Chereads / Star Chronicles of Origin / Chapter 10 - Keluarga Kedua

Chapter 10 - Keluarga Kedua

Ren dan keenam raja naga keluar dari ruangan konferensi pers. Beberapa saat berlalu sejak mereka berjalan pergi menjauh dari ruangan tersebut hingga—

"Itu tadi sangat berbahaya, Ren. Kamu membuat pekerjaan Kak Gilbert dan para petinggi semakin menumpuk demi menjelaskan kejadian ini"

Seorang wanita muncul dibelakang mereka tiba-tiba.

"Bukankah kebiasaanmu muncul tiba-tiba itu benar-benar buruk dan sangat tidak sopan, Nona Carmila?" kata Ren membalas perkataan wanita itu yang ternyata adalah adik perempuan Gilbert.

"Uups, itu salahku, aku minta maaf"

Carmila terkekeh mendengar perkataan Ren sementara Ren mengutuknya dalam-dalam.

"Jadi, apa yang kamu perlukan? Apakah kamu berniat menceramahiku atau....kamu berniat melaporkan seluruh kejadian ini pada Presiden?" tanya Ren, nadanya penuh ketidaksukaan.

"Hm? Yah, itu tugasku kau tau? Aku tidak bisa tutup mata begitu saja, lagipula aku yakin kabar angin telah sampai di telinga Presiden tentang kejadian ini" jawabnya acuh tak acuh.

"Cih, dasar boneka negara" kata Ren, dia semakin mengutuk Carmila sekarang.

Carmila Alberto, selain bertugas di militer dia juga menjadi orang kepercayaan Presiden dan terus naik pangkat hingga menjadi ajudan sekaligus tangan kanan Presiden terutama dalam hal mengawasi Gilbert, kakaknya sendiri yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal beserta para petinggi militer.

"Yah mau bagaimana lagi kan? Tugas tetaplah tugas, tidakpeduli kamu menghinaku seburuk apapun itu tetap tidak akan berpengaruh untukku" kata Carmila membalas hinaan Ren.

"Hah, benar-benar manusia yang memiliki etos kerja tinggi ya"

Ren mengeluh, dia merasa sakit kepala telah datang padanya.

"Jadi sebenarnya apa yang kamu inginkan sampai muncul disini? Apa ada sesuatu yang perlu dibicarakan?" tanya Ren, dia belum mendapat jawaban yang dia butuhkan.

"Oh ayolah jangan kaku begitu, apa kamu sekhawatir itu dengan posisiku sebagai "Mata Presiden" ? Tenang saja, Presiden tidak bermaksud buruk tapi..kamu sendiri tahu bukan kalau kondisi politik negara ini masih belum stabil? Hal-hal buruk seperti pemberontakan ataupun kudeta dapat muncul kapan saja. Jadi, walaupun Presiden percaya kepada militer sekalipun tetap saja sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan beliau harus tegas dan mempriotaskan stabilitas negaranya bahkan jika harus mengawasi "Pahlawan" negara ini" balas Carmila sambil tersenyum ramah.

"Tolong jangan sebutkan julukan itu lagi, mendengarnya saja sudah membuatku merinding" kata Ren, dia membalas senyuman dengan paksa.

Masih terbesit di benaknya kejadian setahun lalu, saat perang saudara secara resmi antara pasukan pemberontak dengan dibantu pihak sekutu dipimpin Amerika melawan pasukan pemerintah resmi berakhir maka diadakanlah parade kemenangan di Jakarta dan para warga terutama anak-anak pada akhirnya menyebut 7 raja naga sebagai Pahlawan. Mendengar antusiasme,pujian serta mata berbinar anak-anak itu membuat Ren mual-mual hingga muntah beberapa kali.

Yah tentu saja perang memang berakhir satu tahun yang lalu tapi itu belum sepenuhnya tuntas dimana ada cukup banyak pasukan pemberontak yang melarikan diri lalu bersembunyi sambil melakukan perang gerilya hingga memaksa Ren turun tangan langsung membasmi mereka semua.

"Oh ayolah kamu hanya merendahkan dirimu saja" balas Carmila menegur sikap rendah diri Ren.

Lalu dia mengalihkan topik—

"Tadi kamu bertanya apa tujuanku muncul disini kan? Yah selain untuk membuat laporan pada Presiden, aku disini untukmu, Ren. Jujur saja aku tidak berniat menceramahimu walau itu agak keterlaluan karena mengancam keselamatan banyak nyawa tapi—"

Carmila berdiam sebentar, dia tampak merenung beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya seperti telah memutuskan sesuatu.

"Aku setuju dengan pendapatmu. Jujur saja aku tidak mengerti apa yang ada di kepala Kak Gilbert dan para petinggi, apa otak mereka itu isinya kosong? Kenapa mereka begitu bodoh sampai menawarkan kepala mereka untuk penebusan dosa? Benar-benar pemikiran yang aneh" kata Carmila, sesuai perkataannya, dia sepertinya benar-benar jengkel dengan perkataan Gilbert dan yang lainnya.

