Chereads / Master of LYNK / Chapter 16 - Bab 2, Chapter 16: Kehidupan Baru

Chapter 16 - Bab 2, Chapter 16: Kehidupan Baru

Keesokan harinya pagi-pagi sekali, Aruta langsung pergi menuju rumah bos kerja sampingannya sebelum pergi ke sekolah.

"Apa?!! Kenapa kau keluar??" tanya bos Aruta.

"Saya sudah dapat kerjaan lain Pak. Gajinya juga jauh lebih tinggi," jawab Aruta.

"Hey lalu siapa yang akan mengantar makanan?" tanya si bos dengan suara yang mulai panik.

"Ya cari yang lain saja Pak," jawab Aruta.

"Tcih. Dengar ya Aruta. Dunia kerja itu kejam. Nasibmu di sana bisa saja jauh lebih buruk! Aku tidak yakin kau akan bertahan. Jadi daripada begitu, mending kau tetap bekerja di sini," ujar si bos itu.

"Ya ya. Kalau sudah selesai ngomongnya aku pamit dulu ya Pak. Terima kasih untuk semuanya," ujar Aruta langsung berjalan pergi dari sana.

"Hey Aruta! Kau tak bisa pergi begitu saja. Aruta, Aruta!!" teriakan terakhir yang terdengar dari si bos itu.

Aruta berjalan menuju sekolah dengan senyuman lebar di wajahnya.

"Yeay kerjaan baru. Aku tak perlu lagi mendengar omelan dari bos cerewet itu. Kemarin juga Kak Mona ngeberi tahu gajinya Penyihir Juntoshi. Besar juga ternyata gajinya. Beli komputer baru juga bisa ini hihi," isi pikiran Aruta sembari berjalan.

Tidak lama kemudian, ponsel Aruta berdering. Aruta pun melihat ponselnya dan ternyata Mono mengirim pesan.

"Pak Kuroto menunggumu sepulang sekolah," isi pesan itu.

"ok," balas Aruta.

***

Sesampainya di sekolah, Aruta melihat sekolah yang lebih ramai dari biasanya. Beberapa guru sedang berada di dekat properti sekolah yang rusak karena pertarungan Aruta dan Mono kemarin.

Tak lama kemudian, Aruta melihat Mono yang sedang berjalan sendirian membawa ranselnya. Aruta pun langsung bergegas ke arah Mono dan menepuk pundaknya.

"Yo Mono. Selamat pagi," sapa Aruta.

"Oh ya, pagi," balas Mono dengan nada datar.

"Sekolah ini jadi agak rame ya," ujar Aruta.

"Oii kalian berdua!" saut seseorang. Saat Aruta dan Mono berbalik, mereka pun melihat Mona yang menghampiri.

"Selamat pagi kalian berdua," ujar Mona.

"Pagi," balas Aruta dengan bersemangat namun Mono membalasnya dengan datar.

"Sepertinya kita tak sengaja merusak beberapa benda tadi malam," ujar Aruta.

"Ya begitulah. Pura-pura tidak tahu aja. Aku juga enggak mau ganti rugi," ujar Mona dengan senyum nakal.

"Bukannya ada cctv?" tanya Mono.

"Hey jangan remehkan kakakmu," ujar Mona mengeluarkan kunci ruang keamanan dari sakunya.

"Huff sudah kuduga," ujar Mono.

"Bagaimana kabar si Vins dan Uika?" tanya Aruta.

"Huh? Oh si laki-laki yang digendong sama si perempuan itu? Mereka aman. Kemarin setelah kau mengambil 'Segel Arabes' itu, mereka tak lagi dikejar-kejar oleh para 'Junoi'," jawab Mona.

"'Segel Arabes'? 'Junoi'? Apa itu?" tanya Aruta.

"Huh? Hey Mono, kau belum memberitahunya?" tanya Mona.

"Belum. Dia nanti ketemu Pak Kuroto aja loh. Paling ya dijelasin. Kalo ada yang kurang baru aku tambahin," jawab Mono.

