Chereads / Star Chronicles of Origin / Chapter 9 - Mereka yang Menentang Dunia

Chapter 9 - Mereka yang Menentang Dunia

Semua orang diruangan itu tercengang atas perkataan blak-blakan seorang pemuda yang menyebut dirinya sebagai Raja Naga Pertama, Alpha. Gubernur Jenderal dan para petinggipun langsung syok dan memucat, saat ini mereka berada di hadapan dunia tapi apa yang Ren lakukan malah memperburuk suasana dengan mengancam serta terang-terangan menantang seluruh dunia.

Untungnya, Gubernur Jenderal segera bereaksi atas hal ini.

"Apa yang kamu lakukan Alpha!?" teriak Gilbert, dia memelototi Ren.

Ren yang saat ini bertindak sebagai Alpha hanya diam dan tak peduli, dia tidak merasa ada keperluan menjawab pertanyaan bodoh itu. Ren tetap menatap tajam ke arah mereka yang hadir dan mulai membocorkan niat membunuhnya. Hal itu segera membuat seisi ruangan sesak dan membuat Gilbert marah.

"Alpha!! Hentikan kegilaanmu sekarang juga! Apa kamu berniat membunuh para tamu kita disini!?" teriak Gilbert memprotes keras.

Ren melirik ke belakang, dia muak dengan situasi ini. Dia semakin membocorkan niat membunuhnya, hal ini membuat banyak dari para tamu yang mulai goyah seakan-akan mereka dapat tumbang kapanpun tanpa diketahui.

"Kalau saya jawab iya, apa yang akan Anda lakukan, Gubernur Jenderal?" balas Ren dengan nada tidak senang.

"Jangan bercanda Alpha! Perbuatan yang kamu lakukan sekarang adalah kejahatan besar!"

Gilbert semakin marah, wajahnya memerah dan urat-urat muncul dikepalanya.

"Kalian! Tolong tangkap Alpha!" kata Gilbert memberi perintah pada 6 raja naga.

Akan tetapi sayangnya tidak ada satupun dari mereka yang mematuhi perintahnya.

"K-kenapa!? Kenapa kalian masih diam saja!?"

Gilbert lagi-lagi berteriak, dia sangat frustasi dengan keadaan saat ini.

Ren melirik ke belakang untuk melihat seberapa frustasi Gilbert sebagai Gubernur Jenderal lalu dia tertawa.

"AHAHAHA!! Gubernur Jenderal..., Anda sungguh bertanya-tanya kenapa mereka tidak mematuhi perintah Anda? Konyol, benar-benar konyol, umur Anda masih dalam tahap aman tapi kenapa Anda sudah pikun begini?" kata Ren mengejek

Ren lalu melirik ke belakang dimana 6 raja naga berada dan diikuti anggukan mereka. Keenam raja naga lalu keluar dari barisan dan berdiri dibelakang Ren lalu berlutut di hadapannya. Ren yang melihat ini tersenyum puas.

Ren yang telah puas melihat kesetiaan 6 raja naga kembali berbalik membelakangi petinggi militer dan menghadap ke arah para tamu.

"Gubernur Jenderal, apa Anda telah melupakan hal yang sangat penting dalam hidup Anda?" tanya Ren sambil terus membelakangi para petinggi militer.

"Hal penting yang aku lupakan..? Apa maksudmu?" jawab Gilbert, ekspresinya rumit, dia merasa batinnya mulai berkonflik satu sama lain.

"Begitu.., jadi Anda memang lupa ya..., yah mau bagaimana lagi kalau memang lupa kan"

Ren terkekeh seakan-akan dia melihat sebuah pertunjukkan yang amat lucu. Lalu dia mulai berbicara lagi.

"Izinkan saya mengingatkan Anda tentang hal penting yang telah Anda lupakan..., mereka 6 raja naga dan divisi nol hanya mematuhi perintahku secara absolute. Alasan mereka mematuhi militer sebelumnya hanya karena saya memerintahkan mereka untuk patuh, tidak lebih tidak kurang, itulah kenyataannya" kata Ren sambil menatap langit-langit ruangan itu.

Gilbert dan para petinggi masih terdiam, Gilbert menyalahkan dirinya sendiri kenapa dia begitu bodoh bisa melupakan hal seperti ini.

"Bagaimana? Apa Anda sudah mengingatnya? Bagaimanapun juga sejak awal kami divisi nol termasuk 7 raja naga di dalamnya adalah divisi yang sepenuhnya independen dari keterlibatan politik di tubuh militer dan pemerintahan. Kami hanya meminjam nama militer saja agar tidak terlihat seperti tentara bayaran" lanjut Ren acuh tak acuh.

Gilbert sekali lagi ditampar fakta mengerikan yang dia lupakan, memang perjanjian awalnya tertulis dengan jelas bahwa divisi nol itu independen bahkan Gubernur Jenderal tidak bisa mengintervensi dalam bentuk apapun dan Presiden juga tidak bisa memberi perintah walaupun Presiden sendiri adalah panglima tertinggi angkatan perang Republik Indonesia.

