Hari keberangkatan telah tiba.
Pagi hari di hari itu Ren mengunjungi sebuah pemakaman di sebuah daerah di Jakarta Barat. Pemakaman itu sangat besar, sebuah pemakaman yang dapat menampung lebih dari jutaan jenazah. Salah satu dari lima pemakaman utama yang dibuat khusus untuk para korban genosida dalam peristiwa "Malam Darah".
Ren tiba di hadapan sebuah batu nisan yang cukup besar dan dibawahnya ada tiga makam, ketiga makam itu adalah makam keluarganya, keluarga yang telah musnah secara tiba-tiba hanya dalam satu malam.
Melihat ketiga makam itu, Ren terjatuh sambil menangis histeris. Dia telah kehilangan emosinya tapi setiap kali dia mengunjungi makam keluarganya, dia tidak bisa untuk tidak menangis. Dia merasa hati dan jiwanya tercabik-cabik.
Di batu nisan besar itu tertulis tiga nama, Kyouya Hanamitsuji, ayahnya, Ayase Hanamitsuji, ibunya dan Rui Hanamitsuji, kakak laki-lakinya. Di hadapan mereka Ren tertunduk lemas, tidak seperti sikapnya yang biasa penuh dengan martabat saat ini dia hanyalah seorang anak laki-laki yang hatinya hancur.
"Maaf, ayah,ibu, kakak..., maaf. Tolong maafkan aku.., kalian meninggal karena aku. Kalian meninggal demi melindungiku..," katanya sambil menangis.
Dia mengingat semuanya, hari dimana keluarganya meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini. Malam itu, saat pengeboman besar-besaran oleh militer AS dan sekutunya terjadi, Ren dan keluarganya sedang berada di mall untuk berbelanja karena ini sudah akhir bulan, hal ini merupakan rutinitas keluarga mereka untuk berbelanja setiap akhir bulan. Ren sendiri tidak berasal dari keluarga kaya, keluarganya cukup sederhana tapi segala kebutuhan dapat terpenuhi, sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia. Akan tetapi, malam itu semuanya berubah, mall tempat mereka berbelanja runtuh karena serbuan pesawat pengebom, puing-puing bangunan seketika menimpa orang-orang yang ada di dalam mall itu. Kedua orang tua Ren yang panik segera melindungi kedua anaknya dan pada akhirnya merekapun terbunuh. Setelah beberapa saat suara bom mereda, mall itu segera hancur berserakan. Puing-puing dalam jumlah yang gila jatuh ke dasar mall bersama orang-orang yang berada di lantai atas, kakaknya yang melihat ini segera memeluk Ren. Dia gemetaran tapi dia tahu kalau dia harus melindungi adiknya bahkan jika dia harus mengorbankan nyawanya, itulah tugasnya sebagai seorang kakak. Pada akhirnya, diapun terbunuh karena melindungi Ren dari besi yang jatuh dan berakhir tertusuk. Ren yang terlepas dari pelukan kakaknya terdiam, dia syok dan matanya segera mati. Di hadapan wajahnya, dia melihatnya, dimatanya terpantul tubuh sang kakak yang tertusuk besi serta kedua orang tuanya yang tertimpa puing-puing bangunan dan mayat-mayat yang tak terhitung jumlahnya di sekitarnya. Melihat kengerian ini dia pun segera pingsan.
Satu hari kemudian, Ren yang sadarkan diri saat ini berada di sebuah ruangan besar. Itu adalah rumah Gilbert dan disitulah awal kehidupan baru Ren dimana dia di adopsi oleh Gilbert dan menjadi bagian dari keluarganya(walaupun Ren tetap berdiri teguh dengan keyakinan bahwa keluarganya hanya satu dan mereka telah tiada).
Setelah mengingat sekali lagi semua kejadian itu, kesadaran Ren kembali ke tubuhnya. Dia sekarang tersenyum, dia berterima kasih kepada keluarganya karena bersedia mengorbankan diri mereka untuknya sehingga dia bisa tumbuh menjadi seseorang yang dapat menghentikan perang saudara. Setelah itu, dia berdoa sebentar lalu segera menaburkan bunga dan segera mundur untuk mempersilahkan yang lain untuk berziarah.
Di belakang Ren ada 6 raja naga lainnya menunggu sambil memperhatikan Ren, mereka sebelumnya sudah berziarah ke makam keluarga mereka masing-masing dan sekarang mereka pergi bersama ke pemakaman keluarga Ren, ini adalah rutinitas ziarah tahunan mereka. Setelah Ren mundur mereka bergantian satu persatu menaburkan bunga dan berdoa serta berterima kasih.
