Aruta dan Juriko mematung di tempat dengan matanya yang terbelalak. Luna yang melihat ekspresi Aruta dan Juriko penasaran dan menoleh ke arah belakangnya.
Luna pun melihat makhluk mengerikan yang berdiri di belakangnya. Makhluk itu sangat besar. Makhluk itu memiliki 3 kepala berbentuk serigala dan memiliki badan seperti cacing. Makhluk itu juga memiliki banyak kaki. Di kepala serigala paling tengah makhluk itu, ada seorang wanita yang sangat pucat. Wanita itu tak memiliki bola mata dan sangat amat kurus. Rambut hitam panjangnya terurai tak beraturan.
"A~a~ku adalah teman kalian," ujar wanita yang berada di kepala paling tengah makhluk itu.
Melihat hal semenyaramkan itu, Luna pun ikut mematung di tempat. Makhluk itu mulai mengulurkan tangannya berniat menangkap ketiga anak tersebut. Namun dengan cepat, Juriko memegang tangan Luna dan menggeretnya berlari pergi dari tempat itu.
"Huh? ma~ u~ ke~ ma~ na, te~ man te~ manku?" Makhluk itu mulai mengejar Aruta, Juriko, dan Luna. Juriko menggandeng tangan Luna dengan erat dan berlari secepat yang dia bisa. Makhluk itu terus mengejar mereka berdua dan merusak barang-barang yang dia lewati.
Di tengah kejar-kejaran dengan makhluk itu, tiba-tiba Aruta berhenti. Aruta berbalik ke arah makhluk itu dan berteriak, "Hey makhluk aneh! Aku tidak sudi berteman denganmu!"
"K-kau bukan temanku? aku... maraAAAAH!" makhluk itu mulai marah seluruh mata serigala di makhluk itu menyala bewarna merah seperti darah. Rambut dari tubuh wanita di atas kepala serigala itu juga melayang. Dengan penuh amarah, makhluk itu mengejar Aruta.
Aruta dengan cepat kembali berlari dari makhluk itu. Namun di sebuah lorong pertigaan, Juriko dan Luna berlari lurus sedangkan Aruta berbelok. Makhluk itu pun mengikuti arah Aruta karena sudah terlanjur marah dengannya.
"Semoga Juriko dan Luna bisa keluar sesegera mungkin," gumam Aruta dalam hati-nya. Aruta pun terus berlari dari makhluk itu.
Saat sedang mengejar Aruta, tiba-tiba makhluk itu berhenti seperti menyadari sesuatu. Tidak lama kemudian, muncul bayangan super gelap di bawah makhluk itu. Makhluk itu masuk ke bayangan itu dan menghilang.
"Hah?? Kemana pergi makhluk itu pergi?" Aruta terkejut dengan kemampuan makhluk itu.
Di sisi lain, Juriko dan Luna sudah sampai di pagar sekolah.
"Ayo Luna, cepat panjat pagar ini! Naik bahuku," ujar Juriko bersiap menggendong dan mengangkat Luna.
Luna mulai menaiki bahu Juriko dan berusaha memanjat pagar sekolah. Setelah beberapa saat mencoba, akhirnya Luna berhasil memanjat gerbang sekolah itu. Namun saat Luna berada di atas, matanya langsung terbelalak shok saat melihat makhluk mengerikan tadi sudah ada di depannya. Wajah dari tubuh wanita makhluk itu berada persis di depan wajah Luna.
"Mau kemana kalian?" tanya makhluk itu.
Luna yang shok pun tak sengaja terjatuh dari pagar sekolah dan menimpa Juriko yang berada di bawah. Mereka sempat merasa sakit awalnya namun rasa sakit itu seketika hilang ketika adrenalin mereka naik saat makhluk itu memanjat masuk. Ketiga kepala serigalanya begitu menyeramkan ketika dilihat di bawah sinar bulan.
Luna dan Juriko pun cepat-cepat berdiri dan berlari sekuat tenaga menjauh dari makhluk itu. Mereka berlari memasuki kembali lorong sekolah tadi. Saat memasuki lorong sekolah, Juriko melihat sebuah ruang kelas yang sedikit terbuka dan tidak dikunci. Dia pun memegang erat tangan Luna dan menggeretnya ke sebuah kelas. Setelah memasuki kelas, Juriko pun bergegas menutup pintu kelas itu rapat-rapat.
"Luna, bersembunyilah," ujar Juriko.
"Baik," jawab Luna lari bersembunyi di bawah sebuah kolong meja di area pojok belakang kelas itu.
