Chereads / Master of LYNK / Chapter 4 - Bab 1, Chapter 4: Menjadi Kuat

Chapter 4 - Bab 1, Chapter 4: Menjadi Kuat

Aruta dan Juriko menghampiri anak anak nakal itu. 

"Huh? Wah wah, lihat siapa yang datang lagi," ujar Jacky

"Kau masih belum kapok setelah ku tonjok huh?" tanya Aruta menggemeretakkan jari-jari tangan kanannya dengan tangan kirinya.

"Aku belum serius saat itu. Ayo kita kembali baku hantam di sini," Jacky menantang Aruta.

"Oke, ayo aja kata gw," jawab Aruta menantang balik Jacky. "Juriko, biar aku saja yang mengurus orang ini," ujar Aruta kepada Juriko.

"Ok," jawab Juriko sedikit mundur.

"Omong-omong, rasanya kurang lengkap jika yang menang hanya menang begitu saja," ujar Jacky.

"Ohh?" Aruta mengangkat salah satu alisnya.

"Bagaimana kalau kita taruhan," ujar Jacky. "Jika kalian menang melawan kami, kami tidak akan mengganggu kalian lagi. Namun jika kami yang menang, kalian harus mau menjadi pembantu kami," ujar Jacky melihat ke arah Luna dengan tatapan jahat.

Luna ketakutan dengan tatapan Jacky.

"Hoy, dia tidak ada hubungannya dengan urusan kau dan aku. Jauhkan dia dari tempat perkelahian kita dulu," ujar Aruta kepada Jacky.

"Tch, oke oke. Bawa dia pergi." Bawahan Jacky pun membawa Leta menjauh.

Aruta menoleh ke arah Juriko dan saat Juriko mengangguk, Aruta kembali menatap Jacky dan berkata, "Baik, kami terima, Ayo maju."

"Haha, ayo serang! Buat mereka babak belur. Kalau bisa bunuh saja mereka!" ujar Jacky.

Para anak anak nakal bawahan Jacky langsung menyerbu Aruta.

"Wah wah, main keroyokan ternyata," ujar Aruta tersenyum tipis dan memasang kuda-kuda.

"Aruta, apa kau yakin tidak butuh bantuan?" tanya Juriko.

"Sangat yakin."

Jacky melihat bahwa Aruta adalah anak yang cukup kalem. Walau dia dihajar tadi pagi, dia merasa Aruta dan Juriko tidak mungkin dapat menang jika lawan mereka sebanyak ini.

Bawahan Jacky semakin mendekat ke arah Aruta. Aruta mulai mengambil nafas dalam dan balik menyerbu para bawahan Jacky. Salah satu bawahan Jacky mendaratkan pukulan yang mengarah ke arah wajah Aruta. Aruta dengan cepat memegang kepalan tangan anak itu dan mencengkeramnya. Anak itu mulai kesakitan dengan cengkeraman Aruta.

Tidak lama kemudian, anak lain menyerbu Aruta dan mengarahkan pukulannya. Aruta memperkuat cengkeraman dan melempar anak yang ada di cengkramannya dan melempar anak itu ke arah anak yang menyerbunya.

Tidak berlama-lama setelahnya, Aruta dengan cepat melompat ke arah kerumunan bawahan Jacky. Di tengah-tengah mereka, Aruta dengan cepat menendang, memukul, dan mengalahkan bawahan Jacky satu per satu. Akhirnya, semua bawahan Jacky pun tumbang di tangan Aruta.

Jacky melihat pemandangan para bawahannya yang tergeletak tak berdaya dan akhirnya mengingat sesuatu di dalam benaknya.

***

Di rumah, Jacky selalu belajar bela diri dengan ayahnya. Ayah Jacky berkata bahwa mereka harus menjadi orang yang kuat. Mereka adalah keluarga yang biasa biasa saja, namun ayah Jacky membekali Jacky dengan ilmu bela diri. Jacky selalu babak belur setelah berlatih dengan ayahnya.

"Lemah. Kau akan menjadi seorang budak jika kau terus begini," ujar ayah Jacky kepadanya. Ibu dari Jacky sempat berkata bahwa tidak baik menghajar anak kecil. Namun ayah Jacky malah menampar istrinya.

"Ayah, aku pulang. Aku berhasil menjadi juara 2 kejuaraan karate, ayah!" ujar Jacky dengan penuh semangat.

