Cahaya fajar perlahan menyelimuti tanah Bali, memberikan sedikit kehangatan setelah pertempuran yang mengguncang di Tanah Lot. Arya, Rangda, dan Barong beristirahat di sebuah desa kecil yang berada di kaki Gunung Agung, mempersiapkan diri untuk perjalanan ke Pura Besakih.
Rangda, yang kini lebih terlihat sebagai sekutu daripada sosok yang ditakuti, berdiri di tepi sungai, memandangi bayangannya sendiri. Arya mendekat, membawa sebotol air yang baru saja diambil dari sumber mata air suci.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Arya.
Rangda menoleh, matanya yang tajam memancarkan kekuatan dan kelelahan sekaligus. "Aku memikirkan masa lalu. Aku adalah penjaga keseimbangan di tanah ini, tapi aku pernah kehilangan kendali karena amarah dan kebencian. Sekarang aku diberi kesempatan untuk menebus itu semua, tetapi ancaman ini jauh lebih besar daripada yang pernah kubayangkan."
Arya mengangguk. Ia mengerti beban itu. "Kita akan melawan bersama. Aku tidak tahu kenapa aku dipilih, tapi aku tahu bahwa ini adalah jalanku."
Barong mendekati mereka, membawa kabar penting. "Kita harus segera pergi. Pura Besakih mungkin menjadi target berikutnya. Jika Astaroth sudah mengetahui rencana kita, mereka tidak akan diam saja."
Pendakian Menuju Pura Besakih
Perjalanan ke Pura Besakih tidaklah mudah. Gunung Agung yang megah dan mistis dipenuhi dengan energi yang terasa berat, seperti ada sesuatu yang mengawasi setiap langkah mereka. Jalan setapak yang mereka lalui semakin terjal, dihiasi oleh pohon-pohon besar dan kabut tebal.
Di tengah perjalanan, Arya merasakan sesuatu yang aneh. Langkahnya terhenti, dan ia melihat bayangan samar di antara pepohonan. "Ada yang mengintai kita," bisiknya.
Barong menggeram pelan, bulu-bulunya berdiri tegak. "Mereka datang."
Dari dalam kabut, muncul makhluk-makhluk kegelapan. Kali ini, mereka lebih kuat dan lebih terorganisir. Wujud mereka menyerupai ksatria hitam, dengan mata merah menyala dan senjata yang memancarkan energi gelap.
Arya memasang topeng Rangda dan melompat ke depan, memimpin serangan. Barong dan Rangda bekerja sama, melindungi Arya dari serangan yang datang dari segala arah.
Pertempuran berlangsung sengit. Setiap kali Arya mengayunkan tangannya, gelombang energi melesat, menghancurkan makhluk-makhluk itu. Namun, jumlah mereka terus bertambah, seolah tidak ada habisnya.
"Arya, gunakan kekuatan Barong dan aku!" teriak Rangda. "Fokuskan energi kita bersama!"
Arya memusatkan pikirannya, merasakan kekuatan Rangda dan Barong menyatu dengannya. Dengan teriakan yang menggema, ia menciptakan gelombang energi besar yang menyapu seluruh area, menghancurkan makhluk-makhluk itu dalam sekejap.
Pura Besakih yang Terselubung Kegelapan
Ketika mereka akhirnya tiba di Pura Besakih, tempat itu tampak berbeda. Biasanya dipenuhi dengan aura damai dan suci, kini pura itu diselimuti kabut hitam tebal yang membawa hawa dingin.
"Astaroth sudah memulai rencananya," kata Barong. "Kita harus bergerak cepat."
Di tengah pura, mereka melihat sebuah lingkaran besar yang terukir di tanah, memancarkan cahaya merah yang menyeramkan. Di sekitarnya, para iblis bawahan Astaroth berdiri menjaga, siap melindungi ritual yang sedang dilakukan.
Rangda menatap Arya. "Ini ujianmu, Arya. Kau harus menghentikan ritual itu sebelum kegelapan sepenuhnya menguasai tempat ini."
Arya menggenggam topeng Rangda erat-erat, mengangguk dengan tegas. "Aku siap."
Melawan Waktu dan Kegelapan
Dengan Barong dan Rangda di sisinya, Arya menyerang para penjaga lingkaran. Serangan mereka harus cepat dan tepat, karena lingkaran itu semakin bersinar terang, tanda bahwa ritual sudah mendekati puncaknya.
Arya melompat ke tengah lingkaran, menghadapi sosok tinggi besar yang menjadi pemimpin para iblis itu. Wujudnya mengerikan, dengan tanduk besar dan tubuh yang dilapisi api hitam.
"Apa kau pikir seorang manusia biasa bisa menghentikan kami?" ejek makhluk itu.
Arya menatap tajam. "Aku bukan hanya manusia biasa. Aku adalah penjaga keseimbangan, dan aku tidak akan membiarkan kalian menang."
Pertempuran terakhir di Pura Besakih dimulai, dan Arya harus menghadapi lawan yang mungkin menjadi tantangan terbesarnya sejauh ini.
(Bersambung...)