Chereads / Jejak Misteri di Tanah Nusantara / Chapter 11 - Pertempuran di Gunung Agung

Chapter 11 - Pertempuran di Gunung Agung

Pura di Gunung Agung adalah salah satu pusat energi spiritual terbesar di Bali, menjadikannya target utama bagi Lilith, iblis penggoda sekaligus penguasa kegelapan yang licik. Bersama dengan pasukan gaibnya, Lilith telah menguasai sebagian besar area pura, mencemari energi suci di sekitarnya dengan aura kegelapan.

Arya, Rangda, dan Barong segera bergerak menuju Gunung Agung. Sepanjang perjalanan, mereka merasakan perubahan energi, udara menjadi lebih berat, suara-suara alam seperti lenyap, dan suasana mencekam menyelimuti setiap langkah.

"Lilith berbeda dari Azazel," kata Rangda memperingatkan. "Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan. Dia adalah manipulator ulung, mampu memutarbalikkan pikiran dan perasaan siapa pun."

Arya menelan ludah, merasa semakin gugup. Namun, ia juga merasa kekuatan di dalam dirinya berkembang sejak ujian terakhirnya. Barong, yang berjalan di sampingnya, memberikan kepercayaan diri tambahan dengan kehadiran yang kokoh dan penuh wibawa.

Pura yang Terkutuk

Saat mereka tiba di sekitar pura, mereka melihat perubahan yang mencolok. Cahaya suci pura itu telah tergantikan oleh aura merah gelap, dan arca-arca penjaga di sekitar pura tampak retak dan rusak. Sosok-sosok bayangan, yang merupakan anak buah Lilith, bergerak tanpa suara di antara reruntuhan.

Barong menghentikan langkahnya. "Kita tidak bisa menyerang langsung. Lilith pasti sudah mempersiapkan jebakan."

Rangda mengangguk. "Kita harus memecah energinya. Pusat kekuatannya berada di altar utama. Jika kita bisa memurnikannya, kita dapat melemahkan Lilith."

Mereka membagi tugas: Rangda akan menghadapi bayangan-bayangan iblis di sekitar pura, Barong akan menjaga perbatasan untuk mencegah lebih banyak kegelapan masuk, sementara Arya ditugaskan untuk mencapai altar utama dan melakukan pemurnian dengan bantuan kekuatan spiritual topeng Rangda.

"Ini tanggung jawab yang besar," kata Barong kepada Arya. "Tapi aku percaya kau bisa melakukannya."

Menghadapi Lilith

Arya mendekati altar utama dengan hati-hati. Ketika ia tiba, Lilith sudah menunggunya. Sosoknya indah namun mengerikan, kulitnya pucat bercahaya, dan matanya memancarkan cahaya merah yang menusuk.

"Kau akhirnya datang, manusia kecil," kata Lilith dengan senyum dingin. "Apa yang membuatmu berpikir kau bisa melawan kekuatan seperti aku?"

Arya merasakan ketakutan menjalar di tubuhnya, tetapi ia mengingat kata-kata Rangda: Jangan biarkan dia masuk ke dalam pikiranmu.

"Saya di sini untuk melindungi keseimbangan," jawab Arya tegas, meskipun suaranya sedikit bergetar.

Lilith tertawa. "Keseimbangan? Dunia ini tidak membutuhkan keseimbangan. Kegelapan adalah takdirnya."

Lilith mengulurkan tangan, dan bayangan besar menyerang Arya. Arya mengangkat topeng Rangda, dan energi pelindung memancar, mengusir serangan itu. Lilith tampak terkejut, tetapi ia tidak menyerah.

"Baiklah," katanya, senyumnya berubah menjadi seringai kejam. "Mari kita lihat sejauh mana kau bisa bertahan."

Pertempuran antara Arya dan Lilith dimulai. Lilith menyerang dengan ilusi dan bayangan, mencoba membingungkan Arya. Namun, Arya menggunakan kekuatan topeng Rangda untuk mengusir kegelapan dan memfokuskan pikirannya.

Di tengah pertempuran, Lilith mencoba memanipulasi Arya dengan menggali ketakutannya. "Kau tahu kau tidak cukup kuat," katanya. "Mengapa kau terus berjuang? Kau akan gagal, dan semua yang kau cintai akan hilang."

Namun, Arya tidak terpengaruh. Ia mengingat semua pelajaran yang ia dapatkan dari Rangda dan Barong. Ia menutup matanya, memusatkan energi spiritualnya, dan menyerang balik dengan kekuatan penuh.

Pemurnian Altar

Setelah pertempuran sengit, Arya berhasil memukul mundur Lilith, meskipun ia tahu ini belum akhir dari segalanya. Dengan Lilith melemah, Arya memusatkan kekuatannya pada altar utama. Ia menggunakan topeng Rangda untuk memurnikan energi yang telah tercemar.

Cahaya putih yang terang muncul dari altar, menyebar ke seluruh pura dan hutan sekitarnya. Bayangan-bayangan iblis menghilang, dan aura suci pura kembali seperti semula.

Lilith, yang terluka, memandang Arya dengan amarah. "Kau mungkin menang kali ini, manusia," katanya, sebelum menghilang ke dalam kegelapan. "Tapi pertempuran ini belum selesai."

Sekilas Harapan

Ketika semuanya kembali tenang, Rangda dan Barong bergabung dengan Arya di altar.

"Kau telah membuktikan dirimu lagi, Arya," kata Rangda. "Namun, Lilith tidak akan menyerah. Dia akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar."

"Kita telah memberikan mereka perlawanan pertama," tambah Barong. "Dan itu sudah cukup untuk saat ini. Tapi kita harus bersiap untuk yang berikutnya."

Arya mengangguk, meskipun tubuhnya lelah. Ia tahu ini baru awal dari perjuangan panjang.

(Bersambung...)