Chereads / Master of LYNK / Chapter 7 - Bab 1, Chapter 7: Rumor Pencuri bagian 1

Chapter 7 - Bab 1, Chapter 7: Rumor Pencuri bagian 1

Orang itu berlutut dengan satu kaki di depan Aruta dan lainnya.

"Kalian ngapain di sekolah malam-malam begini? Kalian kan seharusnya sudah di rumah sekarang," ujar orang itu dengan lembut dan senyuman hangat.

Aruta dan Juriko melihat bahwa tangan kanan orang itu diperban. Walau orang itu menggunakan mantel panjang, entah kenapa Aruta dan Juriko merasa bahwa perban itu menutupi seluruh tangan kanan orang itu.

"Tampan," gumam Luna dalam hati.

"Kami masih di sini karena ada barang teman perempuan kami satu ini yang tertinggal," Juriko menjawab pertanyaan orang itu.

"Fiuh untung saja kalian selamat. Lain kali kalau mau pulang yang teliti ya. Barang bawaan di cek semua," ujar orang itu mulai bangkit berdiri.

"Baik, Tuan," ujar Aruta, Juriko, dan Luna bersamaan.

"Baiklah. Aku akan mengantar kalian pulang," ujar orang itu.

Orang itu pun mulai mengantar ketiga anak itu pulang. Pertama, orang itu mengantar Luna, baru setelahnya Aruta dan Juriko.

Sesampai di rumah, Aruta dan Juriko mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada orang itu sebelum orang itu pergi. Setelah orang itu pergi, mereka berdua mulai memasuki rumah dan membuat makan malam sendiri. Berhubung Kakek Hans tidak di rumah, akhirnya Aruta dan Juriko memasak makan malam mereka sendiri. Namun setelah mengalami kejadian horror di sekolah tadi, makanan yang mereka makan seakan-akan tidak memiliki rasa sedikitpun.

Setelah makan malam, mereka berdua menuju ranjang mereka dan bersiap untuk tidur.

Mereka berdua tidur di ranjang yang sama. Sembari menggeletakkan dirinya, Aruta masih teringat dengan apa yang baru saja dia alami. Setelah beberapa saat memikirkannya, Aruta menoleh kepada Juriko dan bertanya, "hey Juriko. Apa kau berfikir mungkin makhluk mengerikan itu berjumlah banyak?"

"Mungkin," jawab Juriko. "Ini sudah malam. Ayo tidur saja," ujar Juriko menaikkan selimutnya dan berbaring membelakangi Aruta.

Setelah beberapa saat mereka pun tertidur. Dan saat baru saja mereka tertidur, bertepatan dengan Hans yang datang ke rumah. Hans melihat kedua anak itu tertidur pulas di ranjangnya.

"Hehe, kalian sepertinya lelah ya," gumam Hans. Namun saat dirinya pergi ke dapur, dia melihat dua piring yang digunakan Aruta dan Juriko sebelumnya yang belum dicuci. "Hah... ya ampun," ujar Hans mengehela nafas.

***

Keesokan harinya, guru dari Aruta dan Juriko datang ke rumah dan memberi tahu bahwa untuk seminggu kedepan, sekolah diliburkan karena adanya beberapa kerusakan sekolah yang cukup parah.

Setelah pemberitahuan itu, Aruta dan Juriko pun mendapat liburan dadakan. Hari ini Hans meminta Juriko untuk membantu membawa beberapa peralatannya sedangkan Aruta yang membersihkan piring di rumah.

Pagi itu Hans dan Juriko pun berangkat sedangkan Aruta sendirian di rumah mencuci piring. Beberapa saat berlalu dan Aruta akhirnya selesai mencuci piring. Namun Kakek Hans dan Juriko tak kunjung kembali. Aruta yang bosan pun akhirnya keluar dari rumah, mengunci rumah, dan pergi ke rumah Paman Kito. Hans dan Juriko membawa kunci rumah cadangan jadi aman.

Aruta pun menuju ke rumah Paman Kito dan seperti biasa bermain PS di sana.

Setelah Aruta bermain beberapa menit, Paman Kito duduk di sebelah Aruta dan membawakan biskuit dan susu seperti biasa.

"Wah, terima kasih Paman!" ujar Aruta yang menaruh stik konsolnya dan menyerbu biskuit dari Paman Kito.

"Omong-omong, Aruta. Sepertinya kakekmu akan jarang pulang," ujar Paman Kito.

"Memangnya ada apa?" Tanya Aruta sembari memakan biskuit yang ada di tangannya..

"Akhir-akhir ini hasil ladang sering menghilang. Sepertinya dicuri seseorang. Terkadang beberapa padi di lumbung juga menghilang. Tidak hanya itu, padi yang belum dipanen saja kadang menghilang," ujar Paman Kito. "Akhirnya Pak Kades memberlakukan patroli malam. Dan kakekmu menjadi bagian dari patroli malam tersebut," lanjut Paman Kito.

"Begitu ya," ujar Aruta yang masih mengunyah biskuit di mulutnya sembari lanjut bermain game PS.

