Mono mulai memakan pie yang baru dia beli sembari melihati Sako.
"Pie spesial... promo terakhir," ujar Sako dengan suara lemas dan terduduk di lantai.
"Huh? kau mau pie ini? aku bagi dua saja," ujar Mono.
"Tidak!! bekas laki laki, sungguh menjijikan," ujar Sako yang langsung berdiri dan memasang ekspresi jijik di wajahnya.
"Jadi kau mau tidak?" tanya Mono mulai mengerutkan dahinya.
"Tentu saja tidak! Pienya udah digigit sama kamu gitu," ujar Sako dengan suara tinggi.
"Yaudah," jawab Mono dengan suara datar.
"Tcih, dilihat-lihat sepertinya kau laki-laki sok dingin di depan wanita. Pasti kau cowok buaya," ujar Sako dengan nada menghina.
Mono pun mulai kesal dengan Sako namun dalam hati dia berkata, "Sabar Mono. Tak usah hiraukan dia dan pergi."
Mono pergi namun baru melangkahkan kakinya, tiba-tiba Sako menyaut.
"Idih lari. Cemen sekali jadi orang. Cowok najis!"
Mono langsung emosi dan berbalik ke arah Sako dan berkata,"Hey dengar sini kau cewek sialan. Ini memang sudah sifatku. Jika kau ingin pie ini, tinggal bilang saja. Dasar cewek judes, mukanya gabisa senyum, dadanya kecil! Kau pasti akan kesulitan waktu nyari pacar."
PLAKK!!
"KURANG AJAR!!" Teriak Sako langsung menampar wajah Mono dengan sangat keras. Tamparan Sako mengenai luka bekas pukulan Aruta yang ada di pipi Mono. Mono sendiri terkejut dengan kekuatan tamparan Sako.
"Njir cewek gila... " Mono pun terhempas menabrak meja yang ada di belakangnya dan terkapar.
"Hmph, kenapa aku bertemu orang-orang aneh hari ini," ujar Sako berjalan meninggalkan kantin.
***
Di sisi lain, Mona sedang berjalan santai sembari meregangkan kedua tangannya dan menguap.
"Aduh bosannya," gumam Mona sembari terus berjalan.
Mona pun akhirnya sampai di kantin sekolah dan melihat kerumunan siswa. Mona pun langsung menghampiri kerumunan siswa itu.
"Hey-hey ada apa ini?" tanya Mona yang langsung masuk ke tengah kerumunan itu.
Setelah Mona masuk, Mona pun melihat Aruta yang sedang terkapar di atas meja dengan semangkuk mie di sebelahnya.
"Loh, Aruta?" Mona terkejut.
"Kak Mona, di sini juga ada Mono lagi terkapar!" saut siswa lainnya.
Mona pun langsung menghampiri dan melihat Mono yang sedang tergeletak dan tertimpa sebuah meja.
"Haduh kalian ini. Harus berapa kali aku mengantar kalian ke UKS?" ujar Mona sembari memegang kepalanya.
***
Di sisi lain si penjual Mie Iblis.
"Loh, garamku kok hilang sebungkus?" gumam si penjual yang sedang mencari garamnya itu.
***
Di UKS, Mono mulai bangun dan melihat Aruta yang duduk di samping tempat tidurnya.
"A... ruta?" Mono mulai membuka matanya.
"Ahh akhirnya kau bangun," ujar Aruta namun masih memegangi perutnya.
"Kau kenapa?" tanya Mono.
"Aku tadi berlomba makan mie iblis dengan cewek tadi. Tapi bukannya pedasnya yang kayak iblis, malah asinnya yang kayak iblis," jawab Aruta.
"Ternyata kau korbannya juga ya. Siapa yang membawa kita kesini?" tanya Mono sembari berusaha duduk dan memegangi pipinya yang ditampar Sako.
"Kata perawat di sini, Mona yang membawa kita," jawab Aruta.
"Oh, dia ternyata," gumam Mono.
Suasana pun menjadi sunyi. Mono tak berbicara apapun sedangkan Aruta juga bingung bicara apa.
Aruta memikirkan sesuatu dan akhirnya memecah suasana. "Ngmong-ngomong, kakakmu kan ketua osis. Kenapa kau tidak ikut menjadi anggota osis," tanya Aruta.
"Huh? Kok tiba-tiba tanya begitu," tanya Mono.
"Hey ayolah. Aku tak mau mati karena terlalu tegang," ujar Aruta.
"Haduh iya-iya. Aku memang bukan anggota osis sih. Tapi kakakku sering menyuruhku mengerjakan tugas seorang anggota osis. Jadi walau aku bukan anggota osis sekalipun aku tetap dipaksa mengerjakan tugas mereka," jawab Mono.
Tidak lama kemudian, Mono mendengar suara notifikasi dari ponsel miliknya. Mono mengecek ponselnya dan melihat Pak Kuroto yang mengirim pesan. Isi pesan itu adalah:
Yo Mono! Aku punya misi untukmu dan sekaligus misi pertama untuk Aruta. Nanti waktu misi tolong jaga baik-baik dia ya. Oh ya dan kita akan kedatangan seorang penyihir juntoshi baru. Semoga misi kalian sukses! Temui aku nanti sore.