"Uh sial aku benar-benar lupa" balas Gilbert menggerutu.

Percakapan mereka berakhir disana, Gilbert tidak bisa berbuat apa-apa lagi, yah bahkan jika Gilbert sendiri sudah pasrah apalagi petinggi yang lain, mereka hanya bisa memilih diam.

Ren lalu mengembalikkan fokusnya ke hadapan para tamu lalu tersenyum jahat.

"Haruskah saya singkirkan kalian semua sekarang?hm.."

Dia pura-pura merenung hingga—

Seorang wartawan muda memberanikan dirinya maju.

"Maaf, tuan Alpha, apa boleh kita bicara sebentar?" tanyanya

Melihat keberanian pemuda itu, Ren merasa tertarik sementara keenam raja naga bersiap menerkamnya.

"Hey, hentikan apa yang kalian lakukan itu"

Ren memberi perintah pada keenam raja naga dan mereka kembali tenang lalu dia kembali ke wartawan muda itu.

"Kerja bagus,wahai wartawan muda yang tidak aku tau namanya. Jadi apa yang ingin kamu katakan?" tanya Ren tertarik.

"B-begini tuan Alpha, saya ingin menanyakan sesuatu tapi sebelum itu, pertama-tama bolehkah saya meminta Anda menekan niat membunuh yang keluar dari tubuh Anda?" tanyanya takut-takut

Ren tidak peduli akan ekspresinya dan hanya mengangkat bahu seolah setuju.

"Yah baiklah" jawabnya tidak peduli lalu niat membunuh itu segera hilang dan para tamu di ruang konferensi pers kembali tenang. Setelah kondisi di ruangan kembali kondusif dan para tamu kembali duduk di tempatnya wartawan itu mulai berbicara.

"Saya yakin sebelumnya Anda sangat menentang permohonan Gubernur Jenderal, tuan Gilbert bersama para petinggi militer lainnya untuk menawarkan kepala mereka demi menebus dosa, bukan?" tanyanya

"Ya itu benar" jawab Ren singkat

"Bolehkah saya tau alasannya? Tentu saja jika anda berkenan berbicara" katanya lagi, dia melihat Ren dengan tekad sepenuh jiwa raga.

Melihat hal ini Ren hanya bisa menghela nafas lelah.

"Hah, kamu ini bodoh atau apa? Yah baiklah, aku akan menjelaskannya agar kalian mengerti"

Ren mengambil napas dalam-dalam lalu mulai berbicara.

"Pertama-tama, kenapa kepala mereka harus diambil? Karena mereka melanggar tabu? Lalu memangnya kenapa? Jujur saja, kami sebagai pihak yang menjadi bagian utama proyek ini tidak keberatan sama sekali. Maksudku, dengan kondisi negara yang kritis karena perang saudara ditambah ibu kota ekonomi dilenyapkan begitu saja darimana datangnya uang untuk membiayai para korban? Apa kalian berpikir untuk menghidupi banyak anak yang kehilangan "rumah" mereka dalam perang tidak membutuhkan banyak biaya? Apa menurut kalian negara ini mampu menghidupi anak-anak yang kerjaannya hanya bangun-makan-main-tidur begitu saja? Ayolah lebih realistislah sedikit, kemanusiaan memang utama tapi dengan beban seperti itu siapa yang mau menerimanya begitu saja? Pada akhirnya demi mengurangi beban itulah kami mengikuti Proyek "Herakles", selain kami nanti akan dikirim ke medan perang, pelatihan ini juga membantu kami menjaga diri dari tindakan kriminal. Peningkatan dalam jumlah kriminalitas merupakan hal yang sering terjadi pada negara-negara yang terlibat perang apalagi jika itu perang saudara, saya yakin kalian tau soal ini kan? Jadi secara harfiah Proyek "Herakles" merupakan win-win solution dimana kami juga mendapat banyak manfaat, jadi tidak perlu ada yang dipermasalahkan" kata Ren menjelaskan panjang lebar.

"Lagipula mengambil kepala mereka tidak akan menyelesaikan apapun kan? Apa dengan kepala-kepala itu kami dapat kembali menjadi normal? Tentu tidak" tambahnya

Seluruh hadirin terutama para tamu terhormat dari organisasi internasional menyimak dengan baik, mereka mengangguk-angguk, sepertinya mereka paham akan perkataan yang Alpha(Ren) bicarakan dan memahami kondisi yang dipaparkan.

"Jadi akan saya tanya sekali lagi pada kalian, apa kalian akan memaksakan hal ini dan akan bentrok dengan kami atau menggunakan kewarasan kalian untuk berpikir?" tanya Ren sambil tersenyum memaksa.

Melihat senyuman bak iblis itu mereka yang hadir hanya bisa tertawa kering dan menggelengkan kepalanya.

"Kekeke, keputusan yang bagus. Yah, aku berharap banyak pada kewarasan umat manusia, jadi sampai jumpa lagi"

Setelah tertawa sebentar Ren lalu pergi keluar dari ruang konferensi pers sambil melambaikan tangan acuh tak acuh diikuti dengan 6 raja naga lainnya.