"Huff kau ini. Yasudahlah kalau begitu," ujar Mona memegang keningnya dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menempel di pinggang.

Tidak lama kemudian, seorang guru memanggil Mona, "Hey Mona, kesinilah sebentar!"

"Sepertinya aku akan sedikit sibuk hari ini. Yasudah, aku pamit dulu ya. Dah dah kalian berdua," ujar Mona berjalan pergi menghampiri guru itu.

"Aku juga mau cepat-cepat ke kelas. Aku duluan ya, Aruta," ujar Mono yang ikut berjalan meninggalkan Aruta.

"H-hey... " Aruta ingin memanggil Mono namun Mono berjalan begitu cepat dan sudah cukup jauh. "Yah ditinggal sendirian," gumam Aruta.

***

Hari berlalu dan bel pulang berbunyi. Aruta pun langsung bergegas keluar dari sekolah. Namun selama Aruta berjalan keluar, dia tak menemukan Mono sama sekali.

"Hmm mungkin dia lagi sibuk," gumamnya.

Aruta mulai mengikuti sesuai alamat Mono yang juga dibantu dengan GPS. Alamat itu pun membawa Aruta hingga ke kaki Gunung Berial. Aruta awalnya sempat bingung kenapa alamatnya malah membawanya ke gunung ini namun Aruta memberanikan diri untuk masuk ke area gunung.

Semakin Aruta memasuki gunung, jaringan internet Aruta semakin lemah hingga pada akhirnya internetnya begitu lemah sampai tak ada bedanya dengan tidak punya internet sama sekali.

"Huff, tempatnya anti mainstream banget," gumam Aruta.

Aruta melanjutkan berjalan namun dia mulai teringat tentang cerita-cerita di gunung ini. Jantung Aruta berdebar kencang dan mulai merasa gugup. Aruta meneruskan berjalan dan mulai memasuki area hutan di gunung itu. Suasana mulai sedikit berkabut dan cahaya matahari yang masuk mulai berkurang.

Tidak lama kemudian, Aruta mulai mendengar suara sesuatu sedang berlari di balik semak-semak. Suara itu seperti ada orang yang sedang mengikutinya. Aruta sempat berhenti dan melihati sekitar.

"Hey kau yang mengikutiku. Keluarlah!" gertak Aruta.

Setelah Aruta mengeluarkan gertakkan itu, Suara itu pun menghilang.

"Sepertinya cuma binatang," gumamnya.

Aruta berbalik untuk meneruskan perjalanan. Namun ketika Aruta berbalik tiba-tiba sudah ada wajah Kuroto yang sudah sangat dekat dengan wajahnya.

"WAAA!!" Aruta terkejut dan terjatuh ke belakang.

"Ahahaha halo," sapa Kuroto.

"Membuat kaget saja," ujar Aruta.

"Hey di gunung ini ada jalan utama kok gak lewat situ aja? Mobil aja bisa lewat situ loh," ujar Kuroto sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantelnya.

"Ya mana kutahu. Aku kan baru pertama kali masuk gunung ini," ujar Aruta kembali berdiri. "Jangan-jangan cerita horor di gunung ini berasal darimu."

"Ya... Gak salah sih. Tapi itu bukan sepenuhnya salahku. Penyihir-penyihir juntoshi di sini juga kadang usil. Kadang juga karena 'junoi' juga," jawab Kuroto.

"'Junoi' itu apa sih?" tanya Aruta.

"Oh iya. Aku akan memberi tahumu sembari berjalan," ujar Kuroto.

"Oke."

Aruta pun melanjutkan berjalan bersama Kuroto.

"Junoi itu bisa dibilang makhluk tak kasat mata. Mereka hanya bisa dilihat oleh mereka yang memiliki energi 'LYNK' yang stabil. Junoi itu sendiri seluruh tubuhnya terbuat dari energi 'LYNK'," ujar Kuroto.

"Energi 'LYNK' itu apa?" tanya Aruta.

"Hmm kurang lebih bahasa gampangnya seperti energi sihir," jawab Kuroto.

"Hmm oh iya. Pak, kenapa markas penyihir juntoshi ada di tengah tengah hutan seperti ini?" tanya Aruta.

