarti menghancurkan tanah mereka sendiri."
Rangda menarik napas dalam-dalam. "Arya, kita harus kembali ke Danau Batur. Di sanalah semuanya dimulai, dan di sanalah segel utama berada. Jika mereka berencana membuka segel, mereka pasti akan melakukannya di sana."
Perjalanan ke Danau Batur
Dalam perjalanan ke Danau Batur, Arya tidak bisa menghilangkan rasa takut yang menggantung di hatinya. Ia membayangkan apa yang akan terjadi jika segel itu benar-benar terbuka. Jin-jin yang selama ini hanya menjadi cerita rakyat mungkin akan muncul dan membawa kehancuran.
Saat mereka mendekati danau, udara semakin dingin, dan kabut tebal kembali menyelimuti. Tetapi kali ini, kabut itu terasa hidup, seolah menyembunyikan sesuatu yang jahat.
"Berhati-hatilah," bisik Barong. "Mereka tahu kita akan datang."
Tiba-tiba, dari dalam kabut, muncul sosok-sosok besar dengan mata menyala merah. Mereka adalah makhluk gaib yang terlihat seperti perpaduan manusia dan binatang buas, dengan cakar tajam dan taring yang mengerikan.
"Pengawal portal," gumam Rangda. "Mereka akan melakukan segalanya untuk menghentikan kita."
Pertarungan di Danau Batur
Rangda dan Barong maju ke depan, menghadapi makhluk-makhluk itu dengan kekuatan mereka. Rangda melepaskan mantra-mantra yang membakar udara, sementara Barong menggunakan tubuhnya untuk melindungi Arya.
Arya mencoba mendekati pusat danau, tempat segel utama berada, tetapi jalannya dihalangi oleh bayangan gelap yang bergerak seperti ombak. Ia menggenggam belatinya erat-erat, merasakan energi pusaka itu mengalir ke tubuhnya.
Di tengah kekacauan, Vassago muncul di sebelahnya. "Kita harus mencapai altar utama. Hanya dengan energi pusaka itu kau bisa memperkuat segel."
Arya berlari sekuat tenaga, menghindari serangan bayangan-bayangan itu. Di tengah danau, ia melihat altar besar yang dikelilingi lingkaran energi gelap. Di atas altar, ada sebuah simbol kuno yang terlihat retak, memancarkan cahaya redup.
Mencoba Memperkuat Segel
Arya naik ke altar, mengangkat belatinya seperti yang diajarkan Rangda. Ia merasakan pusaka itu bergetar, seolah menyerap energi dari sekitarnya. Tetapi bayangan gelap semakin mendekat, mencoba menghentikannya.
"Arya, cepatlah!" teriak Rangda yang masih bertarung dengan para penjaga.
Arya memfokuskan pikirannya, membayangkan segel itu kembali utuh. Cahaya dari belatinya mulai menyebar, mengusir bayangan-bayangan yang mengelilinginya. Tetapi saat ia hampir berhasil, sebuah suara berat bergema di udara.
"Kau tidak akan menghentikanku, anak manusia."
Arya menoleh dan melihat bayangan besar di atas danau. Wujud itu tidak memiliki bentuk jelas, tetapi energi yang dipancarkannya membuat tubuh Arya gemetar. Itu adalah Astaroth, kali ini dalam bentuk penuh kuasanya.
"Kalian hanya menunda takdir. Segel ini akan runtuh, dan Nusantara akan menjadi milik kami!"
Arya memandang bayangan itu dengan ketakutan, tetapi suara Rangda di belakangnya memberinya kekuatan. "Arya, kau adalah kunci! Percayalah pada dirimu sendiri!"
Dengan seluruh keberaniannya, Arya mengarahkan pusaka itu ke simbol segel. Cahaya terang meledak dari altar, menghancurkan bayangan-bayangan di sekitarnya. Astaroth mengeluarkan raungan marah sebelum wujudnya menghilang.
Ketika semuanya tenang, Arya jatuh terduduk, kelelahan. Rangda dan Barong mendekatinya, memastikan ia baik-baik saja.
"Untuk saat ini, segel itu aman," kata Rangda. "Tapi ini belum selesai. Mereka akan kembali, dan kita harus bersiap."
Arya mengangguk. Dalam hatinya, ia tahu perjalanan ini masih panjang. Tetapi ia juga tahu ia tidak sendirian. Bersama Rangda, Barong, dan Vassago, ia akan melindungi Nusantara dari kegelapan apa pun yang mencoba menguasainya.
(Bersambung...)