"Namun sempat ada kejadian aneh. Pernah ada suatu hari, seorang petani yang sudah muak hasil ladangnya menghilang terus, mencoba untuk berkeliling ladang sendirian saat malam hari. Petani itu berkeliling di sektor sawah padi. Tak ada yang aneh awalnya. Petani itu mulai memasuki ke lahan padi yang siap panen dan akan dipanen ke esokan harinya. Lahan itu tepat berada di hadapan si petani. Namun tiba-tiba, petani itu mulai merasa ada yang mengikutinya. Namun ketika melihat ke arah belakangnya, tak ada siapa-siapa yang berada di belakangnya. Namun alangkah terkejutnya petani itu saat dirinya kembali melihat ke depan, hampir setengah padi di lahan itu menghilang," ujar Paman Kito.

"Huh? Kok bisa?" tanya Aruta.

"Paman sendiri tidak tahu," jawab Paman Kito. "Sangat aneh bukan," Paman Kito bertanya balik.

Aruta mendengar cerita dari Paman Kito dan mulai merasa penasaran.

"Apa jangan-jangan makhluk yang sama seperti makhluk kemarin?" batin Aruta.

Setelah sekitar dua jam bermain di rumah Paman Kito, akhirnya Aruta pulang. Aruta pulang bertepatan dengan Hans dan Juriko yang juga pulang. Hari pun berlanjut dengan normal dan seperti biasa.

***

Pada malam harinya, Kakek Hans berpamitan akan melakukan jaga malam. Kakek Hans pun berangkat dari rumah membawa senter yang cukup besar.

Setelah Kakek Hans pergi, Juriko berkata, "Yah Kakek Hans tidak ada di rumah."

Juriko sibuk menonton tv sedangkan Aruta masih teringat dengan cerita dari Paman Kito tadi. Juriko menoleh dan melihat Aruta yang begitu diam.

"Kenapa, Aruta? Biasanya selalu ada saja kata-kata yang keluar dari mulutmu," tanya Juriko.

"Juriko, Apa kau sudah dengar tentang rumor pencuri di ladang?" tanya Aruta.

"Oh rumor itu. Aku sudah mendengarnya dari kakek Hans," jawab Juriko

"Apa kau pernah mendengar cerita tentang salah satu petani di ladang itu?" tanya Aruta

"Belum," jawab Juriko. Aruta pun menceritakan tentang cerita petani yang diceritakan oleh Paman Kito.

"Hmm apa yang mencuri adalah makhluk yang sama seperti di sekolah kemarin?" tanya Juriko.

"Mungkin saja," jawab Aruta. "Bagaimana kalau kita mengeceknya," ajaknya.

"Apa kau yakin? Kita saja kemarin hampir saja menjadi makan malam gratis buat tuh makhluk loh," ujar Juriko.

"Ayolah. Mungkin kita bisa membantu sesuatu," ujar Aruta.

"Gak ah, aku gak mau nyari gara-gara lagi," ujar Juriko kembali memfokuskan dirinya menonton tv.

"Ayolah. Kita punya kemampuan untuk melihat mereka. Mungkin ada maksud di balik kemampuan kita ini," ujar Aruta mendekat ke arah Juriko.

"Kau yakin? Apa yang membuatmu berfikir kalau hanya kita yang bisa melihat makhluk itu? Luna juga bisa melihat makhluk itu kemarin," ujar Juriko kembali menoleh ke arah Aruta.

"Dan bagaimana kalau tebakanku benar? Kita bisa memecahkan misteri ini dan membantu para petani. Bisa saja kita menggagalkan jika sampai ada petani yang menjadi korban karena patroli malam ini," ujar Aruta.

Juriko pun terdiam sejenak mendengar kata-kata Aruta.

"Tapi yasudah. Jika kau tidak mau ikut, aku tidak memaksa," ujar Aruta mulai berjalan meninggalkan Juriko.

"Hey tunggu!" Juriko langsung melompat dari sofanya dan menggenggam erat tangan Aruta. "Aku masih peduli padamu. Aku tak akan biarkan kau ke sana sendirian."

"Jadi, apa kau ikut?" tanya Aruta.

"Huh baiklah baiklah," ujar Juriko yang sebenarnya masih belum yakin.

"Yeayyy!! Terima kasih banyak," Aruta langsung memeluk erat Juriko.

Bulan menyinari bumi dengan pantulan cahayanya menunjukkan hari semakin larut. Pada malam itu, Mereka berdua pun mengendap endap keluar rumah dan pergi menuju ladang. Mereka berusaha menyelinap ke ladang tanpa ketahuan warga yang berjaga.

Setelah masuk di ladang Aruta dan Juriko memulai perjalanan mereka di sektor ladang jagung. Mereka mulai sampai di pertigaan. Mereka cukup bingung akan mengambil jalan kanan atau kiri. Tepat di depan mereka, terdapat pohon-pohon jagung dengan jagung yang besar. Siap untuk dipanen. Namun di tengah-tengah memikirkan mengambil jalan kanan atau kiri, tiba-tiba terdengar suara koakan burung gagak. Koakan itu mengagetkan Aruta dan Juriko dan membuat mereka langsung menoleh ke belakang. Saat menoleh ke belakang, mereka melihat beberapa burung gagak yang bertebangan.

"Huh? Burung gagak? Bukannya mereka seharusnya tidur?" tanya Aruta.

"Mengagetkan saja," ujar Juriko.

Mereka pun kembali menoleh ke arah jalan pertigaan namun mata mereka langsung terbelalak setelah melihat beberapa tumbuhan jagung yang berada di depan mereka menghilang. Aruta mulai memberanikan diri untuk mendekat dan saat mendekat, Aruta melihat asap aneh bewarna merah yang membentuk jejak di tanah.

"Ternyata benar ini ulah mereka."