Chereads / Master of LYNK / Chapter 18 - Bab 2, Chapter 18: Pukulan Penentu

Chapter 18 - Bab 2, Chapter 18: Pukulan Penentu

"Ayo berdiri!" sentak Mono sembari menendang perut Aruta.

Aruta terbatuk mengeluarkan darah dan terpental setelah tendangan Mono mengenai perutnya. Aruta mulai berusaha mengangkat tubuhnya dengan kedua tangannya. Namun tangan dan kaki Aruta gemetaran dan tak mampu bangkit. Saat Aruta menoleh, dia melihat Mono yang sudah ada di dekatnya.

"Cepat bangun!" sentak Mono yang kembali menendang perut Aruta. Aruta kembali terpental dan sekali lagi tersungkur di tanah. Namun Mono tak berhenti dan kembali mendekat ke Aruta dan kembali menendangnya.

"Bangun! Kubilang bangun! Cepatlah bangun!" Mono terus menendangi Aruta hingga membuat Aruta babak belur.

Setelah Aruta babak belur, Mono mendekat dan menginjak-injak tubuh Aruta. Mulai badan sampai kepala, semua terkena injakan Mono.

"Kau pikir kau bisa melindungi orang lain jika kau sendiri payah seperti ini?" ujar Mono yang terus menginjak Aruta. Aruta masih tergeletak di tanah dengan badannya yang tengkurap. Aruta merasakan tubuhnya yang sangat lemas dan tak bisa digerakkan sedikit pun.

"Kita ada karena kita punya kelebihan untuk menggunakan sihir LYNK. Apa kau tidak malu jika kau tak berdaya di hadapan orang yang tak punya sihir LYNK? Atau bahkan sampai diselamatkan oleh mereka?" energi LYNK langsung membara di kaki kanan Mono dan Mono langsung menendang Aruta dengan sangat keras membuat Aruta terpental jauh dan menabrak salah satu pohon yang ada di ujung lapangan itu.

"Tak kusangka Pak Kuroto merekrut orang lemah sepertimu." Mono berbalik dan mulai berjalan ke jalan keluar lapangan itu. Energi LYNK yang melapisi beberapa bagian tubuhnya pun menghilang.

"Hey!" saut seseorang dari belakang Mono.

Mono berbalik dan melihat Aruta yang sudah berdiri. Aruta membuka kedua kakinya cukup lebar dan berdiri bungkuk dengan tangannya yang menggantung di depan badannya.

"Bisakah kau berhenti meremehkanku?" tanya Aruta dengan tatapan yang sangat tajam dan darah yang ada di sekitar wajahnya.

"Ekspresi apa itu?" gumam Mono dan matanya sedikit melebar.

"Kau masih bisa berdiri rupanya," ujar Mono sembari memasang kuda-kuda.

Aruta langsung melesat dengan kecepatan luar biasa dan mengarahkan pukulan ke wajah Mono. Namun Mono dengan reflek yang luar biasa langsung menangkap tangan Aruta dengan kedua tangannya. Dengan memegangi tangan Aruta, Mono pun langsung memutar balik badannya dan membanting Aruta dengan keras ke tanah. Mono pun melompat mundur setelah membanting Aruta.

"Ayo! jika sebatas teknik dasar saja kau tidak bisa, kau tidak akan bisa melukaiku," ujar Mono sembari kembali memasang kuda-kuda dan kedua tangannya kembali dilapisi energi LYNK.

Dengan cepat, Aruta kembali berdiri dan melesat ke arah Mono. Aruta sekali lagi mencoba mendaratkan pukulan ke wajah Mono dengan tangan kanannya. Namun Mono dengan cepat langsung menangkap dan menggenggam pergelangan tangan Aruta dengan tangan kirinya, membuat Aruta tak bisa menarik kembali tangannya. Mono pun langsung mendaratkan pukulan keras dengan tangannya kanannya ke pipi Aruta. Darah pun langsung keluar dari hidung dan mulutnya.

Namun tiba-tiba, Aruta menggenggam tangan kanan Mono dengan tangan kirinya. Aruta menggunakan tangan kirinya yang ditahan Mono dan tangan kanannya yang menahan tangan Mono sebagai tumpuan dan langsung melesatkan kepalanya ke arah kepala Mono. Mono pun terkejut namun sundulan keras Aruta tak bisa dihindari olehnya. Memar besar bekas sundulan Aruta pun terlihat jelas di kening Mono.

"Sialan kau!!" teriak Mono dan tiba-tiba, memar di keningnya dilapisi oleh energi LYNK yang membara. Mono pun langsung balik menyundul kepala Aruta dengan sundulan yang sangat keras karena ada energi LYNK yang melapisi keningnya. Di saat yang sama, Mono melepas genggaman tangannya membuat Aruta kehilangan tumpuan dan terjatuh sekaligus sedikit terpental karena sundulan Mono.