Setelah menutup pintu kelas, Juriko pun segera ikut bersembunyi di bawah sebuah kolong meja. Juriko mengeluarkan sangat banyak keringat dan jantungnya berdetak dengan sangat kencang.
"Kumohon kumohon, jangan sampai makhluk itu menemukanku," gumam Juriko berusaha berdoa.
Tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki seseorang yang memasuki kelas. Tok... tok... tok... suara langkah kaki terdengar jelas di tengah sunyinya malam. Juriko dan Luna hanya bisa bersembunyi di balik meja saat itu. Suara langkah kaki itu semakin dekat. Juriko mengira bahwa itu adalah langkah dari makhluk mengerikan tadi atau bahkan lebih buruknya ada makhluk lain selain makhluk tadi. Tidak lama kemudian munculah kaki seseorang di depan Juriko yang sedang bersembunyi di bawah meja. Juriko hanya bisa menutup mulutnya berusaha untuk tidak berteriak. Tiba-tiba munculah sebuah kepala. Juriko pun langsung berteriak, "WAAAAAA!!"
"Hey Juriko kenapa kau?" Ternyata itu adalah Aruta.
"Oh Aruta?" Juriko berhenti dari teriakannya namun jantungnya masih berdebar sangat kencang. "Hah sialan, kau membuatku jantungan saja. Sudah kubilang kau sama setan itu gak ada bedanya."
"Hah? Apa kau bilang?" ujar Aruta kesal. Aruta menghela nafas mengembalikan kesabarannya dan bertanya, "Omong-omong dimana Luna?"
"Aku disini," jawab Luna keluar dari meja tempat dia bersembunyi.
"Huh untung kita semua selamat. Semoga makhluk tadi tidak kemari karena kau berteriak," ujar Aruta.
"Semoga saja," ujar Juriko.
"Iya, semoga saja," suara... seseorang?
"Huh? Apa barusan itu suaramu Luna?" tanya Aruta.
"B-bukan," ujar Luna ketakutan dan matanya kembali terbelalak.
"Itu suaraku." Makhluk mengerikan itu berada di tengah tengah Aruta dan Juriko. Aruta dan Juriko pun kaget setengah mati hingga terlompat dan jatuh ke lantai. Mereka pun berusaha kembali berdiri dan setelah berdiri, Aruta dan Juriko berusaha berjalan mundur dari makhluk itu. Namun ketika mereka melihat ke arah pintu kelas, pintu kelas sudah ditutupi oleh bangku bangku dan meja meja dari kelas itu.
"Huh?! Sejak kapan bangku-bangku ini ada di sini?" tanya Aruta mulai panik.
Aruta dan Juriko pun hanya bisa berbelok dan berjalan mundur ke pojok belakang kelas dimana Luna juga sudah berada di sana. Makhluk itu sendiri secara perlahan mendekati Aruta, Juriko, dan Luna seolah-olah menikamati mangsanya ketakutan.
"Juriko, cepat buka jendela kelasnya!" ujar Aruta.
Juriko pun bergegas ke jendela kelas yang berada di sebelah Luna dan berusaha membukanya. Namun karena Juriko panik, dia pun kesusahan membuka jendela kelas itu.
"Hey cepat!" ujar Aruta dengan suara yang meninggi.
"Sabar!" jawab Juriko.
"Hey lama sekali!" Aruta berlari ke arah jendela Juriko dan berusaha membukanya. Namun hasilnya sama, Aruta tak bisa membukanya karena terlalu panik.
Mereka tak kunjung berhasil membuka jendela itu sedangkan makhluk itu sudah sangat dekat dan membuka lebar-lebar mulutnya yang dipenuhi gigi yang sangat tajam.
"Ayolah ayolah ayolah!!"
DUAR!! Tiba tiba pintu kelas terbuka dan membuat meja meja yang menutupinya terbang berhamburan. Seseorang melesat masuk ke dalam kelas itu dan memukul makhluk itu dengan sangat keras yang membuat salah satu kepala makhluk itu hancur. Makhluk itu mengeram kesakitan. Tidak berhenti sampai di situ, orang itu lanjut melompat dan menghantam tubuh wanita yang ada di atas kepala makhluk itu hingga hancur lebur. Makhluk itu semakin meraung kesakitan. Orang itu mendarat dan mengayunkan sebuah tendangan ke arah makhluk itu. Dengan satu tendangan pria itu, makhluk itu pun hancur tak bersisa.
Setelah selesai membunuh makhluk tadi, pria itu menghampiri Aruta dan yang lainnya dan berlutut dengan satu kaki di depan mereka.
"Kenapa kalian masih di sekolah malam-malam begini?" tanya orang itu.