"Ayo!" seru Mono
Mono dan Aruta langsung berlari menerjang makhluk-makhluk itu. Salah satu makhluk itu melompat mencoba menerkam Mono. Aruta melompat melewati Mono dan memukul makhluk itu. Mono berseluncur melewati makhluk itu dari bawah dan menebas makhluk itu menjadi dua.
Mono berdiri namun tak lama kemudian, makhluk lainnya kembali mencoba menerkam Mono. Mono menendang tangan makhluk itu dan langsung memenggal makhluk itu dengan pedangnya. Tak lama kemudian ada makhluk lainnya yang datang. Namun Aruta langsung melesat mendaratkan tendangan kepada makhluk itu. Mono langsung ikut melesat melanjutkan serangan dengan menebas kepala makhluk itu membuat makhluk itu langsung kehilangan kepalanya.
Aruta kembali menerjang ke tengah kerumunan makhluk-makhluk aneh itu yang masih tersisa. Aruta memegang erat salah satu makhluk yang ada di sana. Di saat semua makhluk itu melompat dan menerkam Aruta bersamaan, Aruta langsung melompat dengan kepala makhluk yang dia genggam sebagai tumpuan. Para makhluk aneh itu pun mengenai makhluk yang menjadi tumpuan Aruta. Aruta pun melepaskan tangannya membuatnya terlontar melayang di udara. Dan di saat yang bersamaan, Mono melesat datang dan memenggal kepala semua makhluk yang sudah berkumpul di bawah Aruta.
Aruta mendaratkan dirinya dengan sempurna namun dia langsung menerjang ke salah satu makhluk itu yang masih berdiri. Aruta datang dan langsung memukuli kepala makhluk itu bertubi-tubi. Makhluk itu berusaha meraih Aruta dengan tangannya, namun tangan makhluk itu langsung ditendang oleh Aruta. Makhluk itu pun menyatukan dan mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Makhluk itu pun mengayunkan tangannya kepada Aruta namun Aruta berhasil melompat mundur tepat sebelum terkena makhluk itu membuat pukulan makhluk itu meleset dan meretakkan lantai di area pukulannya. Dan tepat saat itu juga, Mono datang menebaskan pedangnya membuat makhluk itu terbelah menjadi dua bagian.
Makhluk itu pun terjatuh dan ketika Aruta dan Mono melihat sekeliling, sudah tak ada lagi yang datang. Hanya bangkai-bangkai makhluk tadi yang berubah menjadi asap bewarna merah dan perlahan menghilang.
"Fiuh, sepertinya ini yang terakhir," ujar Mono. "Caramu bertarung bagus juga."
"Ya, aku diajari kakekku sih," ujar Aruta. "Oh iya. Ini yang kau cari, kan?" tanya Aruta mengeluarkan batu aneh yang dia dapat dari Vins.
"Ah iya. Terima kasih ya," ujar Mono mengambil batu itu.
"Makhluk-makhluk ini menyebalkan sekali. Aku saja terus diganggu mereka sejak masih kecil," ujar Aruta.
"Kecil?" tanya Mono mengangkat alisnya sembari memasukkan batu ke saku bajunya.
"Iya. Memangnya kenapa?" tanya Aruta.
"Tidak, tidak apa-apa," jawab Mono.
"Huh?" Aruta mengangkat salah satu alisnya namun akhirnya memutuskan untuk tak terlalu memikirkannya. "Omong-omong, makhluk-makhluk ini sebenarnya apa sih?" tamya Aruta.
Namun belum sempat Mono menjawab, mereka melihat salah satu makhluk itu lagi yang muncul. Makhluk itu berbentuk seperti seekor buaya, namun memiliki tanduk dan memiliki badan yang cukup besar.
"Aduh, mereka tak ada habisnya," ujar Aruta. "Oh iya, kalau boleh tahu, memang ada apa dengan batu itu sampai kau mencarinya?"
"Batu in-." Belum selesai Mono bicara tiba-tiba makhluk tadi menyeruduk Aruta dan Mono dengan sangat cepat membuat mereka terpental hingga ke lapangan yang ada di sana.
Mono pun berusaha cepat kembali berdiri. "Hey Aruta. Kau tidak apa apa?"
"Kananmu!" seru Aruta.
