Aruta berjalan mengikuti Sako di belakangnya. Namun selama berjalan bersama, Aruta dan Sako hanya bergeming. Aruta sendiri mulai tak nyaman karena suasananya yang canggung. Dia pun mencoba mengalihkan perhatiannya dengan melihat kesekeliling. Hanya ada beberapa pintu yang berada di kedua sisi lorong itu. Tak ada yang aneh.
Aruta kembali menengok ke arah Sako dan terkejut melihat Sako yang sudah cukup jauh darinya.
"Hey jalanmu cepat sekali," ujar Aruta sembari mempercepat jalannya dan mengejar Sako.
"Huff cepatlah sedikit. Aku tidak ingin berlama lama di tempat seperti ini. Apa lagi berduaan sama laki-laki mesum kayak kamu," ujar Sako.
"Tch, kasar sekali," gumam Aruta.
Aruta dan Sako lanjut berjalan dan melewati suatu pintu. Tepat saat mereka melewati pintu itu, terdengar suara aneh dari pintu itu. Seperti suara seseorang namun terdengar lemas. Aruta yang mendengar itu langsung terkejut. Dia pun langsung melompat dan tak sengaja memeluk Sako.
"BWAAHHH!! Apa itu??"
"Jangan sentuh aku!" Sako langsung memegang tangan Aruta dan membantingnya ke lantai.
"Aduh-duh-duh."
"Kau sama begituan takut? Kita kan kerjaannya ngurusin makhluk begituan," ujar Sako.
"Ya namanya orang kagetan," jawab Aruta. "Coba kau cek ruangannya."
"Dih, kan kau yang laki. Masa yang cewek yang didepan," ujar Sako.
"Hadeh yaudah iya iya." Aruta pun berdiri dan mulai mendekati pintu itu.
Di sisi lain, Sako masih memasang wajah judesnya. Walau sebenarnya, jantungnya berdebar kencang sekali saat mendengar suara aneh tadi.
"Haduh hampir saja aku lompat dan meluk orang mesum itu," batin Sako.
Di sisi lain, Aruta mulai memegang pintu dan membukanya dengan perlahan. Aruta mengintip kedalam dan melihat junoi di dalamnya. Junoi itu berwujud serigala dengan mata merah menyala dan tubuhnya tak sepenuhnya tertutup oleh kulit. Ada bagian dimana dagingnya terlihat bahkan tulangnya terlihat.
Sadar pintu ruangan itu terbuka, junoi itu langsung menoleh ke arah Aruta. Namun Aruta tak gentar dan langsung masuk ke ruangan itu.
"Serahkan yang satu ini padaku," ujar Aruta.
Aruta langsung melesat dan mengarahkan pukulan kepada junoi itu. Namun belum sempat Aruta mendaratkan pukulannya, tiba-tiba ada sebuah bola kecil bewarna kuning menyala yang melesat menyalipnya. Bola kuning itu mengenai junoi itu dan seketika menimbulkan ledakan listrik membuat junoi itu hancur menjadi pecahan-pecahan daging. Namun bukan berisi darah melainkan berisi energi LYNK. Di sisi lain, Aruta yang tidak bisa menghentikan lesatannya pun kebablasan dan menghantam tembok hingga hancur.
Aruta menoleh kebelakang dan melihat Sako dengan tangannya yang membentuk pistol jari.
"Apa kau yang melakukannya? Junoi itu kan punyaku," ujar Aruta.
"Kau lambat sih. Ya aku serang duluan aja," ujar Sako.
"Kurang ajar sekali perempuan ini," gumam Aruta.
Tiba-tiba, Aruta dan Sako mendengar rintihan anak kecil di ruangan itu.
"Anak kecil?" ujar Sako.
Aruta dan Sako mencari sumber suara itu. Suara itu pun menuntun mereka ke sebuah lemari yang ada di pojok ruangan itu. Aruta membuka lemari itu perlahan dan menemukan seorang anak kecil yang merintih memegangi lututnya yang terluka. Anak itu sendiri terkejut ketika Aruta membuka pintu lemarinya.
