Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Master of LYNK

šŸ‡®šŸ‡©Miracle321
--
chs / week
--
NOT RATINGS
28.8k
Views
Synopsis
Aruta dan Juriko adalah dua anak desa normal yang dilatih bela diri oleh kakeknya sejak kecil. Namun suatu hari, Aruta dan Juriko melihat makhluk mengerikan yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Semenjak hari itu, kehidupan mereka pun mulai berubah.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1 (Prolog): Halaman Baru

"Hmm, sepertinya ini cukup bagus."

"Ah tidak, aku tidak suka bagian ini."

"Sepertinya ini cukup." Ucap seseorang di kegelapan kamar yang disinari cahaya lilin dan bulan.

Kamar orang itu adalah kamar yang cukup mewah. Kursi yang cukup nyaman. Orang itu duduk di atas kursinya sambil menulis sesuatu di sebuah buku. Pulpen bulunya terus menggores kertas di buku itu. Tinta dari botol di samping kanannya terus berkurang. Dia terus menulis di tengah malam yang sunyi. Lilin di samping kirinya terus memendek semakin lama waktu berjalan.

"Ah, aku buntu ide," keluh orang itu sembari menaruh pulpen bulunya kembali ke tempatnya. "Aku butuh karakter tambahan." Orang itu melihat kearah kiri dan melihat buku buku koleksinya. Orang itu berdiri dan berjalan kearah lemari buku miliknya. Terdapat sangat amat banyak buku yang tertata rapi di sana. Orang itu melihat lihat buku bukunya berusaha mencari ide.

Orang itu kembali melihat kearah mejanya. Di depan meja itu terdapat kaca yang cukup besar. Orang itu kembali menuju mejanya tempat menulis. Orang itu duduk dan melihat cahaya bulan yang menyinari kamarnya.

"Malam hari ya. Malam yang membuat cahaya matahari tidak dapat memasukinya." tiba tiba, muncul sebuah ide dari kepala orang itu.

"Ah ya, sepertinya itu bagus." orang itu melanjutkan menulis. Waktu di malam itu terus berjalan dan orang itu terus menulis di kesunyian malam yang tenang.

Di tengah malam yang hening, orang itu berhenti menulis dan berdiri. Orang itu melihat ke arah kanan dan melihat tempat tidurnya. Orang itu melihat sebuah buku di tempat tidurnya. Buku itu tampak tua dan sangat lusuh.

"Aku tidak pernah seceroboh ini. Bagaimana ada buku di kasurku?" orang itu berjalan menuju tempat tidurnya penasaran akan buku itu.

"Aku tidak ingat memiliki buku itu," kata orang itu sembari berjalan menuju kasurnya. Orang itu tidak sengaja terpeleset dan terjatuh. Ketika terjatuh, orang itu tidak sengaja memegangi selimutnya karena reflek dan membuat seluruh barang di kasurnya terlempar.

"Ah sakitnya." orang itu bangun dan menata kembali kasurnya. Lalu dia melihat buku tua yang dia lihat tadi tergeletak di sebelahnya. Orang itu langsung membuka buku tua itu. Terlihat tulisan tulisan di buku tua itu sudah mulai luntur dan tidak dapat dibaca.

"hmm," Orang itu mulai mengarahkan telapak tangannya ke buku itu. Tidak lama kemudian, tinta di buku itu bergerak dengan sendirinya dan mulai membentuk tulisan. Tulisan dan gambar gambar dari buku itu terlihat jelas dan dapat dibaca. Orang itupun membaca buku itu dengan cukup cepat. Tidak heran karena membaca memang sudah suatu hal yang menyatu dengannya.

Setelah selesai membaca, orang itu merasa bahwa buku itu adalah buku yang bagus. Cerita di dalam buku itu cukup kompleks namun memiliki cerita yang sangat bagus menurutnya. Bahkan menurutnya, cerita di buku itu lebih bagus dari cerita buku buku di lemarinya yang tersusun rapi dan memiliki sampul yang indah. Kembali terbesit sebuah ide di kepala orang itu.

Orang itu kembali menuju mejanya. Mengambil pena bulunya dan menulis dengan cukup cepat.

"Hmm sepertinya seperti ini sudah bagus," kata orang itu sambil menutup bukunya tepat ketika lilinnya mati.

DOR!! 

Pintu tiba-tiba terbuka dengan keras dan seseorang masuk.

"Wow, lihat siapa yang datang di sini," ujar orang yang tadi menulis buku.

"Kau tidak seharusnya ada di sini!" ujar dari orang misterius yang mendobrak pintu dengan suara yang cukup tinggi.

Orang itu memiliki rambut perak yang menawan. Bajunya bewarna perak dan begitu mewah.

"Orang-orang di luar sedang membutuhkanmu," ujar si rambut perak.

"Iya-iya," ujar orang tadi sembari berjalan menghampiri si rambut putih.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya si rambut perak.

"Cuma menulis cerita," jawab si penulis buku.

Si rambut perak pun melihat ke meja si penulis dan melihat sebuah buku yang masih terbuka.

"Apa itu buku yang kau tulis?" tanya si rambut perak.

"Yup. Kau mau lihat?" tanya si penulis.

Si rambut perak pun menghampiri buku itu dan mengambilnya. Dia mulai membaca isi buku itu. Dan ada satu paragraf yang menarik perhatian si rambut perak.

