Chereads / Jejak Misteri di Tanah Nusantara / Chapter 19 - Retaknya Segel Nusantara

Chapter 19 - Retaknya Segel Nusantara

Udara di Danau Batur kembali tenang setelah ledakan cahaya yang memenuhi altar. Pusaka di tangan Arya meredup, menyisakan kilauan lembut yang perlahan memudar. Tubuhnya terasa lemah, namun ia masih mampu berdiri. Rangda dan Barong berdiri di sisinya, memperhatikan simbol segel yang kini bersinar terang, menandakan bahwa energi kuno itu telah kembali terkunci.

Namun, ketenangan itu terasa palsu. Arya menatap air danau yang tenang, seolah-olah menyimpan rahasia yang tidak ingin ia ungkapkan.

"Segelnya aman," kata Rangda, suaranya penuh kewaspadaan. "Tapi ada sesuatu yang salah. Aku bisa merasakannya."

Barong mengangguk, bulu tubuhnya berdiri seolah merasakan ancaman yang tak kasatmata. "Ini bukan akhir, hanya awal dari sesuatu yang lebih besar."

Pesan dari Dimensi Lain

Tiba-tiba, pusaka di tangan Arya bergetar hebat, dan kilatan cahaya muncul di udara di depan mereka. Dari dalam cahaya itu, muncul sosok lelaki tua berjubah putih dengan wajah yang bijaksana namun muram. Itu adalah Mpu Gandring, roh kuno yang menjaga keseimbangan Nusantara.

"Segel di Bali memang terkunci kembali," kata Mpu Gandring dengan suara dalam yang bergema, "tetapi ritual ini membawa konsekuensi besar."

Arya menatapnya dengan bingung. "Apa maksudmu? Bukankah ini yang harus kita lakukan?"

"Benar," jawab Mpu Gandring. "Namun, energi yang dilepaskan untuk memperkuat segel Bali telah memengaruhi keseimbangan di Nusantara. Segel-segel lain yang terhubung di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua mulai retak. Kekuatan yang terkunci di sana perlahan-lahan terbangun."

Arya merasakan dadanya berat. "Jadi... aku malah memperburuk keadaan?"

Mpu Gandring menggeleng. "Tidak. Apa yang kau lakukan di sini benar. Jika segel Bali hancur, semua segel lain akan runtuh bersamaan. Namun, retakan ini adalah harga yang harus dibayar. Kau telah menyelamatkan satu segel, tetapi kini kau harus menghadapi ancaman di segel-segel lainnya."

Gejolak Nusantara

Rangda melangkah maju, matanya bersinar dengan api tekad. "Jika segel-segel itu mulai terbuka, kita harus bergerak cepat. Jin-jin yang terkunci di sana jauh lebih kuat, dan beberapa di antaranya bahkan lebih tua daripada aku."

Barong mengangguk. "Benar. Di Jawa, Gunung Merapi menjadi pusat energi yang mulai bergolak. Di Sumatera, makhluk-makhluk dari dasar Danau Toba mulai bergerak. Dan di Kalimantan, hutan lebat tidak lagi sunyi seperti sebelumnya. Kita harus bertindak sebelum semuanya terlambat."

Vassago, jin pendamping Arya, melayang mendekat, wajahnya penuh kecemasan. "Ini adalah ujian yang lebih besar, Arya. Kau tidak hanya berhadapan dengan jin dan makhluk gaib dari Nusantara, tetapi juga melawan mereka yang bersekutu dengan kekuatan asing, seperti Astaroth. Mereka akan terus mencoba memanfaatkan retakan ini."

Arya menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang bergejolak. "Kalau begitu, kita tidak punya pilihan. Kita harus pergi ke tempat-tempat itu dan memastikan segel-segel lainnya tetap terkunci."

Langkah Pertama: Jawa

Mpu Gandring mengangguk setuju. "Jawa adalah langkah pertama. Gunung Merapi telah menjadi pusat gejolak terbesar. Energi dari segel di sana mulai bocor, dan makhluk-makhluk dari dunia lain sudah mulai menyusup."

"Bagaimana kita bisa menghentikan ini?" tanya Arya.

"Setiap segel memiliki penjaga dan pusaka yang melindunginya," jawab Mpu Gandring. "Kau harus menemukan penjaga di setiap wilayah dan bekerja sama dengan mereka. Namun, ingatlah, tidak semua penjaga akan menyambutmu. Beberapa telah kehilangan kepercayaan pada manusia, dan yang lain mungkin sudah dipengaruhi oleh kegelapan."

Arya mengepalkan tangan. "Aku akan melakukannya. Apa pun risikonya, aku tidak akan membiarkan Nusantara jatuh ke tangan mereka."

Menuju Petualangan Baru

Malam itu, mereka bersiap untuk meninggalkan Bali menuju Jawa. Perjalanan ini tidak hanya akan membawa Arya ke tempat-tempat yang belum pernah ia kunjungi, tetapi juga akan mempertemukannya dengan legenda-legenda Nusantara yang selama ini hanya menjadi cerita dalam dongeng.

Saat kapal mereka melintasi perairan, Arya menatap langit malam. Ia tahu bahwa tantangan yang ada di depannya jauh lebih besar daripada apa yang baru saja ia hadapi di Bali. Namun, ia juga tahu bahwa ia tidak sendirian. Dengan Rangda, Barong, dan Vassago di sisinya, Arya percaya bahwa mereka bisa menghadapi apa pun yang datang.

Di kejauhan, Gunung Merapi berdiri megah dengan asap tipis yang mengepul dari puncaknya. Arya merasakan sesuatu yang aneh di sana, seperti panggilan yang tidak bisa ia abaikan. Petualangan berikutnya sudah menunggu, dan ia harus siap untuk menghadapi kegelapan yang lebih dalam.

(Bersambung...)