Dua hari kemudian.
Aruta sedang berada di sekolah. Aruta sedang berjalan kembali ke kelas karena jam istirahat sudah hampir selesai.
"Huff... Juriko sudah tidak disini," gumam Aruta yang sedang berjalan menuju kelasnya.
Dua hari lalu, dia datang ke rumah dengan penuh luka dan sempoyongan. Ketika kutanya, dia bilang tak ada yang terjadi. Gak papa apanya padahal penuh luka gitu. Seharusnya dia bilang kalau dia dibegal preman atau apapun itu.
Dan kemarin dia pergi ke benua Utara karena dia bilang dia mendapat beasiswa untuk bersekolah di sana. Ya aku memang tak sepintar dia sih. Bukan tak sepintar dia lagi sih, akunya memang tolol. Ugh dia sudah meninggalkanku seperti orang bodoh begini. Juriko sialan!!
"Sialan! udah gitu dia jalan jalannya bukan cuma pindah kota atau negara tapi sampai pindah benua. Aku juga mau. Sialan! sialan! sialan!" gumam Aruta sembari menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.
"Hey Aruta!" seru seseorang. Aruta menoleh dan melihat Vins yang bersama Uika. Vins dan Uika pun menghampiri Aruta.
"Kudengar Juriko ke Benua Utara ya," tanya Vins.
"Iya, dia pindah kemarin," jawab Aruta.
"Hey-hey Aruta, apa kau sudah dengar dengan anak kelas sebelah yang melihat hantu?" tanya Uika.
"Uh... iya," jawab Aruta.
Akhir akhir ini SMA tempat bersekolah Aruta mendapati kejadian kejadian janggal. Terdapat anak yang mengaku bahwa dupa yang dia bawa untuk kegiatan keagamaan sering menghilang. Ada juga yang mengaku melihat bangku bangku di kelas berubah posisi tanpa ada orang yang memindahkannya.
Bahkan ada satu anak yang bercerita. Pada saat itu, dia sedang berada di sekolah malam hari karena urusan OSIS. Dia sedang pergi ke kamar mandi namun saat dia sedang berjalan di koridor sekolah, dia melihat seorang gadis yang membelakanginya. Gadis itu berpakaian gaun putih bersih dan rapi. Namun saat anak itu menghampiri gadis itu betapa terkejutnya dia ketika melihat kaki gadis itu mengarah ke arahnya. Dia langsung ketakutan dan berlari kabur dari koridor itu. Berhubung dia sedang kebelet kencing, dia sampai mengompol saat itu juga.
"Hmm ya aku pernah dengar ceritanya. Ada apa?" tanya Aruta.
"Kami berdua akan ke sekolah ini nanti malam. Kau mau ikut?" tanya Uika.
"Memangnya kalian ada keperluan apa ke sekolah malam malam?" Aruta balik bertanya.
"Berjalan-jalan saja mencari hal-hal janggal. Kami mau melihatnya sendiri. Siapa tahu ketemu hantunya," jawab Uika.
"Gitu ya. Gak dulu ah. Mending tidur," ujar Aruta.
"Ayolah Aruta bareng kami," ujar Vins.
"Hey aku benci hal-hal horor. Jangan memaksaku begitu," ujar Aruta dan menguap setelahnya.
"Huh? Kau takut begituan? Dari caramu ngomong aja sepertinya malah sebaliknya," ujar Vins.
"Sudahlah. Aku pengen tidur tenang di kasurku," ujar Aruta.
"Huff ya sudahlah kami saja yang berjalan-jalan nanti malam," ujar Vins.
"Iya. Nanti kalau ketemu hantunya gausah datang gedor-gedor kamar apartemen ku loh ya," ujar Aruta sembari berjalan meninggalkan Vins dan Uika. "Sudah dulu ya. Aku mau ke kelas dulu."
"Iya-iya," jawab Vins. "Hati-hati!" saut Vins dan Uika sebelum akhirnya mereka berdua berjalan ke arah sebaliknya.
Aruta lanjut berjalan menuju ke kelasnya. Aruta melewati lorong sekolah yang dipinggirnya terdapat semak-semak. Ketika Aruta melewati lorong itu, Aruta merasa aneh karena dia seperti merasakan sesuatu yang janggal. Aruta merasakan tipis tipis aura aneh dari arah semak-semak lorong itu. Aruta awalnya tak ambil pusing namun ketika dia terus berjalan lurus di lorong itu, terdapat suatu momen Aruta merasakan secara jelas aura aneh itu tepat berada di sebelah kanannya.
Aruta penasaran dan mengeceknya. Aruta merabai semak-semak yang ada di hadapannya dan akhirnya melihat sebuah batu aneh. Dia mengambil batu itu keluar dari dan batu itu akhirnya tampak jelas. Batu itu mengeluarkan sedikit aura hitam. Batu itu cukup kecil, namun batu itu membentuk kubus sempurna tidak seperti batu pada umumnya. Bati itu juga memiliki corak yang aneh di keenam sisinya. Batu itu terlihat seperti batu-batu kuno yang ada di museum.