Dunia hancur. Tak ada lagi kebajikan. Hanya ada satu pemimpin. Memimpin di segala tempat dan waktu. Takdir telah ditentukan dan tak dapat dirubah.

"Hmm kau memiliki jiwa penulis juga ternyata," ujar si rambut perak. "Apa kau menulis ini karena apa yang akan kita hadapi?"

Si penulis pun diam sejenak sebelum menjawab, "Tidak juga. Aku hanya berfikir. Apakah takdir benar-benar tak bisa dirubah? Apa benar semuanya telah direncanakan oleh takdir?"

"Hmm tumben sekali kamu jadi pemikir begitu," ujar si rambut perak.

"Ahaha. Aku cuma terinspirasi dari sebuah cerita. Cerita itu memiliki akhir yang menyedihkan. Si tokoh utama berjuang sendirian sepanjang cerita dan berakhir tak membahagiakan. Aku cuma menambahkan karakter tambahan agar karakter itu tak sendirian. Dan aku ingin membuatnya lebih bahagia dengan karakter tambahanku," ujar si penulis sembari tersenyum.

***

Di tempat lain.

Aku mulai membuka mataku. Samar-samar warna oranye mulai masuk ke mataku. Badanku sungguh sakit. Dan aku merasakan hawa panas di sekitarku.

Saat aku membuka mataku, aku melihat kobaran api menyala-nyala di sekitarku. Banyak mayat tergeletak dan beberapa diantaranya memiliki tubuh yang tak lengkap. Aku pun teringat aku sedang berada di pertempuran sebelumnya.

"Apa aku pingsan?" gumamku.

Aku mulai mencoba berdiri namun rasa sakit yang luar biasa langsung menyelimuti tubuhku. Aku melihat ke arah kakiku dan melihat kedua kakiku yang sudah patah. Aku juga terkejut ketika melihat luka dalam di area perutku. Entah bagaimana aku masih bisa hidup sekarang.

Aku mulai melihat ke sekeliling, mencari sesuatu yang bisa membantuku berdiri. Aku pun melihat sebuah pedang yang tertancap di dekatku. Aku mulai memeganginya dan berdiri. Namun saat aku meraih pedang itu, aku melihat ada kepala manusia di sebelahnya. Terputus dari tubuhnya.

Aku hanya bisa menutup mataku dan berdiri.

Dengan berpegangan dengan pedang itu, aku berdiri dan melihat ke sekeliling. Semua sudah hancur. Semua orang di sini juga sudah tak bernyawa. Mobil, bangunan, semua hancur. Tak lama kemudian, aku teringat bahwa aku bertarung di sini untuk melindungi sebuah gedung berisi orang-orang.

"Tunggu, gedungnya!"

Aku menoleh ke belakang dan mataku langsung terbelalak melihat gedungnya telah hancur dan dimasuki oleh makhluk-makhluk mengerikan itu. Banyak sekali makhluk mengerikan itu terbang dan berjalan mengelilingi gedung itu sekarang.

"Tunggu... apa aku... kalah?" 

Tak lama kemudian, aku melihat sesuatu yang jatuh ke arahku. Benda itu semakin dekat dan ternyata itu adalah kepala seseorang. Kepala itu terjatuh di depanku. Wajahnya pucat dan salah satu matanya telah hilang.

Aku hanya bisa terdiam untuk beberapa waktu. Sekarang, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Semua sudah hancur. Semua sudah mati. Semua sudah berakhir.

"TIDAK!! Ini belum berakhir!" teriak ku kepada diriku sendiri. "Jika kalah adalah akhirnya, maka aku harus mengulanginya dari awal lagi!"

Aura bewarna biru muda pun menyala terang dan menyelimuti tubuhku. Semua yang ada di sekitarku pun melebur menjadi sebuah pusaran bewarna biru muda dengan aku yang berada di tengah pusaran itu.

Tak lama kemudian, sebuah lubang pun terbuka. Aku menjulurkan tanganku dan mengambil sebuah keranjang berisi bayi dengan ada tulisan bertuliskan "Juriko" di dalamnya.

Aku menggenggam erat keranjang bayi itu. Mataku mulai mengeluarkan cahaya bewarna biru super terang dan siluet jam pun muncul di sekelilingku. Jarum jam di setiapnya berputar begitu cepat dan semakin cepat. Setiap jam itu berputar semakin cepat dan akhirnya meledakkan cahaya super terang dan aku kembali berada di tengah-tengah sebuah arus biru muda.

Aku kembali dibawa pusaran bewarna biru muda itu dan tak lama kemudian, sebuah lubang kembali terbuka. Aku pun melepas genggamanku dan keranjang bayi itu mulai melayang memasuki lubang itu.

"Aku percayakan ini kepadamu. Kumohon, buat perubahan. Tolong, ubah takdir duniamu," ujarku.

Keranjang bayi itu memasuki lubang dan lubang itu pun tertutup.

Bayi itu berakhir berada di depan sebuah rumah kayu sederhana. Namun sepertinya bayi itu tak sendirian. Karena ada keranjang bayi lain yang berada di sampingnya. Dan bayi di sampingnya terdapat secarik kertas yang bertuliskan "Aruta".

Reviews