Tanpa berlama-lama Mono langsung melapisi kakinya dengan energi LYNK dan langsung melesat menendang Aruta dengan sangat keras. Aruta lagi-lagi terpental namun kali ini, dia berhasil mendaratkan tubuhnya dengan sempurna. Aruta langsung melesat ke arah Mono dan membalas tendangannya tadi dengan mengarahkan tendangan ke kepala Mono. Namun Mono berhasil menghadang tendangan Aruta dengan tangan kirinya. Namun Mono terkejut setelah merasakan tendangan Aruta mengenai tangannya. Namun Mono berusaha kembali fokus dan langsung mendorong kaki Aruta menjauh.

Aruta tak berhenti langsung mendaratkan pukulan bertubi-tubi pada Mono. Melihat itu, Mono balik melakukan pukulan bertubi-tubi juga dan menghadang setiap pukulan Aruta. Keringat mulai membasahi tubuh Mono dan nafasnya semakin cepat. Mono tak mau berlama-lama dan akhirnya menangkap kedua tangan Aruta dan langsung menendang uluk hati Aruta. Mono melepas genggamannya dan Aruta pun sekali lagi terpental. Namun tak memakan waktu lama, Aruta kembali berdiri walau darah dan memar telah menghiasi sekujur tubuhnya.

"Fisiknya mengerikan sekali. Dia sudah babak belur begitu tapi masih bisa berdiri. Dan tendangan tadi sensasinya berbeda dengan tendangan biasa," gumam Mono.

"Kau memang benar," ujar Aruta.

"Huh?"

"Aku harus menjadi kuat. Semakin aku kuat, semakin banyak yang bisa ku lindungi. Aku harus menjadi lebih kuat!" seru Aruta dengan suara lantang.

Aruta mulai memasang kuda-kuda dan menghembuskan nafas panjang. Setelah menghembuskan nafas panjang, tatapan Aruta langsung terfokus kepada Mono. Tatapannya begitu tajam seakan-akan melihat langsung ke jiwa Mono. Mono sendiri mulai merasakan aliran energi LYNK di tubuh Aruta.

"Apa dia... mulai bisa mengendalikan energi LYNK nya?" gumam Mono.

"Apa itu? Ya sepertinya itu... Aku merasakannya... Aku... Merasakannya!!"

Seketika kaki Aruta diselimuti energi LYNK dan langsung melesat sangat cepat. Aruta melesat begitu cepat sehingga hanya dalam hitungan detik, Aruta telah berada di belakang Mono.

"Cepatnya!" gumam Mono terkejut sembari menoleh ke arah Aruta yang sudah ada di belakangnya.

Aruta mengepalkan tangan kanannya dengan sangat erat dan energi LYNK yang membara pun melapisinya. Aruta langsung melompat dan memukul pipi Mono dengan sangat keras. Tak berhenti sampai di situ, Aruta terus mendorong tangannnya sampai Mono terjatuh dan kepalanya terhimpit di antara tangan Aruta dan tanah. Aruta terus memaksakan pukulannya dan energi LYNK di tangan kanannya semakin menyala-nyala. Mono mengerang kesakitan dan tak lama kemudian, energi LYNK di tangan Aruta pun meledak tepat di pipi Mono.

"Argh rasanya seperti pukulannya kakak." Mono langsung terkapar di tanah setelah terkena serangan itu.

Aruta sendiri terpental karena ledakan itu. Aruta terjatuh di tanah dan kembali berusaha duduk. Namun saat melihat Mono yang sudah terkapar, Aruta menjatuhkan dirinya ke tanah dengan nafasnya yang terengah-engah.

Prok prok prok tiba-tiba ada suara tepukan tangan dan saat Aruta menoleh, dia melihat Kuroto lah yang bertepuk tangan. Kuroto datang menghampiri Aruta bersama Mona yang ada di sampingnya.

"Kau sepertinya berhasil mengalahkan Mono. Duel kalian lama juga," ujar Kuroto.

"Mono aja sampai kayak gitu," ujar Mona yang melihat ke arah Mono yang masih terkapar.

"Ehehe terima kasih," ujar Aruta tersenyum karena tak kuat menahan senyumannya setelah pujian yang dia terima. Aruta melihat ke arah Mona dan melihat ada sebuah benjolan di kepala Mona.

"Loh, benjolan apa it-" belum sempat Aruta menyelesaikan omongannya, Aruta mendengar suara seseorang.

"Kau cepat belajar juga ternyata," ujar seseorang.