"Terima kasih karena telah melahirkan Ren dan melindunginya, sekarang dia telah menjadi pahlawan yang telah mengakhiri perang saudara. Semoga kalian tenang di alam sana," kata mereka satu persatu.
Setelah selesai berziarah, mereka meninggalkan makam bersama-sama untuk pergi ke bandara.
Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Di sana telah ada para petinggi militer menunggu mereka. Ketujuh raja naga pun mendekat dan berbicara sebentar. Lalu, setelah selesai berbicara mereka pun berkumpul. Ren memulai pembicaraan.
"Mulai hari ini kita akan berpisah, tenang saja ini hanya bersifat sementara, kita semua masih bagian penting dari negara ini. Jadi, tetaplah hidup dan jalani kehidupan sebaik mungkin di tempat kalian masing-masing," katanya.
Perkataan Ren di balas dengan anggukan sempurna lalu Gilbert mengambil alih.
"Seperti yang sudah kalian tahu bahwa tujuh raja naga akan di sebar ke empat negara yang merupakan musuh kita dalam perang saudara sebelumnya yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan Korea Selatan, walaupun hubungan kita dengan mereka telah cukup pulih setelah penandatanganan perjanjian perdamaian pasca perang berakhir tapi kalian harus tetap waspada, kita tidak tahu kondisi dalam pemerintahan mereka seperti apa secara khusus, lalu untuk Australia, militer sendiri yang akan mengurusnya jadi kalian santai saja," katanya.
"Lalu bagaimana dengan keamanan negara?" tanya Ren.
"Tenang saja, negara kita masih memiliki divisi "Blood Moon" yang bisa dibilang sangat kuat bahkan tanpa kehadiran kalian keamanan negara kita dapat terjamin. Jadi, kalian tenang saja dan bersantailah sedikit," jawab Gilbert lalu dia menambahkan kata-katanya, "dan untuk tugas kalian adalah menjadi pengawas dan wakil pengawas, seperti yang kalian tahu, kita telah memiliki ex-teritorial sebagai hasil dari kita dalam memenangkan perang saudara. Wilayah itu telah dibangun dengan cepat dan kalianlah yang akan mengurusnya, setiap negara akan mempunyai satu pengawas dan wakil pengawas, itulah kenapa kalian telah dibagi empat serta untuk Ren sendiri wakilnya akan menyusul nanti, dokumen yang diperlukan masih dalam proses. Terakhir, Ren tugas tambahanmu seperti yang sudah aku beritahu sebelumnya," jelasnya.
Merekapun mengangguk dan setelah mengucapkan selamat tinggal pada para petinggi militer, merekapun pergi ke terminal keberangkatan masing-masing.
Beberapa jam kemudian, pesawat mereka berangkat ke tujuan masing-masing.
Gilbert yang melihat pesawat Ren terbang bergumam,"aku harap kamu bisa bersenang-senang di sana, Ren."
Gilbert yang bergumam hanya di balas dengan helaan nafas oleh Carmila di sebelahnya.
Dia menatap kakaknya dengan jengkel lalu bertanya, "Apa kamu yakin dengan keputusan ini, kak?"
"Tentu saja, apa masalahnya?" jawab Gilbert.
"Kamu tahu bukan kalau Ren tidak pernah bersosialisasi dengan orang diluar militer? Bagaimana jika dia tidak bisa beradaptasi disana?" tanya Carmila.
"Aku tahu tapi jika dia tidak bisa beradaptasi maka itu salahnya, dia harus bisa melakukan hal sepele seperti itu untuk masa depannya sendiri. Jika kita tidak memaksanya seperti ini, aku percaya sampai mati pun Ren tidak akan pernah bersosialisasi dengan orang luar," jawab Gilbert tegas.
"Begitukah? Yah, mau bagaimana lagi kalau itu keputusanmu. Aku akan mendukung keputusanmu kali ini, semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi," balas Carmila lalu segera menghilang dari tempat kejadian.
Gilbert yang ditinggalkan sendiri pun segera pergi setelah pesawat Ren tidak lagi terlihat.
Disinilah kehidupan yang aneh akan menerpa Ren, berbagai kekacauan ataupun kasus aneh harus di selesaikan!? Nantikan kisah selanjutnya di bab 2—Putri Kematian.