Aku hanya membeku saat itu saat aku melihat makhluk itu siap menyantap gadis itu. Kenapa gadis itu tak ketakutan dan lari? Apa dia tak sadar? Atau gadis itu memang tak bisa melihatnya? makhluk apa sebenarnya itu? Aku begitu ketakutan dan tak bisa menggerakan tubuhku sendiri. (Juriko)
Makhluk itu menggeliat mendekati gadis itu dan membuka mulutnya lebar-lebar. Melihat itu, tiba-tiba Juriko teringat dengan janjinya.
***
"Benar, aku ingin menjadi kuat. Aku ingin menjadi orang yang kuat. Aku ingin menjadi kuat agar dapat melindungi orang orang yang kusayangi. Aku tidak bisa terus menjadi penakut seperti ini. Aku... harus menjadi kuat!"
***
Juriko langsung melepas kantong belanjanya dan melesat ke arah gadis itu. Tepat sebelum makhluk itu melahap gadis itu, Juriko datang menggendong gadis itu dan menghindari mulut makhluk itu. Juriko langsung berlari membawa kabur gadis itu. Gadis itu terkejut dengan Juriko yang tiba-tiba menggendongnya dan membawanya pergi.
"Eh? Apa ini?" ujar gadis itu terkejut. "Penculik?! Penculik!!" teriak gadis itu.
"Tenang saja aku bukan lolicon. Kau sedang dalam bahaya!" ujar Juriko sembari menggendong gadis itu dengan tangan kanannya dengan posisi seperti sedang membawa guling.
Di sisi lain, junoi itu marah dan mulai mengejar Juriko.
Juriko membawa lari gadis itu berlari memasuki gedung tua untuk bersembunyi dari makhluk itu. Makhluk itu sendiri masih mengejar mereka berdua dan ikut memasuki gedung tua itu. Saat di dalam gedung, Juriko masih berusaha berlari dengan sekuat tenaga. Sedangkan makhluk itu juga terus mengejar dan karena tubuhnya yang terlalu besar, makhluk itu merusak barang-barang yang dia terjang.
"AHH?! Ada apa disana? barang-barangnya hancur sendiri," ujar gadis itu sembari melihat ke belakang.
"Ternyata benar gadis ini tak bisa melihat makhluk itu," batin Juriko. "Kalau seandainya tadi aku berlari ke jalanan, mungkin aku sudah menimbulkan kepanikan."
Juriko terus berlari dari makhluk itu dan berusaha mencari cara lolos dari makhluk itu.
"Makananku... MAKANANKU!!" teriak makhluk itu.
"Sialan! sialan! sialan!" gumam Juriko sembari terus berlari membawa gadis itu.
Makhluk itu mengejar Juriko dengan cepat walau memiliki badan yang cukup besar untuk memenuhi lorong bangunan itu. Juriko melewati sebuah pertigaan di lorong itu. Satu adalah jalan lurus sedangkan satu lagi adalah jalan ke arah kiri. Juriko langsung bermanuver membelokkan lariannya ke arah kiri. Walau sempat sedikit terpeleset, Juriko berhasil membelokkan dirinya ke arah kiri. Sedangkan makhluk itu sendiri tak bisa menghentikan dirinya dan terlewat dari lorong yang Juriko masuki.
"Fiuh sepertinya aku sedikit aman sekarang," gumam Juriko menghela nafas lega.
Namun tak lama kemudian, makhluk itu kembali muncul mengejar Juriko. Bukan dari jalan lorong itu. Makhluk itu menerjang lurus menabrak semua tembok yang ada di depannya hingga hancur dan akhirnya sampai di belakang Juriko.
"Aman MATANE!!" teriak Juriko.
Juriko langsung kembali menambah kecepatannya dan berlari sekuat tenaga sekali lagi.
"Kakak, aku takut... " ujar gadis yang dibawa Juriko mulai menangis.
Juriko langsung mengangkat gadis itu dan menggendong sekaligus memeluk gadis itu dengan kedua tangannya.
"Sudah-sudah. Ada Kakak di sini," ujar Juriko.
Gadis itu yang ketakutan hanya bisa menempelkan wajahnya ke dada Juriko dan kedua tangannya menggenggam baju di bagian dada Juriko.
Makhluk itu mulai semakin mendekat. Dan tak lama kemudian, makhluk itu melompat mencoba menerkam Juriko. Juriko dengan cepat menjatuhkan dirinya bersama gadis itu membuat monster itu tak mengenainya dan hanya melayang melewat bagian atasnya. Makhluk itu terlewat cukup jauh karena kesulitan berhenti. Setelah berhenti, makhluk itu mencoba berputar dan karena tubuhnya yang besar, makhluk itu sampai menghancurkan tembok-tembok di sekitarnya. Namun ketika makhluk itu berhasil berputar, makhluk itu tak melihat siapapun di lorong itu.
Di sisi lain, Juriko bersama gadis yang dia bawa bersembunyi di salah satu kamar di lorong itu.
