Chereads / Jejak Misteri di Tanah Nusantara / Chapter 3 - Rahasia Tersembunyi di Pulau Dewata

Chapter 3 - Rahasia Tersembunyi di Pulau Dewata

Langkah Arya membawa dirinya semakin jauh dari desa. Jalannya melewati sawah yang hijau dan hutan-hutan tropis yang lebat, hingga akhirnya ia mencapai sebuah tempat yang tak asing dalam cerita rakyat Bali: Goa Lawa, gua kelelawar yang konon merupakan gerbang menuju alam gaib. Di mulut gua itu, udara terasa lebih berat, dipenuhi aroma dupa yang tersisa dari ritual yang baru saja dilakukan oleh penduduk setempat.

Mangku Wayan pernah berkata kepadanya, "Bali tidak hanya tempat untuk manusia. Di sini, dunia manusia dan dunia gaib bersisian. Mereka yang peka akan melihat tanda-tanda, dan mereka yang dipilih akan memahami rahasianya." Arya merasakan kebenaran kata-kata itu sekarang.

Di dalam gua, ia mendengar suara gemuruh air dari sungai bawah tanah, tetapi di balik itu, ada sesuatu yang lebih... suara langkah kaki kecil, bisikan, dan sayap kelelawar yang bergerak serempak, menciptakan harmoni aneh. Dinding gua dipenuhi ukiran kuno, gambar-gambar yang menunjukkan manusia dan makhluk berbentuk naga, burung besar, dan makhluk setengah manusia dengan kepala kera. Arya menyentuh salah satu ukiran itu, dan seketika ia merasakan sesuatu, seperti kilasan visi yang menyeruak ke pikirannya.

Dalam visi itu, ia melihat seorang pendeta kuno berdiri di tengah goa, mengenakan pakaian upacara yang penuh simbol. Sang pendeta mengucapkan mantra, membuka gerbang tak kasat mata, dan sekelompok makhluk bercahaya keluar darinya. Namun, tak lama kemudian, bayangan gelap yang menyerupai kabut melompat dari gerbang itu, menyerang pendeta dan makhluk bercahaya tersebut. Pendeta itu menutup gerbang dengan terburu-buru, tetapi sesuatu dari bayangan itu berhasil lolos ke dunia manusia.

Visi itu menghilang, dan Arya tersentak mundur. Nafasnya memburu. "Apa yang baru saja kulihat?" pikirnya.

Ketika ia melanjutkan perjalanan, gua itu tampaknya berubah, seolah membimbingnya ke tempat tertentu. Setelah beberapa waktu, ia tiba di sebuah ruang terbuka yang diterangi oleh cahaya alami yang masuk dari celah di langit-langit gua. Di tengah ruangan itu berdiri sebuah altar batu tua, dan di atasnya, sebuah topeng khas Bali yang indah tetapi menyeramkan. Topeng itu dihiasi dengan gigi taring panjang, mata melotot, dan rambut yang terbuat dari serat kelapa. Arya mengenali benda itu dari cerita ibunya: topeng Rangda, lambang dari ratu ilmu hitam.

Namun, ada sesuatu yang aneh dengan topeng ini. Ia mendengar bisikan samar-samar di sekitarnya. Topeng itu tampak hidup, seolah-olah memperhatikan Arya. Ia merasakan energi dingin menjalar di tubuhnya, dan untuk sesaat, ia merasa dunia di sekitarnya melambat.

Suara dalam pikirannya kembali, kali ini lebih kuat:

"Rangda bukan hanya cerita. Ia adalah penjaga rahasia waktu, dan kunci untuk membuka pintu-pintu dimensi. Namun berhati-hatilah, Penjaga. Jika kau mengambil jalannya, kau mungkin tidak akan kembali."

Arya mundur selangkah, tetapi ia tahu ia tidak bisa mengabaikan ini. Dengan hati-hati, ia mengambil topeng itu. Saat jarinya menyentuhnya, dunia di sekitarnya berubah. Ia tidak lagi berada di dalam gua, tetapi di sebuah lapangan luas yang dikelilingi hutan. Di depannya berdiri sosok perempuan tinggi dengan rambut panjang seperti api hitam yang menjalar ke tanah. Wajahnya setengah tertutup kain, tetapi matanya bersinar merah seperti bara api.

"Apa yang kau cari, anak muda?" tanya perempuan itu, suaranya bergema seperti ratusan suara sekaligus.

Arya menahan rasa takutnya. "Aku mencari jawaban. Tentang waktu, tentang dimensi, dan tentang takdirku."

Perempuan itu tertawa kecil, suara tawa yang membuat udara bergetar. "Jawaban bukanlah sesuatu yang diberikan. Itu sesuatu yang kau ambil dengan keberanian dan pengorbanan. Tapi jika kau ingin tahu lebih banyak, maka kau harus siap menerima beban yang lebih besar dari apa yang pernah kau bayangkan."

Sosok itu melangkah mendekat, dan setiap langkahnya membuat tanah di bawahnya menjadi retak. "Mulailah dengan memahami alam sekitarmu. Bali ini penuh misteri yang tersembunyi di depan mata. Tapi ingat, tidak semua kebenaran seindah yang kau harapkan."

Sebelum Arya sempat menjawab, semuanya menjadi gelap. Ketika ia membuka matanya, ia kembali berada di depan altar di gua. Namun, topeng Rangda itu kini berada di tangannya, dan di dinding gua, ukiran baru telah muncul: sebuah gerbang melingkar dengan cahaya redup memancar dari tengahnya.

Arya sadar, petualangannya baru saja dimulai, dan misteri-misteri di Bali hanyalah permulaan dari sesuatu yang jauh lebih besar. Tapi ia juga tahu, semakin dalam ia menggali, semakin besar bahaya yang menantinya.

(Bersambung...)