8 tahun berlalu semenjak Hans menemukan Aruta dan Juriko. Aruta dan Juriko tumbuh menjadi anak desa yang cukup hebat. Mereka bersekolah dasar di sekolah desa itu. Walau status mereka belum jelas sebagai kakak adik, mereka tetap menganggap satu sama lain sebagai saudara.
Mereka berdua adalah murid yang baik di sekolah. Mereka kurang bergaul dengan teman teman di sekolah. Ketika pulang, Aruta dan Juriko selalu menyempatkan untuk datang ke rumah Paman Kito. Mereka biasanya datang ke rumah Paman Kito untuk bermain game . Aruta lah yang paling bersemangat untuk bermain. Mereka biasa bermain game fighting. Paman Kito selalu menyambut mereka dengan hangat dan kadang kadang memberikan biskuit kepada Aruta dan Juriko.
Di suatu hari di sore hari yang cerah, Aruta dan Juriko seperti biasa berkunjung ke rumah Paman Kito untuk bermain game.
"Ayoo MATILAH!!" teriak Aruta yang sangat bersemangat bermain game.
"Ayo, masa udah make combo, damage cuma segitu," kata Juriko yang menonton Aruta yang melawan Paman Kito.
"Diam kau!" kata Aruta kepada Juriko dengan suara keras.
"Game Over!!" Suara dari game ketika Aruta kalah.
"Sudahlah, kau tidak akan pernah menang melawanku," ujar Paman Kito dengan santai.
"Tidak! ayo satu ronde lagi," ujar Aruta yang masih belum mau kalah.
"Oi, aku juga ingin bermain," ujar Juriko yang sudah menunggu Aruta yang bermain 6 kali. Dari 6 ronde itu, Aruta tidak memenangkan satu rondepun.
"Ya sudah, jangan ribut-ribut," ujar Paman Kito. "Juriko, ini stiknya. Mainlah bersama Aruta. Paman akan mengambilkan biskuit untuk kalian."
"Wah biskuit? Terima kasih paman," ujar Aruta dan Juriko.
"Omong-omong, bagaimana sekolah kalian?" tanya Paman Kito.
"Biasa saja," jawab Juriko.
"Oh? Lalu bagaimana kabar Jacky si pembuli yang kalian ceritakan? Apa kalian pernah diganggu olehnya?" tanya Paman Kito.
"Tidak, kami lebih milih enggak nyari gara-gara," jawab Aruta.
Paman Kito di dapur mulai mengambil piring dan menaruh biskuit-biskuit yang dia buat sendiri ke piring itu. Paman Kito juga mulai mengambil sekotak susu dan menuangkannya di dua buah gelas.
"Lalu, Apa dia masih mengganggu orang lain?" tanya Paman Kito sembari menuangkan susu di gelas.
"Iya. Dia masih mengganggu orang lain," jawab Juriko.
"Terutama Luna. Dia selalu jadi korbannya setiap hari," lanjut Aruta.
"Begitu ya. Kenapa kalian tidak bantu saja dia? Hans mengajarkan kalian teknik bela diri bukan?" tanya Paman Kito.
"Tidak ah, aku dan Juriko tidak mau repot-repot," jawab Aruta.
Paman Kito tertawa kecil lalu membawa biskuit dan susu yang sudah dia siapkan kepada Aruta dan Juriko. Aruta dan Juriko pun langsung senang saat Paman Kito membawakan biskuit dan susu itu.
"Woah terima kasih paman!!" Aruta dan Juriko langsung menyerbu biskuit itu.
"Eits eits," Paman Kito menghentikan tangan mereka berdua yang akan meraih biskuit itu. "Sebelumnya, Paman ingin kalian mendengarkan yang ingin paman katakan dulu."
Aruta dan Juriko pun langsung duduk manis di depan Paman Kito.
"Paman tidak mampu menghabiskan biskuit dan susu ini sendirian. Tapi paman masih punya banyak biskuit dan susu. Mereka dibuat untuk dimakan dan diminum. Semua biskuit dan susu itu jadi tidak berguna dong kalau tidak dimakan. Makanya paman memberikannya kepada kalian. Agar apa yang paman miliki menjadi berguna. Sama seperti kekuatan kalian. Jika kekuatan itu tidak kalian gunakan sama sekali walau sudah waktu yang benar untuk digunakan, kekuatan kalian tidak berguna dong. Jika kalian mampu membantu, maka bantulah entah dengan cara apapun dan kekuatan apapun yang kalian miliki," nasihat dari Paman Kito.