"Sementara kita akan bersembunyi disini," ujar Juriko sembari menurunkan gadis itu.
"Apa yang terjadi?" Tanya gadis itu yang masih ketakutan. Juriko pun menghampiri gadis itu dan menepuk kepalanya berniat untuk menenangkannya. Tidak lama kemudian terdengar suara erangan anjing. Dari bawah meja yang ada di ruangan itu keluar seekor anak anjing.
"Ah itu anjing peliharaanku!" Gadis itu langsung menghampiri dan memeluk anjingnya. Juriko merasal lega karena gadis itu bisa lebih tenang. Namun tiba tiba anjing itu menggonggong dengan keras ke arah pintu ruangan itu.
"Hey hey jangan menggonggong keras keras," ujar Juriko.
"Ketemu kalian!" Makhluk itu mendobrak masuk dan menghancurkan pintu ruangan itu. Beruntung Juriko masih cukup cepat untuk melesat menangkap gadis itu dan menghindari terkaman makhluk tadi.
"Sialan, aku tak bisa lari terus. Aku dulu pernah menghajar makhluk seperti ini kan? Kalau begitu aku hajar saja makhluk ini!" batin Juriko.
Saat makhluk itu berbalik, Juriko telah melesat dan meninju kepala makhluk itu dengan sangat keras.
"Cepatlah lari!" seru Juriko. Gadis itu pun membawa anjingnya dan berlari dari ruangan itu.
Namun saat gadis itu kabur, makhluk tadi mulai kembali bangkit. Makhluk itu pun langsung berlari menerjang Juriko. Makhluk itu menyeruduk Juriko dengan sangat keras membuat Juriko terpental dan menabrak tembok dengan sangat keras.
"Sialan... "
Makhluk itu menerjang keluar dari ruangan itu dengan brutal dan menghancurkan semua yang dia lewati. Makhluk itu sudah sangat marah. Namun makhluk itu tiba-tiba berlari bukan ke arah Juriko.
"Huh? Kenapa dengan makhluk aneh itu?" gumam Juriko. Namun saat itu juga Juriko sadar bahwa makhluk itu belari ke arah gadis tadi.
Juriko langsung melompat berdiri dan mengejar makhluk itu.
Di sisi lain, gadis tadi masih berusaha berlari dari makhluk tadi walaupun gadis itu tak melihat apapun. Dia hanya melihat tembok-tembok dan barang-barang yang ada di sebelahnya hancur dan berterbangan.
Aku berusaha berlari sekuat tenagaku sembari membawa anjingku. Aku sangat ketakutan saat aku mendengar suara-suara dinding yang hancur di belakangku. Aku sempat menoleh ke belakang dan melihat Kakak tadi mengejarku. Aku mengembalikan pandanganku ke arah depan sembari terus berlari. Namun tiba-tiba suara-suara barang hancur di belakangku semakin menggelegar. Saat aku menoleh lagi arah belakang, aku melihat Kakak itu melompat-lompat dan mendaratkan pukulan kepada angin. Apa yang dia pukul? Namun tak lama kemudian setelah dia memukul angin, tembok yang searah dengan pukulannya menjadi hancur. Apa yang sebenarnya terjadi? Tapi hal yang harus aku lakukan sekarang adalah berlari.
Di sisi lain, Juriko berhasil mendaratkan tinjuan lagi ke makhluk itu membuat makhluk itu sedikit terpental menabrak tembok di sampingnya. Juriko pun mendarat di hadapan makhluk itu. Makhluk itu kembali berdiri dan meraung dengan sangat keras. Makhluk itu sudah sangat kesal dengan Juriko dan menerjang maju dengan kecepatan penuh untuk menyeruduk Juriko lagi.
Juriko pun berbalik dan berlari dari makhluk itu. Makhluk itu dengan kecepatan penuh masih berusaha mengejar Juriko. Namun Juriko lari bukan untuk lari dari makhluk itu. Melainkan mengejar gadis itu. Saat sudah cukup dekat dengan gadis itu, Juriko memegang pundak gadis itu dan menjatuhkan diri lagi bersamanya tepat ketika makhluk itu melompat untuk menerkam mereka.
Makhluk itu pun meleset dan dengan kecepatan tinggi, makhluk itu menabrak tembok yang berada di hadapannya. Makhluk itu menabrak dengan sangat keras hingga menjebol tembok itu. Dan sial bagi makhluk itu karena di balik tembok itu adalah sisi luar dari gedung yang mengarah ke halaman belakang gedung. Makhluk itu pun terjatuh dari ketinggian yang cukup tinggi.
"Kesempatan!"
Juriko berdiri dan berlari melompat dari lubang yang dibuat makhluk itu dan mengarahkan pukulan. Tangannya kembali mengeluarkan aura merah yang membara.
"MATILAH!"