Mono menoleh dan melihat makhluk tadi yang menerjang ke arahnya dan berada hanya beberapa senti di dekatnya. Mono pun kembali terkena serudukan makhluk itu dan terpental dengan keras hingga menabrak pagar yang ada di sebrang lapangan itu.
"Mono!" Aruta segera berdiri dan melesat ke arah makhluk itu dan memukulnya. Makhluk itu sempat sedikit tersentak. Namun makhluk itu berusaha kembali fokus dan mulai kembali menerjang Aruta. Tepat ketika makhluk itu hampir mengenai Arutam Aruta langsung melompat dan mendarat di belakang makhluk itu. Aruta pun langsung memegang ekor makhluk itu dengan kedua tangannya dan mulai mencoba melemapar makhluk itu. Namun Aruta tak mampu melakukannya.
"Sialan beratnya."
Makhluk itu yang melihat Aruta memegangi ekornya langsung mengibas-ngibaskan ekornya membuat Aruta bergelantungan kesana kemari sembari terus memegangi ekor makhluk itu. Makhluk itu pun memecutkan ekornya dengan keras membuat genggaman Aruta terlepas dan terpental cukup keras. Aruta pun tergeletak di tengah lapangan itu.
"A... ruta!" Mono langsung berdiri tanpa memedulikan lukanya dan melesat ke arah makhluk itu. Mono menebaskan pedangnya ke badan makhluk itu namun pedangnya bahkan tak menggores makhluk itu sedikitpun.
"Keras sekali!" gumam Mono tertegun.
Makhluk itu pun berputar dengan cepat dan memecut Mono dengan ekornya. Mono pun langsung menabrak tanah lapangan dengan sangat keras. Di sisi lain, Aruta masih berusaha untuk bangun.
"Cepat. Aku harus... segera membantunya!" gumam Aruta.
Aruta melihat Makhluk itu menerjang Mono yang terduduk penuh dengan luka dan melompatĀ siap menerkam Mono dengan mulutnya.
"T-Tidak! Cepatlah bangun. Hey badan sialan, cepatlah BANGUN!!"
Makhluk itu semakin mendekat ke arah Mono. Mono pun bersiap dan menggenggam erat pedangnya. Namun tiba-tiba aura besar bewarna merah muncul di depan Mono dan meledakkan makhluk itu hingga makhluk itu terpental cukup maju. Ternyata itu adalah Aruta yang mendaratkan pukulannya kepada makhluk itu. Kedua tangan Aruta dilapisi oleh energi bewarna merah yang membara, matanya melotot fokus kepada makhluk itu, dan nafasnya sedikit cepat namun teratur.
Makhluk itu pun meraung marah dan menerjang ke arah Aruta. Aruta pun balik menerjang makhluk itu. Namun belum sempat mereka bentrok, tiba-tiba seseorang melompat dari lantai dua sekolah. Orang itu melompat ke tinggi di atas makhluk itu sembari disinari oleh cahaya bulan. Tangan orang itu dilapisi oleh aura bewarna merah yang sangat besar dan langsung melesat turun dan menghantam makhluk itu dengan sangat keras sampai menimbulkan ledakan aura bewarna merah.
"Huh?" Aruta melindungi wajahnya dengan kedua tangannya dari gelombang ledakan itu dan aura merah di tangannya menghilang.
Setelah gelombang aura bewarna merah itu menghilang, terlihatlah seorang wanita berseragam dengan tangannya yang dibalut dengan perban tinju. Itu adalah Mona. Untuk makhluk tadi, hanya salah satu bola matanya saja yang tersisa setelah dihantam Mona.
"Kakak?" tanya Mono.
"'Kakak'?" tanya Aruta menoleh kearah Mono.
"Ketua osis itu kakakmu?" tanya Aruta.
"Ya, memangnya kenapa?" jawab Mono.
"Uhh enggak apa-apa," jawab Aruta.
Mona berjalan menghampiri Mono dan Aruta.
"Kerja bagus kalian berdua," puji Mona sembari bertepuk tangan. "Oh dan aku baru tahu ternyata kau bisa melihat mereka. Cara bertarungmu bagus juga," ujar Mona kepada Aruta.
"Ahh... terima kasih," ujar Aruta.
Tidak lama kemudian, terdengar suara seseorang yang datang, "Hmm... junoi nya ngeri juga ya,"
Aruta dan Mono menoleh kebelakang dan melihat seseorang dengan mantel kulit bewarna coklat dan perban di tangan kanannya.