"Hah! Monster!" teriak anak itu ketika Aruta membuka pintu lemarinya.
"Wah! Monster? Mana??" Aruta ikut terkejut saat anak itu berteriak.
"Kau bodoh!!" Sako langsung menampar kepala Aruta hingga Aruta terpental menabrak dinding.
Sako menghampiri anak kecil itu dan menepuk kepalanya dengan lembut.
"Tenang saja, sudah tidak ada monster di sini. Bagaimana kamu bisa ada di sini?" tanya Sako dengan lembut.
"A-aku sedang bermain bola. Bolaku tidak sengaja masuk ke rumah ini. Aku pun masuk ke rumah ini untuk mencari bolaku. Tapi karena rumah ini terlalu besar, aku tersesat. Dan entah kenapa aku merasa ada yang mengejarku. Aku akhirnya langsung masuk ke lemari ini," ujar Anak kecil itu. Setelah menceritakannya, anak kecil itu pun langsung menangis.
"Cup cup sudah. Enggak ada yang ngejar kok," ujar Sako dengan suara yang sangat lembut. Aruta yang mendengarkannya juga merasa dia bisa tertidur jika mendengar suara Sako yang "ini" saat malam hari. "Jangan takut. Sudah ada kakak sekarang. Ayo keluar dari sini."
Aruta pun berdiri dan menghampiri Sako. "Suaramu bisa lembut ternyata."
"Diam!" Sako langsung menghantam dagu Aruta membuat Aruta kembali terpental dan menabrak tembok di atasnya. Dia pun jatuh kebawah dan terkapar di lantai.
"Aduh bogemannya keras sekali."
Sembari memegangi dagunya, Aruta kembali duduk dan melihat kesekeliling. Aruta pun terkejut melihat pecahan-pecahan daging dari junoi tadi belum menghilang.
"Kok pecahan dagingnya masih ada?" gumam Aruta.
Tiba-tiba, pecahan daging itu kembali bersatu. Junoi itu pun kembali pulih seperti wujud awalnya. Junoi itu langsung menerjang Sako dan anak kecil itu mengarahkan serudukannya.
"Awas!!" Aruta langsung melesat memegang Sako dan Anak kecil itu dan melempar mereka menjauh.
Namun Aruta tidak sempat menghindar dan terkena serudukan junoi itu. Tapi beruntung Aruta masih sempat menyilangkan tangannya berusaha menahan serudukan junoi itu. Namun junoi itu terlalu kuat membuat Aruta terdorong hingga terpental menabrak tembok hingga menembus ruangan di baliknya. Aruta sempat tergeletak sebentar sebelum dia kembali bangun. Dia pun melihat junoi itu masuk dari lubang bekas tabrakannya dan kini berada di hadapannya.
Di sisi lain, Sako yang dilempar Aruta bangun dan melihat anak kecil tadi masih ada di sebelahnya. Sako menoleh dan melihat lubang bekas tabrakan Aruta. Sako pun langsung menggendong anak kecil itu dan berlari ke arah lubang.
"Aruta!!"Dari lubang, Sako melihat Aruta yang sedang berhadap hadapan dengan junoi tadi.
Junoi serigala itu membuka mulutnya dan mencoba menerkam Aruta. Namun Aruta berhasil mendaratkan pukulan ke dagu junoi itu dan membuat junoi itu terpental.
"Serahkan junoi ini padaku. Bawa keluar anak kecil itu!" seru Aruta.
Setelah mendengarnya, Sako mulai bersiap berlari namun dia merasa ragu untuk meninggalkan Aruta. Namun tiba-tiba Aruta kembali berseru "Cepatlah! Aku pasti baik-baik saja di sini!"
Mendengar itu, Sako pun menghilangkan keraguannya. Kakinya seketika diselimuti oleh listrik dan dia langsung melesat cepat sembari memeluk Anak kecil itu. Anak kecil itu mulai menangis ketakutan di pelukan Sako.
"Hiks... hiks... Apa yang terjadi?"