Juriko menghantam makhluk itu dengan sangat keras dan membuat getaran yang cukup besar. Makhluk itu terkapar di tanah dan tak bergerak sama sekali. Juriko pun terkapar di tanah setelah menghajar makhluk itu dan menutup matanya. Beberapa saat kemudian, Juriko mendengar suara samar-samar yang memanggilnya.
"Kak... Kak! kau tidak apa apa?" tanya gadis tadi yang sudah berada di sebelah Juriko.
Juriko pun langsung duduk dan menepuk kepala gadis itu sembari berkata, "Tenang saja, aku tidak apa-apa. Cepatlah pulang sana. Disini berbahaya."
"Baik! terima kasih sudah melindungiku. Aku juga menemukan anjingku sekarang." Gadis itu pun berjalan pulang bersama anjingnya. "Dadah, Kak!"
Setelah gadis itu pergi, Juriko kembali terjatuh karena kelelahan. Ketika Juriko sedang terkapar, tiba tiba makhluk itu kembali bergerak dan berusaha mendekati Juriko.
"Huh? Dia belum mati?" gumam Juriko. "Hehe. Apa ini akhir hidupku? Menyedihkan sekali."
Makhluk itu berjalan semakin dekat dengan Juriko dan mulai membuka mulutnya lebar-lebar.
"Maaf ya Aruta. Aku dulua-"
Belum sempat Juriko menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba makhluk itu lenyap seketika.
"Huh? apa yang terjadi?" gumam Juriko. Juriko duduk dan melihat seseorang menghampirinya. Orang itu tak terlalu tua tapi juga tidak muda. "Siapa kau?" tanya Juriko.
"Namaku Ryuzen. Senang bertemu denganmu. Apa aku boleh tahu namamu?"
"Namaku Juriko. Bagaimana kau bisa disini?" tanya Juriko.
"Aku tadi hanya berjalan jalan. Tapi aku tak sengaja mendengar ada kericuhan di sini," ujar Ryuzen. Tidak lama kemudian, Ryuzen memperlihatkan tas belanjaan Juriko yang tadi Juriko tinggalkan. "Apa ini milikmu?" tanya Ryuzen.
"I-iya," jawab Juriko.
Ryuzen pun memberikan tas itu kepada Juriko. "Aku melihatnya tergeletak tadi," ujar Ryuzen.
"Ah, terima kasih," ujar Juriko sembari menerima tas itu.
"Aku sempat melihat pertarunganmu tadi. Apa kau melihat ada semacam aura bewarna merah ketika kau melakukan pukulan terakhir tadi?" tanya Ryuzen.
"Iya," jawab Juriko.
"Itu adalah kekuatan dan kelebihanmu. Kekuatan penghancur yang mengerikan. Kau bisa menjadi mimpi buruk untuk sekitarmu. Atau mungkin, kau bisa menjadi penyelamat dengan kekuatan monster itu," ujar Ryuzen berjongkok di depan Juriko.
"Huh?" Juriko tampak bingung.
"Dari caramu menyelamatkan gadis itu, kau selalu ingin melindungi orang lain bukan? Aku bisa membantumu agar kekuatanmu itu lebih bermanfaat kepada banyak orang di luar sana," ujar Ryuzen dengan senyuman tipis.
"Bagaimana caranya?" tanya Juriko.
Ryuzen mulai berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Juriko dan berkata, "Bergabunglah dengan kami, penyihir juntoshi."
"Penyihir Juntoshi? aku sepertinya pernah dengar dengan organisasi itu. Ternyata itu benar adanya," gumam Juriko.
"Bagaimana?" tanya Ryuzen.
"Tidak terima kasih. Selama orang terdekatku bisa aman, itu sudah cukup bagiku," ujar Juriko mulai berdiri tanpa menerima tangan Ryuzen.
"Kau punya kekuatan besar loh. Akan ada banyak orang yang akan terbantu jika kau memanfaatkannya dengan baik," ujar Ryuzen menarik kembali tangannya dan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.
"Maaf, tapi aku tidak ingin terjun ke dunia berbahaya itu," ujar Juriko sembari merapikan barang belanjaannya.
"Kau baru saja menyelamatkan seorang anak. Mungkin jika kau benar benar tak ingin ikut campur, kau tidak akan melompat saat itu dan anak itu sudah berada di dalam perut makhluk tadi. Jarang-jarang loh ada orang yang memiliki kekuatan sepertimu," ujar Ryuzen dengan nada merayu.
Juriko pun terdiam dan teringat perkataan Aruta.
***
"Ayolah. Kita punya kemampuan untuk melihat mereka. Mungkin ada maksud di balik kemampuan kita ini."
***
"Ya walau begitu aku tidak bisa memaksa. Aku akan menghargai keputusanmu." Ryuzen mulai berjalan menjauhi Juriko.
"Tunggu!" Saut Juriko. Ryuzen pun langsung berhenti ketika Juriko memanggilnya. "Sepertinya ada maksud di balik anugerah kekuatan ini," ujar Juriko.
"Jadi? Apa pilihanmu?"