Di pedesaan kecil di Negara Luthuria hidup seorang pria yang cukup tua bernama Hans. Desa itu bernama Desa Fiumel. Terdapat sungai yang cukup besar di desa itu. Air di sungai itu sangat melimpah dan segar. Hans adalah seorang petani dan memiliki rumah yang sederhana. Hans bangun pagi seperti biasa dan menuju dapur untuk memasak sarapan. Aroma telur yang khas dari masakan Hans memenuhi ruangan. Pagi yang tenang di pedesaan cocok untuk meminum secangkir teh. Hans menikamti telur dan tehnya sembari membaca koran.
Di dalam koran itu, Hans membaca bahwa salah satu gedung di Distrik Nyurai terbakar. Di duga, gedung itu terbakar karena kebakaran listrik.
"Akhir akhir ini banyak kejadian mengerikan ya," desisnya. "Untung aku cukup beruntung tidak mengalami hal buruk itu," ujar Hans sembari menghela nafas.
Setelah sarapan, Hans bersiap seperti biasa untuk berangkat berladang. Hans memakai sepatu boots dan memakai topi di kamarnya. Hans beranjak keluar dari rumahnya untuk berangkat.
Hans membuka pintu rumahnya dan dia terhenti setelah selangkah keluar dari rumahnya. Betapa terkejutnya Hans. Terdapat dua bayi laki laki di depan rumahnya yang terletak di dua keranjang yang berbeda. Kedua keranjang bayi itu tampak baru, dan mewah. Hans segera membawa kedua bayi itu masuk ke dalam rumahnya.
"Apa kalian dibuang oleh orang tua kalian? Kasihannya, padahal masih kecil dan menggemaskan."
Saat Hans melihat keranjang kedua bayi itu, Hans menemukan secarik kertas di masing-masing keranjang itu. Salah satu kertas bertuliskan "Aruta" dan satu kertas lainnya bertuliskan "Juriko".
"Nama kalian Aruta dan Juriko ya," gumamnya. "Oke, aku yang akan mengurus kalian mulai sekarang." Walau Hans tidak memiliki istri, Hans selalu bermimpi memiliki anak. Walau bukan anak kandungnya, Hans merawat mereka dengan penuh kasih sayang.
Beberapa hari berlalu, dua minggu lebih tepatnya. Hans merawat mereka selayaknya bayi pada umumnya. Sering mengganti popok mereka. Karena tidak bisa memberikan asi, Hans hanya mampu berusaha membelikan mereka susu formula.
Hari ini, Hans pergi ke ladang seperti biasa untuk bekerja. Pada siang hari, Hans seperti biasa beristirahat dengan duduk di sebuah pohon runtuh yang biasa digunakan pekerja lain juga untuk beristirahat.
"Oi Hans, kok ada anak kecil di rumahmu siapa mereka?"
Hans menjawab, "Oh mereka. Mereka ada di depan rumahku beberapa hari yang lalu. Orang tua mereka juga tak kunjung menjeput 2 anak itu. Sepertinya mereka dibuang. Aku memutuskan untuk merawat mereka."
Beberapa hari berlalu. Hans merasa bahwa petani lain sedang membicarakannya. Petani lain menyangka hal hal aneh pada Hans karena dia tidak memiliki istri namun memiliki anak. Hans lebih memilih tidak peduli dan tetap merawat Aruta dan Juriko dengan penuh kasih sayang.
Hari berlalu, dan matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Hans pun memandangi Aruta dan Juriko yang tertidur lelap di keranjang bayi mereka. Damai sekali kelihatannya tanpa gangguan sedikitpun.
"Oh ya, aku belum memberi julukan kepadaku ya. Hmm," ujar Hans. "Karena aku sudah tua, kalian bisa memanggilku Kakek saja," ujar Hans memandangi kedua bayi yang tertidur lelap itu.
"Aruta... Juriko... tumbuhlah menjadi orang yang kuat dan baik ya."