Jakarta, 2050 Masehi.
Di sebuah pusat fasilitas militer bawah tanah terbesar di Jakarta, seorang pemuda berjubah misterius dengan topeng masquerade menyusuri lorong-lorong gelap bermodalkan cahaya lampu di kedua sisinya.
Pemuda itu terus berjalan hingga tiba di depan pintu besi besar yang di jaga oleh dua orang prajurit bersenjata lengkap.
Pemuda itu lalu mendekat.
Salah satu prajurit yang melihat orang mencurigakan berjalan ke arah mereka lalu mempersiapkan senjatanya dan mencegat pemuda itu.
"Siapa kamu!?" bentaknya.
Tidak ada jawaban dari pemuda itu. Dia hanya diam dan tidak bergeming sedikitpun atas bentakan tersebut.
Merasa bahwa bentakannya diabaikan begitu saja membuat prajurit itu mulai marah.
"Bajingan, Apa kamu tidak punya telinga!?" teriaknya penuh emosi.
Sayangnya, pemuda itu tetap diam dan membuat prajurit itu naik pitam.
"Bajingan! Kalau kamu masih tetap diam, aku akan menembakmu sekarang juga! Jangan berharap ada pengampunan untukmu!" teriaknya hingga wajahnya memerah.
Melihat situasinya menjadi semakin menyusahkan, pemuda itu hanya bisa menghela nafas lalu dia mengeluarkan sebuah kartu dari balik jubahnya. Itu adalah kartu identitas militer miliknya.
Prajurit itu segera mengambil kartu tersebut dengan kasar sambil menggerutu. Dia langsung memeriksa kartu identitas tersebut dan melihat identitas asli pemuda itu.
Prajurit itu yang awalnya kasar langsung diam membeku, wajahnya memucat, dan badannya gemetar ketakutan.
Melihat rekannya yang diam saja dengan badannya gemetaran, prajurit yang lain merasa bingung dam memilih mendekat.
"Hey, apa yang terjadi?" tanyanya kepada rekannya itu.
Tidak ada jawaban yang dia dapatkan, rekannya masih terdiam membeku. Merasa jengkel karena diabaikan prajurit itu memilih memeriksa kartu identitas yang dipegang rekannya.
Sama seperti prajurit sebelumnya, dia langsung membeku, wajah prajurit itu memucat, badannya gemetar tanpa henti.
Nama pemuda itu tertulis jelas di kartu identitas tersebut.
Raja Naga pertama, Alpha.
Kedua prajurit itu telah melakukan hal yang bodoh, mereka merasa kematian bisa menghampiri kapan saja.
Situasi segera menjadi sunyi, suasana yang ada hanyalah kesuraman yang mencekam.
Melihat situasi yang hanya membuang-buang waktu seperti ini, pemuda itu merasa kesal lalu memilih berbicara.
"Hey, bolehkah aku masuk sekarang? Kalian hanya membuang-buang waktuku yang berharga" katanya dengan nada tidak senang.
Kedua prajurit itu segera tersadar dan menundukkan kepalanya untuk meminta maaf.
"Ma-maafkan kami, Tuan Alpha!!"
Mereka segera menjauh dan mempersilahkan jalan.
Pemuda itu segera mendekat ke pintu dan menunjukkan identitasnya untuk di scan.
Setelah beberapa saat pintupun terbuka.
"Selamat datang, Tuan Alpha"
Sebuah suara terdengar, itu adalah suara sistem keamanan.
Pemuda itu lalu masuk ke ruangan tersebut.
Sebuah ruangan besar dengan sistem keamanan tercanggih di pusat fasilitas militer ini. Salah satu ruangan paling penting dan selalu dijaga ketat selama 24 jam penuh. Itu adalah ruangan pimpinan tertinggi tentara Republik Indonesia, ruangan seorang gubernur jenderal yang memimpin ketiga angkatan bersenjata dalam perang sebelumnya.
Di depan pemuda itu terdapat seorang pria paruh baya berusia akhir 40-an sedang menatap layar hologram berisi informasi-informasi rahasia tertinggi milik militer.
"Kamu disini, Alpha" katanya dengan tenang lalu berbalik sehingga dia dan pemuda itu berhadapan.
Pemuda itu berjalan di karpet merah dan mendekat ke arah pria itu lalu berlutut.
"Saya kembali, Gubernur Jenderal"
Pemuda itu...kehadirannya menunjukkan kekuatan mutlak, raja naga yang ditakuti berdiri di hadapan pemimpin militer tertinggi.