"Hanya juara 2? Ini masih kejuaraan kota dan kau sudah puas? Kau itu masih sangat lemah!" ujar ayah Jacky tidak terdengar bahagia sama sekali.

"Sayang, jangan seperti itu. Juara 2 itu sudah hebat. Anak kita pantas mendapat pujian," ujar ibu Jacky. Dan seperti biasa, ayah dan ibu Jacky kembali bertengkar. Jacky yang awalnya ingin membuat kedua orang tuanya bahagia hanya bisa melihat kedua orang tuanya bertengkar.

Suatu hari Jacky yang sedang tidur dibangunkan oleh ibunya. Ibunya menyuruh Jacky untuk bersiap siap. Jacky tidak tahu sama sekali apa yang terjadi namun dia hanya bisa menuruti perkataan Ibunya.

Jacky disuruh Ibunya untuk memasukkan pakaian dan barang-barangnya ke dalam sebuah tas. Setelah selesai bersiap-siap, Ibu Jacky memegang erat tangan Jacky dan membawanya pergi dari rumah.

"Ibu, kita mau kemana?" Tanya Jacky.

"Kita akan memulai hidup baru yang bahagia. Hanya kau dan aku."

***

Kembali ke masa sekarang, Jacky mengingat dengan perkataan ayahnya bahwa dia adalah anak yang lemah.

"Tidak, aku adalah anak yang kuat. Aku pasti akan mengalahkanmu!!"

"Owh?" Aruta mengangkat salah satu alisnya.

"Ayo maju!" ujar Jacky. Jacky pun berlari dan mendaratkan pukulan kepada Aruta. Namun Aruta berhasil menghindar dengan cepat.

"Cepatnya, aku belum pernah melawan orang secepat ini," batin Jacky yang mati langkah.

"Oi, kau sudah melukai banyak murid di sekolah ini. Kau harus tahu rasa sakit dari mereka yang kau hajar." Aruta pun memukul tepat di wajah Jacky dengan sangat keras dan memunculkan energi aneh bewarna merah. Jacky langsung terkapar tak berdaya.

"Lebih baik dengan kekuatanmu jadilah orang baik. Jika di lingkunganmu tidak ada orang baik, maka jadilah salah satunya," ujar Aruta.

Aruta berjalan menuju Leta dan bertanya, "Apa kau baik-baik saja?"

Tidak lama kemudian Juriko datang. "Oy Aruta. Tadi di tanganmu itu apa?"

"Jadi kau melihatnya juga? Aku tidak tahu. Itu tiba-tiba saja muncul. Tapi itu cukup keren bukan?" ujar Aruta. "Tapi cara menggunakannya lagi gimana ya?"

"Aruta, Juriko terima kasih telah membantuku lagi," ujar Luna.

"Tidak masalah. Ngomong-ngomong, apa kau melihat sesuatu yang aneh di tanganku tadi?" tanya Aruta.

"Hmm... tidak sama sekali," jawab Luna. "Lupakan saja. Ayo pulang."

"Oke," jawab Juriko. "Lupakan saja yang tadi. Ayo kita pulang," ujar Juriko kepada Aruta.

"Oke lah," Aruta hanya menurut dan ikut pulang bersama Juriko dan Luna.

Mereka bertiga pun pulang bersama-sama. Di tengah perjalanan Aruta bertanya kepada Juriko, "Juriko, apa kau melihat seseorang di Sekolah tadi?"

"Orang?" tanya Juriko.

"Ya, apa kau melihatnya juga?" jawab Aruta.

"Ya, aku melihatnya. Bukankah sudah tidak ada anak di sekolah saat kita berantem ama Jacky?" ujar Juriko.

"Ya. Siapa dia?" ujar Aruta bertanya tanya.

"Orang berambut panjang bukan?" tanya Juriko.

"Ya itu dia," jawab Aruta.

"Aku tidak tahu, Tapi apapun itu lebih baik kita tidak macam-macam. hoamm Mending tidur ae di rumah," ujar Juriko sembari menguap di tengah kalimatnya.

"Aruta Juriko," Luna menyaut.

"Ya? Ada apa?" tanya Juriko menoleh ke arah Luna.

"Uh kotak pensilku tertinggal di kelas. Apa kalian bisa mengantarku sebentar?" tanya Luna.

"Oh tuhan," batin Aruta dan Juriko.