Aruta melihat ke arah suara itu yang berasal dari pintu masuk lapangan dan melihat Wise, Gren, dan Haruki yang juga datang.

"Kekuatanmu boleh juga," ujar Gren sembari menutup buku yang ada di tangan kanannya lalu menjinjingnya.

"Kau sepertinya memang pantas berada di sini," ujar Wise dengan suara berat dan berwibawanya.

"Uh? Ehehe terima kasih semua," ujar Aruta dengan wajahnya yang sedikit memerah.

"WOAAHH!! ternyata Aruta kuat banget!!" suara seorang perempuan dari belakang Aruta.

Aruta menoleh dan melihat Bela yang berjalan menghampirinya. Bela berhenti di depan Aruta.

"Kamu babak belur banget. Mono juga kena sekali pukul langsung tumbang gitu," ujar Bela sembari melihat ke arah Mono.

"Tunggu dulu, pintu masuknya kan ada di sana. Kau masuk lapangan ini dari hutan?" tanya Aruta.

"Yup. Aku lagi cari junoi tadi. Siapa tahu ada yang bisa dipelihara kan," ujar Bela.

"Buset, junoi dipelihara," gumam Aruta. Aruta kembali menoleh kearah Mona dan berkata, "Omong-omong, Kak Mona. Kenapa ada benjolan di kepalamu?"

Belum sempat Mona membuka mulutnya, Kuroto langsung berkata, "Dia tadi berlari kenceng banget akhirnya kepleset. Dia akhirnya nabrak tong sampah keras sekali sampe tong sampahnya hancur. Untung ga ada isinya." Kuroto mengatakannya lancar tanpa beban sama sekali.

"Hey jangan bilang keras-keras gitu dong!" seru Mona dan wajahnya mulai memerah.

Kuroto tertawa kecil kepada Mona dan melihat ke sekeliling. Tak ada Oliver, Raven, dan Zaka di sana.

Kuroto menoleh-noleh dan bertanya, "Mana tiga bocah itu?"

Haruki yang ada di dekat Kuroto menjawab, "Maksudmu Oliver, Zaka, dan Raven? Oliver sudah pulang. Dia bilang tugas sekolahnya belum selesai. Zaka sedang makan kue di dalam. Raven tidur di sebelahnya."

"Begitu ya," ujar Kuroto. Dia mulai menghadap ke arah Aruta dan memasukkan salah satu tangannya ke sakunya. "Baiklah, sepertinya sudah waktunya." Kuroto mulai berjalan ke arah Aruta.

"Sepertinya kau memang pantas untuk menjadi bagian dari kami," ujar Kuroto mengeluarkan sebuah pin dari sakunya. Pn itu bewarna perak dan memiliki corak api bewarna merah tua di atasnya.

"Huh? sebuah pin?" tanya Aruta.

"Ya. Gunakan ini jika kau sedang menjalankan misi," ujar Kuroto menyodorkan pin itu kepada Aruta.

"Huh? Tunggu dulu. Apa ini maksudnya... ini sungguhan?" tanya Aruta sembari menampar pipinya sendiri dan kesakitan sendiri karena tamparannya terlalu keras.

"Yup. Kau salah satu dari kami sekarang," jawab Kuroto.

Semua orang di sana mengeluarkan pin penyihir juntoshi mereka dan menunjukkannya kepada Aruta. Aruta mengambil pin yang ada di tangan Kuroto dan dengan pin itu, Aruta resmi menjadi penyihir juntoshi sekarang. Aruta yang kegirangan langsung memakai pin itu di bajunya.

"W-w-w-w-woah keren sekali!!" ujar Aruta.

"Ahaha kau semangat sekali. Apa lukamu tidak sakit sama sekali?" tanya Kuroto

"Yeay anggota kita bertambah satu. Mono pasti senang karena memiliki teman baru, iya kan?" tanya Bela dan di saat yang sama, Mono kembali sadar dan mulai bangun.

Mono mulai duduk dan memegangi kepalanya. Dia masih merasakan kepalanya yang sakit sekali.

"Hehe sepertinya kau memiliki teman baru," ujar Mona yang menghampiri Mono dan langsung merangkulnya dengan tangan kanannya.

"Huh?" Mono bingung dengan apa yang terjadi.

"Ahahaha, oh iya untung aku ingat." Kuroto kembali meraba sakunya dan mengeluarkan sebuah kalung. Di mata kalung itu terdapat sebuah permata biru yang begitu gelap dan hanya sedikit memancarkan cahaya biru. 

"Ambillah," ujar Kuroto sembari menyodorkan kalung itu kepada Aruta.

"Kalung?" tanya Aruta sembari menerima kalung itu.

"Anggap saja kalung itu hadiah dariku karena kau sudah bergabung menjadi penyihir juntoshi."