"Markasnya dibangun di tengah hutan agar saat ada masalah di markas penyihir juntoshi, masalah itu tidak gampang menyebar ke tempat umum," jawab Kuroto. "Ah kita sudah sampai!" ujar Kuroto menunjukkan jarinya.

Aruta melihat ke arah yang ditunjuk Kuroto dan melihat sebuah mansion yang cukup besar.

"Apa itu markas Penyihir Juntoshi?" tanya Aruta.

"Ya, Markas Penyihir Juntoshi Benua Selatan," jawab Kuroto. "Aku akan mengenalkanmu dengan anggota-anggota lainnya."

Aruta mulai berjalan masuk ke area mansion itu. Mansion itu terlihat seperti mansion normal tanpa hal-hal janggal apapun. Mereka pun sampai ke pintu depan mansion itu dan Kuroto pun mulai membuka pintunya.

"Baiklah waktunya perkenalan. Halo semuanya! Kita kedatangan anggota baru!" ujar Kuroto dengan penuh semangat.

"Halo," sapa beberapa orang di sana.

Tiba-tiba ada seorang perempuan yang berlari mendekati Aruta dengan penuh semangat.

"WAHH!! kau anak baru itu ya. Semoga bisa akrab dengan kami di sini. Aku Bela. Kita bisa banyak bermain disini!" ujar Bela dengan penuh semangat sembari melompat-lompat.

"Ahaha. Semua orang di sini adalah penyihir. Jadi kau bisa berlatih dengan senior-seniormu kapan saja," ujar Kuroto kepada Aruta.

"Hebat!!" ujar Aruta.

"Baiklah waktunya mengenalkan yang lain. Di dalam sebuah tim penyihir juntoshi terdapat beberapa tingkat yaitu komandan, kapten, dan anggota. Pertama untuk komandan adalah aku! Kuroto Kiriyato yang hebat dan Penyihir Juntoshi terhebat yang pernah ada! Bwahahaha! Bwahahahaha!"

Seluruh ruangan menjadi hening dan hanya Kuroto yang tertawa sendiri.

"Ehem oke kita lanjutkan. Selanjutnya untuk kapten di tim ini ada tiga orang. Pertama ada orang yang sedang duduk meminum teh di sana yang di sampingnya ada sebuah pedang. Namanya adalah Wise Jade. Kau bisa memanggilnya Pak Wise," ujar Kuroto menunjuk ke arah Wise.

"Salam kenal," ujar Wise meletakkan cangkir teh nya dan melipat kakinya.

"Selanjutnya adalah orang suram yang sedang duduk membaca buku di sana. Yang mata kirinya ketutupan sama rambut. Namanya adalah Gren Yamazawa! Kau bisa memanggil orang suram itu dengan Pak Gren," ujar Kuroto menunjuk ke arah Gren.

"Hey berhentilah memanggilku seperti itu," ujar Gren menurunkan bukunya.

"Wah wah ada anggota baru ya." Aruta menoleh dan melihat ada seorang perempuan yang menghampirinya.

"Dan ini adalah Haruki Murakami. Kau bisa memanggilnya Bu Haruki," ujar Kuroto mengenalkan Haruki.

"Hai, salam kenal ya. Semoga betah berada di tim ini," ujar Haruki.

"Dan untuk para anggota ada yang baru mengenalkan dirinya kepadamu tadi Bela. Dan untuk anggoya lainnya ada... "

Kuroto membawa Aruta ke dapur dan ada dua laki-laki di sana. Yang satu sedang membuat kopi sedangkan yang lain sedang memakan kue.

"Yang itu adalah Oliver," ujar Kuroto menunjuk ke arah orang yang sedang menyeduh kopi. 

"Halo. Salam kenal ya," ujar Oliver.

"Kalo yang ini Zaka," ujar Kuroto menunjuk ke arah laki-laki yang sedang memakan kue.

"Hai," ujar laki-laki itu namun tak terlalu jelas karena mulutnya sedang ada makanan.

"Hey telan dulu makananmu," ujar Oliver.

