Chereads / Master of LYNK / Chapter 5 - Bab 1, Chapter 5: Peneror Sekolah bagian 1

Chapter 5 - Bab 1, Chapter 5: Peneror Sekolah bagian 1

Setelah mengetahui tempat pensil Luna tertinggal, akhirnya Aruta dan Juriko pun kembali ke sekolah menemani Luna. Setiba di sekolah, gerbang sekolah telah tertutup. Sudah tidak ada siapa-siapa di sekolah. Aruta mencoba membuka gerbang sekolah namun gerbang itu sudah terkunci.

"Ah sudah dikunci. Bagaimana kalau kau ambil besok pagi saja?" tanya Aruta kepada Luna.

"Tapi ada kunci rumahku di tempat pensil itu. Orang tuaku pulang larut malam. Aku tidak bisa memasuki rumah jika aku tidak mengambil kotak pensilku," ujar Luna sedikit panik.

"Eh kunci rumahmu ada di tempat pensilmu?!" Aruta terkejut.

Juriko yang juga terkejut membatin di dalam hati, "kenapa harus di kotak pensil? kenapa tidak di dalam tas saja."

Setelah diam beberapa saat, Aruta memecah keheningan dan berkata, "Oi Juriko. Bagaimana kalau kita memanjat pagar saja?"

"Mending jangan aneh-aneh," ujar Juriko kepada Aruta.

Namun Aruta tidak mendengarkan Juriko dan langsung memanjat pagar.

"Sudah ikut saja. Kita sudah terlanjur sejauh ini. Sudah basah ya sekalian nyemplung," ujar Aruta yang sudah berada di atas pagar.

"Hey mentang-mentang kunci rumah ada di kau," Juriko menggerutu dan akhirnya terpaksa mengikuti Aruta daripada dia sendirian di luar gerbang sekolah.

Juriko mulai memanjat pagar sekolah. Aruta mengulurkan tangannya pada Luna untuk membantunya naik. Setelah berhasil memanjat pagar, mereka memasuki sekolah. Mereka mulai memasuki koridor sekolah dan menuju kelas. Beruntung kelas mereka berada di lantai satu. Koridor itu cukup gelap karena hanya sedikit lampu yang dinyalakan.

Ketika mereka sudah dekat dari kelas, mereka cukup heran karena pintu kelas terbuka.

"Loh, bukannya tadi kita sudah menutup kelas?" tanya Aruta.

"Mungkin kita tadi lupa," ujar Juriko. "Ayo segera ambil kotak pensilmu dan pergi dari sini," ujar Juriko kepada Luna.

"Tunggu sebentar, kalian disini saja ya." Luna mulai memasuki kelas. Ketika Aruta dan Juriko sedang menunggu di luar kelas, mereka melihat di ujung koridor terdapat seorang gadis yang sepertinya pemilik dari rambut aneh saat mereka mengerjakan tugas tadi. Mereka tak dapat melihat gadis itu dengan jelas karena ujung koridor yang gelap. Aruta dan Juriko memberanikan diri untuk mengeceknya. Ketika mereka hampir sampai di ujung koridor, mereka menyalakan lampu yang ada disana. Saat Aruta dan Juriko mengecek, mereka hanya menemukan pel dan alat alat kebersihan lain.

"Sepertinya kita tadi hanya salah lihat karena terlalu gelap," ujar Juriko.

"Apa kau yakin kita cuma salah lihat?" ujar Aruta.

"Sudahlah. Jangan berpikiran aneh aneh," ujar Juriko.

"Katanya ada monster mengerikan di sekolah ini yang berkeliaran saat malam hari," ujar Aruta.

"Hey tidak usah bercerita seperti itu," ujar Juriko.

"Oh~ apa kau takut~?" ujar Aruta tersenyum mengejek. "Yey yey yey yey, Juriko penakut," lanjut Aruta.

"Aku pukul loh kau," ujar Juriko yang kesal.

"Kau sudah membuatku tergeret ke masalah ini dan kau harus tanggung jawab," ujar Juriko cemberut.

"Yasudah aku kabur dan membawa kunci rumah," ujar Aruta dengan santai.

"Hoy!! nghngggh sialan kau... " Juriko menggerutu.

"Oy kalian," seru Luna menghampiri Aruta dan Juriko. "Ku kira kalian pulang dan meninggalkanku sendirian. Omong-omong kenapa kalian ke sudut koridor begini? Kalian enggak takut?" lanjut Luna bertanya.

"Enggak juga," ujar Juriko.

"Emang iya~?" tanya Aruta menggoda Juriko dan menyenggol Juriko dengan sikunya. 

Juriko sendiri kembali kesal kepada Aruta.

"Omong-omong, Luna. Apa kau tahu soal cerita sosok penunggu sekolah yang katanya selalu meneror sekolah malam hari?" tanya Aruta.

"Ya aku tahu," jawab Luna.

"Hmm kira-kira sosoknya ada beneran enggak ya?" tanya Aruta.

"Ah sudah tidak usah membahas begitu. Mending kita pulang saja," ujar Luna.

"Oke," jawab Aruta.

"Apa kau sudah selesai? Tidak kembali-kembali ke sekolah lagi?" tanya Juriko.

"Yup. Aku sudah mengecek semuanya. Maaf merepotkan kalian," ujar Luna tersenyum kepada Aruta dan Juriko.

Mereka berdua pun mulai berjalan melewati koridor itu lagi untuk menuju pagar sekolah.

"Aduh gelap sekali," ujar Juriko.

"Kenapa? Kau takut lagi~?" Aruta kembali menggoda Juriko.

"Tentu saja tidak!!" jawab Juriko dengan suara tinggi dan kesal kepada Aruta untuk ke sekian kalinya.

"Oh ya? Hu~ coba bayangkan. Ketika kau menoleh, tiba-tiba aku dan Luna sendirian. Dan kau benar-benar sendirian di sini. Dan coba bayangkan sosok Aruta di hadapanmu ini bukanlah seorang 'Aruta'~" ujar Aruta menakut-nakuti Juriko dan mendekatkan wajahnya kepada Juriko.

PLAK!! Juriko yang sudah tidak tahan akhirnya menampar Aruta.

"Aduh sakitnya," ujar Aruta memegangi pipinya yang merah karena ditampar Juriko.

"Sosok Aruta yang dihadapanku ini bukan Aruta? Emang bedamu sama setan apa?" tanya Juriko.

"Tch sialan kau," ujar Aruta.

"Hey sudahlah kalian jangan bertengkar. Di sekolah malam-malam lagi," ujar Luna kepada Aruta dan Juriko melerai mereka.

Namun saat Aruta dan Juriko menoleh ke arah Luna, mereka tiba-tiba mematung. Mereka hanya membeku dengan mata terbelalak lebar seperti melihat sesuatu yang sangat mengerikan di belakang Luna.

"Huh? Kalian kenapa? Seperti melihat hantu saja."