Aruta dan Juriko pun merenung setelah mendengarkan Paman Kito sore itu.
***
Keesokan harinya, Aruta dan Juriko berangkat sekolah lebih awal karena Aruta dan Juriko yang bangun lebih awal. Ketika Aruta dan Juriko baru sampai di sekolah, Aruta dan Juriko melihat geng dari Jacky sedang melakukan sesuatu di kelas. Aruta dan Juriko memasuki kelas dan melihat teman perempuan sekelasnya Luna sedang berada di tengah-tengah gang dari Jacky. Mereka juga melihat kaca mata Luna yang berada di atas lemari yang cukup tinggi. Geng Jacky tertawa dan pergi meninggalkan Luna.
"Haha rasakan itu perempuan cebol," ujar Jacky sembari berjalan meninggalkannya
Di sekolah Aruta dan Juriko, terdapat sekelompok murid murid nakal. Murid murid nakal itu dipimpin oleh Jacky. Jacky adalah murid yang cukup dihindari oleh murid murid sekolah. Guru di sekolah itu sudah memberi banyak hukuman kepada anak anak nakal itu, namun anak anak nakal itu tak kunjung jera. Jacky juga dikenal sebagai pembuli.
Setelah puas dengan Luna, geng dari Jacky pun berjalan meninggalkan Luna dengan penuh tawa.
Aruta dan Juriko teringat nasihat Paman Kito kemarin dan membantu Luna. Aruta mulai menghampiri Luna.
"Eh? Aruta?"
Aruta langsung melompat. Lompatannya cukup tinggi hingga tangannya berhasil mengambil kaca mata Luna.
"Luna ini kaca matamu, apa kau baik baik saja?"
"Hehe terima kasih ya," ujar Luna.
"Tidak masalah," ujar Aruta.
Tidak lama kemudian, Juriko juga bergabung dengan mereka.
"Luna, kau selalu berangkat sendirian saat sekolah. Itulah mengapa kau selalu menjadi sasaran empuk bagi mereka. Jadi, apa boleh kita berangkat ke sekolah bersama besok?" tanya Juriko.
"Eh? Tidak perlu repot-repot," ujar Luna.
"Tidak apa-apa Luna. Kami memang mau membantumu," ujar Aruta.
"Eh... baiklah. Terima kasih banyak ya," ujar Luna.
***
Keesokan harinya, Aruta, Juriko, dan Luna pun berangkat bersama menuju sekolah. Setiba di sekolah, mereka menemukan para pembuli itu sudah menunggu di depan kelas.
"Wah wah, kau membawa penjaga. Oh tuan putri yang malang," ujar Jacky.
"Tolong jangan ganggu aku," ujar Luna.
"Heh, apa karena kau membawa mereka membuat kami menjadi takut? Tentu saja tidak dasar perempuan murahan!" ujar Jacky.
Mendengar perkataan dari Jacky, Aruta dan Juriko maju ke hadapan Jacky dengan muka serius.
"Tolong tarik kembali kata katamu," ujar Aruta.
"Huh? Kenapa kalau aku jawab tidak?" ujar Jacky. Jacky pun mengayunkan tangannya hendak memukul Aruta. Sebelum pukulan Jacky mengenai Aruta, Jacky sudah terpukul terlebih dahulu oleh Aruta tepat di mukanya hingga membuat Jacky sedikit terpental.
"Eh?! bos?" murid-murid nakal yang menjadi bawahan Jacky terkejut. Mereka berkeringat dingin karena Jacky yang jago bertarung dapat dipukul semudah itu.
"Tceh, sialan... mungkin kali ini kau kubiarkan lolos terkhususnya anak perempuan itu, Lihat saja lain waktu." Jacky pun membawa anak anak nakal lain pergi.
Akhirnya Aruta, Juriko dan Luna bersekolah di hari itu dengan tenang tanpa gangguan dari murid murid nakal tadi pagi. Ketika jam istirahat tiba, Aruta didatangi oleh seorang murid lain.
"Aruta, apa kau yang memukul Jacky tadi pagi?" ujar seorang murid. Itu adalah Johan, teman sekelas Aruta dan Juriko.
"Ya, itu perbuatanku. Apa yang terjadi?" tanya Aruta.
"Tidak ada apa apa, tapi... sepertinya kau tidak aman. Anak anak nakal itu pendendam. Mereka pasti akan membalas siapapun yang berbuat macam macam kepada mereka," jawab Johan.