"Sudah, tidak apa apa. Semuanya pasti akan baik baik saja," ujar Sako menenangkan Anak kecil itu. Sako menoleh ke belakang dan bergumam, "Aku percaya kepadamu. Aruta."
***
Di sisil lain, Aruta sedang menatap junoi serigala itu yang sedang memutarinya. Sembari bersiaga dengan junoi yang dia lawan, Aruta juga melihat jasad-jasad tidak bernyawa yang ada di sekitar ruangan itu. Ada yang hanya tersisa tengkorak dan tulang belulang. Ada juga yang masih ada daging yang tersisa di tubuhnya.
"Sepertinya kau sudah tinggal cukup lama di sini ya. Kau sudah merenggut nyawa orang orang di sini," ujar Aruta.
Junoi serigala itu mulai mengerang lebih keras dan tubuhnya pun membesar gigi-giginya menjadi lebih besar dan tajam. Air liurnya juga menetes keluar dari bibirnya.
"Bersiaplah karena sekarang, aku yang akan mencabut nyawamu," ujar Aruta dan seketika tangannya dilapisi oleh energi LYNK.
***
Di sisi lain, Sako sedang berusaha berlari menuju aula secepatnya. Dan beberapa detik kemudian, dia pun hampir sampai dan melihat aula itu tepat berada di hadapannya.
"Baiklah, kita hampir sampai," ujar Sako.
Namun langkah Sako langsung terhenti ketika dia melihat tiba-tiba ada junoi yang mendarat menghalangi jalannya. Junoi itu melihat Sako dan langsung mengejar Sako. Sako langsung putar balik dan lari dari junoi itu.
"Junoi sialan!!" gumam Sako.
Sako terus berlari dan dia terkejut melihat ada pertigaan yang ada di depannya.
"Kanan atau kiri, kanan atau kiri, kanan atau kiri." Sako semakin dekat dengan pertigaan itu. "Aduh kanan aja dah!"
Sako langsung berbelok ke kanan dan langsung kembali berlari dengan kecepatan penuh. Junoi yang mengejarnya juga tak kalah cepat dan terus membayang-bayangi Sako.
Sako terus berusaha berlari secepat mungkin namun dia juga mulai merasa bahwa lorong dia berada sekarang mulai semakin sempit dan semakin sempit.
"Sialan kok lorongnya tambah sempit sih," gumam Sako. "Kalau aku terpaksa bertarung, aku masih ngegendong anak ini lagi."
Sako pun memutuskan mendobrak salah satu pintu di lorong itu. Sako memasuki ruangan di balik pintu itu dan melihat ada sebuah lemari. Dia pun langsung menuju lemari itu dan menurunkan anak yang dia gendong sembari berkata, "Bersembunyilah di dalam lemari. Jangan menimbulkan suara ya. Jangan keluar sebelum Kakak yang menjemputmu," ujar Sako Anak kecil itu menangguk dan langsung bersembunyi di dalam lemari.
Setelah merasa anak kecil itu aman, Sako pun langsung kembali melesat. Bukan lari dari junoi tadi melainkan untuk menghampirinya. Tak lama kemudian, Sako pun kembali bertemu dengan junoi yang mengejarnya dan junoi itu sendiri terkejut karena Sako menghampirinya. Sako menatap tajam junoi itu dan tangannya mulai diselimuti oleh aliran listrik yang sangat besar dan terang.
"Sayang sekali aku tak suka tempat sempit," ujar Sako.
Sako langsung meninju lantai lorong itu dan membuat ledakan besar. Dinding di sekitar lorong itu hancur sekaligus dengan lantainya. Junoi itu juga terhempas oleh ledakan Sako. Setelah terkena ledakan Sako, junoi itu kembali bangun dan ketika debu-debu dari ledakan Sako mulai hilang, junoi itu pun melihat Sako dengan tangannya yang diselimuti listrik yang menyala-nyala. Senyumannya lebar namun matanya menatap tajam ke arah junoi itu.
"Kau yang mengejarku bukan. Sekarang, hadapi aku!" ujar Sako dengan suara rendah namun sangat mengitimidasi.