"Begitu, jadi kamu setuju juga, Nona Carmila. Yah baguslah kalau begitu berarti kita berada di pihak yang sama" balas Ren mengangguk-anggukkan kepalanya, mendapatkan sekutu merupakan hal yang bagus.

Percakapan pun lalu berganti lagi, Carmila sepertinya hendak menanyakan sesuatu.

"Ada apa, Nona Carmila? Apa ada yang perlu kamu katakan?" tanya Ren

"Ah begini Ren, aku baru mengingatnya. Tujuanku kesini adalah menanyakanmu tentang ini.."

Dia lalu memberi dokumen yang berisi tentang sebuah proyek militer yang disebut proyek "Pengawasan" milik Gilbert.

"Hm jadi begitu...."

Ren tampak merenung sesaat lalu—

"Jujur saja aku bahkan tidak tau apa yang Gilbert rencanakan tapi untuk mengirim 7 raja naga keluar negeri itu agak—"

Kalimat Ren terhenti, sejenak dia tampak ragu tapi dia tetap melanjutkan perkataannya.

"Agak aneh kurasa, maksudku kenapa sampai mengirim pergi 7 individu yang menjadi pilar negara? Apa Gilbert berencana menyingkirkan kami karena berbahaya?" tanya Ren pada dunia, dia sendiri tidak tau jawabannya.

"Aku ragu kalau itu maksud Kak Gilbert, dia tidak sebodoh itu untuk menyingkirkan kalian. Perlu kamu ketahui Ren bahkan Presiden sekalipun tidak mau menganggu kalian lebih jauh apalagi menyingkirkan kalian mau seberbahaya apapun keberadaan kalian itu. Hal seperti ini bisa terjadi karena kalian dianggap pahlawan bagi rakyat negara ini. Presiden tidak sebodoh itu untuk menyingkirkan pahlawan yang dicintai rakyatnya, kalaupun beliau nekat melakukan hal seperti ini hanya menunggu waktu saja sebelum rakyat bergerak dan beliau pada akhirnya di makzulkan. Itulah kenapa aku yakin Kak Gilbert juga memikirkan hal yang sama apalagi bagi militer keberadaan kalian itu sangat berharga" jawab Carmila untuk memuaskan pertanyaan dan kebingungan Ren.

"Hm.., yah itu masuk akal. Jadi jika semuanya berjalan seperti ini bahkan akupun tidak tahu tujuan Gilbert sebenarnya melakukan hal ini" balas Ren mengangkat tangannya, dia menyerah untuk meraba-raba dunia lebih jauh.

"Begitu ya..., aku mengerti lagipula mau bagaimana lagi, Kak Gilbert sendiri juga memang tipe orang yang suka menyembunyikan sesuatu" kata Carmila mendesah lelah, dia sendiri sering jengkel dengan sikap kakak laki-lakinya itu.

Lalu dia melanjutkan perkataannya.

"Jadi, tujuanku disini sudah selesai dan ngomong-ngomong Ren, ini hanya sekedar saran saja tapi lebih baik kamu menemui keluargamu sekarang" kata Carmila.

"Keluarga? Apa maksudmu? Aku ini anak yatim piatu dan sebatang kara" jawab Ren bingung.

"Astaga..,iya iya aku tau itu. Akan tetapi maksudku bukan itu! Ayolah lebih peka sedikit" balas Carmila kesal dengan sikap ketidak pekaan Ren.

"Oh..? Apa yang kamu maksud itu Nona Angelina ya?" tanya Ren seakan mengingat sesuatu.

"Nah itu dia, kamu mengerti juga akhirnya. Ngomong-ngomong, dia akan marah kalau kamu memanggilnya memakai Nona, Ren" balas Carmila menegur

Ren yang mendengar teguran itu segera meralat perkataan dirinya tadi.

"Uups, itu salahku. Maksudku tadi kak Angelina,hahaha..." kata Ren tertawa kering, jika "dia" mendengarnya maka situasi akan semakin rumit.

"Bagus bagus, aku akan tutup mata akan panggilanmu ke "dia" tadi. Jadi sekarang segera temui mereka, aku akan pergi dulu ada pekerjaan yang harus di selesaikan" balas Carmila lalu pergi sambil melambaikan tangannya dan segera hawa kehadirannya lenyap begitu saja.

"Hah, mau bagaimana lagi. Ayo lanjut jalan.."

Ren hendak mengeluh tapi dia memilih tutup mulut karena tidak enak dengan keenam raja naga lainnya yang dari tadi diam saja seperti patung sambil terus mendengarkan obrolan Ren dan Carmila.

Mereka lalu berjalan pergi dan keluar dari fasilitas militer dan akhirnya berpencar, setiap orang punya urusan masing-masing saat ini sementara Ren sendiri akan mengunjungi rumah suatu keluarga yang telah dia tinggalkan semenjak bergabung dalam peperangan. Rumah milik keluarga yang menjadi "Keluarga Kedua" milik Ren walaupun hubungan antara mereka agak aneh karena Ren sendiri enggan mengakui pihak lain sebagai orang tua angkatnya maupun saudara angkatnya. Dia tetap pada kepercayaan pada dirinya sendiri dimana keluarga aslinya hanya ada satu dan mereka semua telah tiada.