Setelah beberapa jam di pesawat, Ren pun tiba di Bandara Narita,Tokyo, Jepang.
"Hm, jadi ini yang namanya Jepang?"
Seorang pemuda baru saja turun dari pesawat dan memasuki bandara. Dia melihat-lihat sekelilingnya, ternyata benar-benar berbeda dari negara asalnya.
"Bahkan suasananya pun berbeda, yah Indonesia masih masa pemulihan dari perang, mau bagaimana lagi jika masih ada suasana mencekam," gumamnya.
Setelah bosan melihat-lihat, dia pergi ke tempat yang seharusnya. Sebuah tempat yang diberitahukan sebelumnya kepadanya oleh Gilbert, tempat dimana utusan duta besar Indonesia untuk Jepang menjemputnya.
Hanya beberapa menit berjalan, dia telah sampai di tempat tersebut. Di sana seseorang telah menunggunya. Dia adalah sang utusan duta besar.
"Selamat datang di Jepang, Tuan Ren," katanya sambil menjabat tangan Ren.
"Terima kasih atas kesediaannya untuk menjemput saya," balas Ren sambil tersenyum, dia tidak tahu namanya dan dia juga tidak berpikir untuk tahu, toh kecil kemungkinannya mereka akan bertemu lagi.
"Haha, tentu saja, hal ini malah menjadi kehormatan terbesar bagi saya dapat menjemput Anda. Ayo, mari masuk ke mobil," katanya sambil membuka pintu mobil.
Ren pun masuk ke sana sementara sang utusan memindahkan barang-barang Ren ke bagasi. Setelah itu, mobil pun bergerak menuju rumah baru Ren yang disediakan oleh militer. Selama perjalanan di mobil tersebut terjadi beberapa percakapan.
"Permisi, Tuan Ren. Saya izin mengingatkan bahwa selama di Jepang, Anda memakai identitas asli, yaitu Ren Kaito. Pihak militer telah menyembunyikan segala keterkaitan Anda dengan hal-hal berbau militer dan perang. Akan tetapi, masih ada kemungkinan adanya variabel-variabel tak terduga yang mungkin muncul, jadi tolong berhati-hatilah," katanya memperingatkan.
"Tentu, saya mengerti dengan baik akan hal itu. Terima kasih atas peringatannya," jawab Ren.
(Sepertinya dia tidak tahu identitasku sebagai raja naga ya? Yah, itu wajar karena keberadaan kami sangat dirahasiakan walau saat itu terungkap ke publik,sih.)
Setelah percakapan itu, keheningan menyelimuti mobil tersebut. Suasana hening terus berlanjut hingga mobil tersebut tiba di depan sebuah rumah. Rumah itu cukup besar, setidaknya setara dengan rumah-rumah yang biasa dimiliki keluarga-keluarga dengan ekonomi bercukupan di Tokyo.
"Kita telah sampai, Tuan Ren," katanya lalu keluar mobil dan membukakan pintu untuk Ren.
"Terima kasih," balas Ren lalu keluar dari mobil.
Ren lalu melihat-lihat rumah tersebut dari luar pagar.
(Sepertinya terlalu besar untuk seorang diri?)
(Yah biarlah, Gilbert pasti merencanakan sesuatu tentang ini.)
Sabg utusan duta besar itu lalu meletakkan barang-barang Ren di koper di depan pagar.
"Perlukah saya bantu bawa ke dalam rumah, Tuan?" tanyanya.
"Tidak perlu, terima kasih. Jadi, cukup sampai disini saja," balas Ren.
"Begitu.., saya mengerti. Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan. Oh.., segala keperluan Anda sudah disiapkan di dalam, Anda bisa mengeceknya nanti," katanya lalu pamit undur diri kembali ke mobil.
Mobil itu pun segera pergi.
"Terima kasih atas bantuannya!" balas Ren sambil melambai ke mobil yang berjalan menjauh itu.
Setelah itu, Ren lalu memasuki rumah tersebut. Seperti yang telah dikatakan sang utusan sebelumnya, segala keperluan Ren mulai dari keperluan sekolahnya hingga keperluan rumah bahkan keperluan militernya telah disiapkan. Jadi, hanya ada satu hal yang bisa dia lakukan sekarang, yaitu membereskan barang-barangnya lalu membersihkan seluruh bagian rumah.
Beberapa jam kemudian, malam pun telah tiba. Setelah selesai membereskan seisi rumah dan makan malam, Ren pun berbaring di kasurnya. Dia merenung.
(Di sini aku mempunyai banyak tugas ya..)
(Menjadi pengawas wilayah khusus, memantau kondisi politik negeri ini, dan bersekolah..)
(Hah..melelahkan)
Dia menghela nafas frustasi, kali ini beban yang dia dapat sangat banyak. Walaupun sebelumnya dia memiliki banyak beban dalam peperangan tapi intinya hanya satu, yaitu memenangkan perang. Sementara itu, sekarang berbeda, dia mempunyai tiga tugas dengan tujuan yang berbeda-beda, belum lagi ada kemungkinan besar dia bertemu dengan "orang-orang" yang tidak ingin dia temui. Hal ini sangat membuatnya semakin frustasi.
Merasa terus memikirkan hal ini bisa membuatnya lama-lama menjadi gila, jadi dia memilih mengistirahatkan tubuhnya. Lalu, tidak butuh waktu yang lama, dia pun tertidur.