"Penyihir juntoshi baru lagi?" tanya Mono.
"Huh? Penyihir Juntoshi baru? Aku punya junior dong," ujar Aruta.
"Tapi kan kau baru bergabung kemarin. Dia akan seangkatan denganmu," ujar Mono.
***
Sore harinya
Bel sekolah berbunyi dan Aruta bergegas menata semua bukunya dan keluar. Saat sedang berjalan keluar sekolah, dia melihat Mono yang juga sedang berjalan keluar sekolah.
"Hei Mono!" panggil Aruta.
"Huh?" Mono menoleh ke arah Aruta.
Aruta pun langsung menghampirinya dan menepuk pundaknya.
"Ayo ke markas bareng," ajak Aruta.
"Oke," jawab Mono.
Mereka pun berjalan bersama namun tak sampai satu menit kemudian, tiba-tiba ada suara lagi yang memanggil Mono.
"Mono!!"
Aruta dan Mono menoleh kebelakang dan melihat Mona yang sedang berlari kencang ke arah mereka.
"Mono aku butuh bantuanmu!" ujar Mona yang langsung menggenggam erat lengan kanan Mono dan merengek.
"H-hey bantu apa?" tanya Mono.
"Aku butuh kamu buat ngurus dokumen. Sekretarisku sakit semua jadi aku harus mengerjakannya sendirian," ujar Mona.
"Hey berapa kali aku harus berkata kepadamu. Aku bukan OSIS!" ujar Mono yang kesal.
"Dan mungkin kau lupa aturan kita. Kau tidak bisa berkata 'tidak' kepada kakakmu!" Tiba-tiba Mona langsung menggendong Mono di pundaknya dan membawanya lari.
"Hey apa-apaan ini! HEEYYYyyy... " suara terakhir yang terdengar dari Mono sebelum menjadi korban penculikan kakaknya.
"Yah aku harus berangkat sendiri," gumam Aruta yang hanya bisa melihat kejadian yang begitu cepat tadi.
***
Aruta pun pergi ke markas sendiri.
Sesampainya di sana, Aruta melihat Bu Haruki yang sedang duduk sendirian di ruang tengah sembari menonton tv.
"Sore, Bu," sapa Aruta.
"Oh Aruta. Masuk saja," sapa Haruki sembari berdiri dan menghampiri Aruta.
"Dimana yang lain?" tanya Aruta.
"Yang lain sedang ada yang melakukan misi. Ada juga yang memang tidak datang. Hanya ada Ibu dan Pak Kuroto saja di sini," Jawab Haruki.
"Oh, kalau begitu saya menemui Pak Kuroto saja. Dimana dia sekarang?" tanya Aruta.
"Itu, masuklah ke lorong itu dan cari pintu yang ada vas bunga di sebelahnya. Itu kamarnya," ujar Haruki sembari menunjuk sebuah lorong.
"Oke, terima kasih banyak Bu," ujar Aruta.
"Sama-sama. Kudengar kau mau ngelakuin misi pertamamu ya. Semangat ya," ujar Haruki dengan senyuman di akhir.
"Hehe terima kasih Bu!"
Aruta mulai masuk ke lorong yang Bu Haruki tunjuk sebelumnya. Di lorong itu terdapat empat pintu. Aruta pun menemukan pintu dengan vas bunga di sampingnya.
Aruta mulai mengetok pintu itu.
TOK TOK TOK
"Siapa di sana?" tanya Kuroto yang ada di dalam.
"Ini aku, Aruta," jawab Aruta.
"Oh Aruta. Masuklah, pintunya tidak dikunci," ujar Kuroto.
Aruta membuka pintu kamar itu dan melihat kamar Kuroto yang cukup sederhana. Hanya ada beberapa perabotan biasa seperti kasur, lemari baju, lemari buku, meja, dan kursi.
"Halo Aruta," sapa Kuroto dengan tenang.
"Halo pak," jawab Aruta.
Aruta melihat ke arah Kuroto yang sedang duduk di depan mejanya. Di meja itu hanya ada sebuah laptop. Namun ketika Aruta memerhatikan lagi, Aruta melihat sebuah buku yang cukup tua terbuka di depan laptop itu.
"Pak Kuroto suka baca buku?" tanya Aruta.
"Oh tidak juga. Bapak cuma tak sengaja menemukannya," jawab Kuroto lalu berdiri setelahnya.
"Buku itu tua sekali, memang itu buku apa?" tanya Aruta.
"Cuma novel biasa. Kayaknya ada yang gak sengaja lupa bukunya ditaruh dimana jadinya bukunya harus berteman dengan debu," jawab Kuroto. "Oh iya, omong-omong dimana Mono?"
"Mono jadi korban penculikan kakaknya," jawab Aruta.
"Oh begitu ya," ujar Kuroto sembari kembali duduk di kursinya. "Kalau begitu kita ngobrol dulu aja. Sekalian nunggu Mono dan anggota baru kita datang."