"Hehe, halo semua," ujar Aruta.

Kuroto kembali membawa Aruta ke ruang tamu dan membawanya ke seorang perempuan kecil yang sedang tidur terduduk di sofa.

"Huh?" perempuan itu mulai membuka matanya setelah mendengar suara Kuroto. "Oh Pak Kuroto. Dan kau... "

"Aku Aruta. Salam kenal ya!" ujar Aruta.

"Oh... iya," ujar Raven dengan suara yang rendah.

"Namamu Aruta? wah lucunya. Apa kau suka menonton film? atau membaca komik?" tanya Bela.

"Eh... aku membaca komik Ultra X. Aku menonton film nya juga sih," jawab Aruta.

Sembari Aruta yang beranjak pergi bersama Bela dan Pak Kuroto, Raven menatap Aruta sesaat sebelum kembali memejamkan matanya lagi.

"Ultra X?! Wahh!! apa kau membaca volume terbarunya?" Tanya Bela dengan mata yang berbinar-binar.

"Ya ya! yang karakter utamanya jadi jahat itu kan. Jujur aku mendukungnya sih," jawab Aruta.

"Aku menantikan movie nya dari volume sebelas nya!" ujar Bela.

"Ya ya aku juga menunggunya. Itu akan rilis bulan depan kan," ujar Aruta kepada Bela.

Aruta dan Bela membicarakan komik Ultra X berdua dengan suara yang cukup keras.

"Dia cepat akrab ya," ujar Haruki kepada Kuroto.

"Ya baguslah," ujar Kuroto.

Tiba-tiba suara seorang laki-laki menyela pembicaraan Aruta dan Bela. "Hey Bela, kan sudah ku bilang pudingnya ditaruh di kulkas aja. Pudingnya dimakan Zaka tuh," saut Oliver yang keluar dari dapur.

"Huh?! Bwaahhh jangan dimakan dong," ujar Bela yang langsung berlari ke dapur.

"Sepertinya kau bisa cepat akrab," ujar Kuroto menghampiri Aruta.

"Ahaha. Oh ya aku ingin bertanya. Memang ada berapa tim penyihir juntoshi yang ada sekarang?" tanya Aruta.

"Oh. Hanya dua, Penyihir Juntoshi Benua Selatan dan Benua Utara," jawab Kuroto.

"Ah sedikit sekali. Bagaimana kalian tahu ada aktivitas para makhluk makhluk aneh itu. Kau bisa tahu saat aku diserang makhluk itu ketika aku dulu di sekolah dasar," tanya Aruta.

"Oh itu. Di penyihir juntoshi ada yang namanya penyihir pengintai. Para penyihir pengintai bertugas untuk memberikan informasi dan membantu penyihir juntoshi yang bertugas. Mereka sudah dibekali paling tidak, mampu menguasai teknik dasar sihir LYNK," ujar Kuroto.

"Begitu ya," ujar Aruta mengangguk.

"Baiklah, aku akan mengajarimu beberapa hal di luar. Bersiaplah," ujar Kuroto.

"Baiklah. Aku siap!" ujar Aruta.

"Hehe, semangat kalian berdua," ujar Haruki.

***

Aruta dan Kuroto berlari ke luar dengan penuh semangat. 

Haruki melihati tingkah mereka dan bergumam, "Hehe. Kuroto itu usianya doang yang tua tapi jiwanya masih kayak bocah."

Tidak lama kemudian, Haruki merasa ada yang menarik-narik bajunya. Haruki menoleh ke samping dan melihat Raven yang sedang menarik-narik bajunya.

"Ada apa? Raven," tanya Haruki dengan lembut.

"Bu, kenapa Orang tadi jadi penyihir juntoshi? Kenapa tidak jadi penyihir pengintai saja? Aku tak merasakan energi LYNK yang spesial darinya," tanya Raven dengan suara lemahnya.

"Hehe Ibu juga tidak tahu. Tapi dia dipilih langsung oleh Kuroto. Walau kelakuan Kuroto seperti itu, dia bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat," jawab Haruki.