"Apa ini? dadu? tapi kok ada coraknya. Keluar aura hitam lagi. Apa ada yang habis cosplay disini?" gumam Aruta sembari melihati benda itu.
"Aku bawa aja lah." Aruta memasukkan benda itu ke sakunya dan pergi ke kelasnya. Aruta melihat jam yang ada di lorong itu yang menunjukkan jam 10 kurang 5 menit. "Sial aku akan terlambat pelajaran selanjutnya!" gumam Aruta panik sambil berlari.
Ketika Aruta sedang berlari, dia melewati seorang siswa. Siswa itu langsung melihat ke arah Aruta dengan ekspresi terkejut."Huh? aura ini... " gumam siswa itu. "Hey tung-" belum sempat siswa itu menyelesaikan kalimatnya, Aruta sudah menghilang karena larinya yang sangat cepat. "Loh, sudah hilang? Tapi yasudah lah," gumam siswa itu sembari lanjut berjalan.
Siswa itu berjalan menuju semak-semak tempat Aruta menemukan batu tadi. Siswa itu merabai semak semak itu seperti mencari sesuatu. "Hilang?" gumamnya panik. Siswa itu langsung mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.
"Ada apa, Mono?" tanya orang di dalam telepon siswa itu.
"Pak, aku tak menemukan barangnya. Aku bahkan tak merasakan auranya," ujar Mono dengan nada serius.
"Mana mungkin, barang itu ada disitu," balas orang yang berada di dalam telepon dengan nada santai.
"Tapi barangnya tidak ada," ujar Mono.
"Ada," ujar orang di dalam telepon masih dengan nada santainya.
"Tidak ada," ujar Mono yang mulai kesal.
"Ada."
"Tidak!"
"Ada-ada saja."
"Hey seriuslah sedikit!"
"Temukan benda itu atau gajimu bulan ini dipotong."
Mono yang sangat kesal menurunkan ponselnya dan berkata, "Orang ini menyebalkan. Dia yang menjatuhkannya malah aku yang disuruh nyari. Bisanya cuma nyuruh nyuruh orang. Waktu bayi dia bukannya dikasih asi malah dikasih kopi kayaknya."
Tiba-tiba terdengar suara, "Kau belum menutup teleponnya Mono."
Mata Mono langsung terbelalak setelah mendengar suara itu. "Sialan..." gumam Mono.
dua jam kemudian, bel istirahat berbunyi. Aruta langsung menuju ke kantin untuk makan siang. Setibanya di kantin, Aruta berpapasan dengan Vins dan Uika.
"Loh Aruta. Mau makan siang ya? Ayo makan bareng," ajak Vins.
"Oke." Aruta, Vins, dan Uika pergi membeli makanan terlebih dahulu. Namun saat Aruta ingin membayar dan mengambil uangnya, dia tak sengaja menjatuhkan batu yang dia temukan tadi. Aruta langsung membungkuk dan mengambil batu itu. Namun sebelum memasukkannya kembali ke sakunya, Aruta sempat melihati batu itu terlebih dahulu.
"Hmm nanti tanya Vins sama Uika aja lah," gumam Aruta memasukkan batu itu ke sakunya.
Setelah selesai membeli, Aruta dan yang lain menuju salah satu meja di kantin itu. Saat mereka sedang enak-enak makan, Aruta mulai mengeluarkan batu aneh tadi.
"Hey Vins, Uika," panggil Aruta sembari mengeluarkan batu tadi.
"Yo, kenapa?" tanya Vins dan Uika bersamaan.
"Apa kalian tahu ini apa?" tanya Aruta sembari menunjukkan batu aneh itu.
"Huh? Kayak dadu," ujar Uika.
"Batu ini juga mengeluarkan aura hitam," ujar Aruta.
"Aura hitam? batu itu tidak mengeluarkan apapun," ujar Vins.
'Huh? hey jelas jelas batu ini mengeluarkan aura hitam. Uika, kau lihat kan," ujar Aruta.
"Tidak," jawab Uika.
"Makanya jangan kebanyakan bergadang main game," ujar Vins.
Aruta langsung mengerutkan keningnya karena dia jelas-jelas melihat batu itu mengeluarkan aura bewarna hitam. Tapi Vins dan Uika tidak melihatnya?
"Tapi sepertinya batu itu bagus juga untuk dijadikan jimat. Apa kami boleh meminjamnya?" tanya Vins.
"Huh? Tapi kayaknya aku merasa yang terjadi mungkin akan sebaliknya," ujar Aruta.
"Hey ayolah. Kau tahu kan jimat di film-film horor bentuknya selalu aneh-aneh," ujar Vins.
"Ayolah, kau sudah tak ikut jurit malam paling tidak kau meminjamkan batu itu," ujar Uika menahan kepalanya dengan kedua tangannya di meja
"Ugh oke-oke." Aruta memberikan batu itu kepada Vins.
"Batunya keren juga," ujar Uika.
"Batu ini sepertinya bisa dijadikan jimat yang bagus." ujar Vins.