"Aku tidak peduli," jawab Aruta sembari memakan bekalnya. "Jika mereka berbuat macam macam lagi, artinya mereka masih ingin merasakan bogemanku lagi," lanjut Aruta.
"Oh iya dan satu lagi," ujar Johan.
"Apa lagi? Apa mereka masih mau buat aneh-aneh lagi?" tanya Aruta.
"Tidak, bukan soal itu. Aku dengar kalian ingin mengerjakan tugas kalian di sekolah bukan?" tanya Johan.
"Iya," jawab Aruta.
"Aku mendengar ada hal-hal aneh di sekolah ini jika matahari mulai terbenam. Jadi untuk jaga-jaga saja, jangan pulan terlalu sore," ujar Johan.
"Begitu ya, okay," jawab Aruta.
***
Jam pulang sekolah berbunyi.
"Kakek Hans sedang berada di kota untuk mengirim hasil panen. Kakek Hans akan pulang nanti malam. Kita harus pulang sendiri sekarang," ujar Juriko.
"Sudah, tidak masalah. Rumah kita juga dekat," ujar Aruta kepada Juriko.
"Huh, tugas kita banyak juga. Bisa pulang sangat terlambat ini," ujar Juriko.
Aruta dan Juriko mendapat tugas yang lumayan banyak pada hari itu jadi mereka pulang terlambat. Walau sebenarnya mereka bisa mengerjakannya di rumah, mereka punya pemikiran yaitu "Sekolah untuk belajar, pulang tinggal main".
Saat sedang mengerjakan tugas, Juriko mulai menguap. Juriko mengangkat kepalanya dan meregangkan tangannya ke atas. Namun ketika dia melihat ke arah pintu, seperti ada suatu bayangan yang baru saja lewat. Melihat itu, Juriko penasaran siapa itu. Juriko berdiri dari kursinya dan mulai berjalan keluar. Melihat itu, Aruta langsung memanggil Juriko.
"Juriko, mau kemana kau?" tanya Aruta.
"Hmm? Cuma mencari udara segar," jawab Juriko.
Juriko berjalan keluar kelas dan menoleh ke kanan dan ke kiri melihat koridor panjang di depannya. Namun anehnya, Juriko tidak menemukan seseorang pun. Wajar saja karena ini sudah sore hari tapi, siapa yang memiliki bayangan tadi? Juriko tidak mau mengambil pusing dan akhirnya kembali ke kursinya mengerjakan tugas.
Beberapa saat berlalu dan akhirnya tugas mereka selesai. Aruta dan Juriko pun memasukkan buku-bukunya ke dalam ransel mereka.
"Akhirnya selesai! Ayo kita pulang," ujar Aruta.
"Iya-iya. Aku juga ingin cepat-cepat berbaring di kasur," ujar Juriko.
Juriko masih menata bukunya di dalam ranselnya namun Aruta sudah sangat siap untuk pulang. Aruta mulai beranjak pergi dari kelas.
"H-hey kau cepat sekali. Tunggu aku!" seru Juriko.
"Tenang-tenang, ku tunggu di luar gerbang sekolah ya," ujar Aruta menggoda Juriko.
"Hoy!!"
Aruta pun tertawa kecil dengan reaksi Juriko. Namun secara tidak sengaja, pandangan Aruta tertuju kepada ujung koridor tempatnya sekarang. Dia melihat seperti beberapa helaian rambut yang sepertinya seorang wanita. Pemilik rambut itu berjalan maju yang membuat rambutnya menjadi tertutup oleh tembok sekarang. Entah kenapa Aruta seperti merasa ada sesuatu yang aneh dengan itu. Namun tidak lama kemudian Juriko selesai memasukan bukunya dan menghampiri Aruta.
"Fiuh aku selesai. Ayo kita pulang," ujar Juriko.
"Baiklah, Ayo!!" seru Aruta.
Aruta dan Juriko keluar dari kelas, menutup pintu, dan akhirnya saat yang mereka nanti-nanti datang: pulang.
Ketika keluar dari sekolah, Aruta dan Juriko mendengar suara anak anak nakal tadi pagi. Aruta dan Juriko yang penasaran pun mendatangi para anak anak nakal itu. Ketika sampai, Aruta dan Juriko melihat para anak anak nakal itu yang mengelilingi Luna.
"Kau yang telah membuatku memiliki luka ini. Kau harus menerima balasannya berkali kali lipat," ujar Jacky.
Aruta dan Juriko melihat itu dan merasa geram kepada anak anak nakal itu.
"Dasar mereka..." Aruta geram.