"Pak Kuroto?" ujar Mono.
"Yo, ku kira kau sudah menyerah mencari benda itu," ujar Kuroto. "Apa kau sudah menemukannya?"
"Ya." Mono menyerahkan batunya kepada Kuroto.
"Omong omong aku cukup tertarik padamu," ujar Kuroto kepada Aruta. "Aku sempat melihat caramu bertarung tadi. Siapa namamu?" tanya Kuroto.
"Oh, terima kasih... Aku Aruta." Aruta melihat perban yang ada di tangan kanan Kuroto dan ketika Aruta melihat wajahnya, Aruta pun ingat orang yang pernah menyelamatkannya dulu.
"Tunggu, apa kau yang menyelamatkanku beberapa tahun lalu?" tanya Aruta.
"Hmm ah kamu anak yang dikejar-kejar 'junoi' waktu di sekolah malam-malam itu ya. Ya ya aku ingat. Aku tak menyangka akan bertemu denganmu lagi," jawab Kuroto. "Oh ya aku melihatmu tadi saat melawan makhluk barusan. Kau mengeluarkan aura bewarna merah di tanganmu kan tadi?" tanya Kuroto.
"I-iya. aku tadi melihatnya. Tapi aku tidak tahu cara memunculkannya. Aura itu muncul dengan sendirinya," jawab Aruta.
"Kau memiliki kekuatan yang luar biasa. Fisikmu juga kuat. Kau pasti bisa membantu banyak orang dengan kelebihanmu itu," ujar Kuroto.
"Hmm lihatlah siapa yang langsung promosi," ujar Mona melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Hey jangan ganggu aku!" ujar Kuroto.
"Lalu? Apa tujuanmu?" tanya Aruta.
"Aku ingin kau bergabung dengan organisasi kami Penyihir Juntoshi. Kau pasti bisa menyelamatkan banyak orang di sana," ujar Kuroto.
"Penyihir Juntoshi?" tanya Aruta.
Penyihir Juntoshi ya. Juriko sudah bergabung dengan mereka. Juriko mungkin sudah menyelamatkan banyak orang. Juriko sudah menyelamatkan banyak orang dan aku hanya anak muda biasa yang menghabiskan waktu di apartemen. Aku tidak boleh kalah dengannya. Aku tidak boleh kalah darinya. Dengan kelebihanku ini, aku mampu untuk melindungi orang lain. Kalau aku mampu mengapa tidak?
Namun saat Aruta sedang tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba Kuroto kembali berkata, "Kau saudaranya Juriko kan."
Aruta pun terkejut Kuroto mengatakan itu.
"Juriko sudah bergabung dengan markas penyihir juntoshi Benua Utara. Dia sudah membantu lumayan banyak orang sekarang. Ayolah. Kau tak mau kalah dengan saudaramu sendiri kan?" ujar Kuroto.
Aruta pun diam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Baiklah. Aku bergabung dengan kalian."
"Yeay!! Selamat datang ya!" ujar Kuroto langsung meraih tangan Aruta dan melakukan jabat tangan dengan goyangan yang sangat keras.
"H-hey tidak perlu keras-keras!" ujar Aruta.
"Selamat datang ya!" ujar Mona.
"Luka kalian agak parah juga. Aku antar ke UKS sini," ujar Mona kepada Aruta dan Mono.
"Memangnya UKS masih buka?" tanya Mono.
"Hey ayolah. Jangan remehkan kakakmu ini. Kalau sudah tutup sekalipun aku punya kuncinya. Aku bisa mengobati kalian," ujar Mona.
"Ah, Terima ka-."
Belum sempat Aruta menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Mona menggendong Aruta dan Mono di pundaknya.
"H-hey apa-apaan ini?" tanya Mono.
"Baiklah kami pamit dulu ya, Pak," ujar Mona kepada Kuroto.
"Oke," jawab Kuroto.
"Oke siap? AYO!!" Mona langsung melesat kencang sembari membawa Aruta dan Mono.
"BWAAA!!" Teriak Aruta dan Mono.
"Hehe. Tumbuh hebat ya, anak-anakku. Aku yakin kalian bisa menjaga dunia ini dan menjadi penerusku," gumam Kuroto yang tersenyum sembari melihat ke arah Mona yamg melesat.