Ren datang sebagai Alpha dengan konvoi militer tepat setelah persidangan dimulai.
Warga Tokyo yang melihat konvoi militer Republik Indonesia besad-besaran terdiam. Suasana segera menjadi hening.
Apa yang ada sekarang hanyalah bunyi kamera para jurnalis yang memotret situasi, dan kamera-kamera yang menyiarkan langsung situasi ini.
Akhirnya, mobil yang ditumpangi Alpha tiba di dekat gedung Mahkamah Agung.
Melihat mobil tersebut bersama dengan konvoi militer besar-besaran membuat semua personel kepolisian, dan pasukan bela diri Jepang siaga tinggi. Mereka lalu membuka jalan, dan meminta kerumunan untuk minggir dari jalur sehingga mobil Ren bisa masuk tepat di depan pintu masuk wilayah Mahkamah Agung.
Setelah warga menepi, dan membuka jalan, masuklah mobil tersebut ke wilayah Mahkamah Agung dengan iringan kendaraan-kendaraan militer, dan tentara wilayah khusus yang turun sebelumnya dari kendaraan mereka untuk mengawal.
Dan, akhirnya Alpha turun dari mobil tepat di depan gedung Mahkamah Agung. Kehadirannya membuat semua anggota kepolisian, dan pasukan bela diri Jepang berkeringat dingin. Sementara itu, tentara wilayah khusus berbaris sesuai posisi mereka masing-masing, dan mulai memasuki gedung.
Mereka berbaris dan berjalan menyusuri gedung dengan Alpha berada di pusat formasi hingga mencapai sebuah ruangan besar yang tertutup. Ruang persidangan.
Mereka pun masuk dengan menendang pintu masuk ruangan, dan segera memasuki ruangan dengan cepat seperti hendak menyusup.
Sementara itu, mereka yang berada di dalam ruang sidang terkejut dengan situasi yang ada, bahkan hakim pun menjadi marah.
"Siapa kalian!? Beraninya kalian memasuki ruangan sidang yang suci dengan senjata!" teriak salah satu hakim.
Akan tetapi, para tentara tidak peduli. Mereka terus melengkapi formasi mereka dan akhirnya tercapailah itu.
Alpha akhirnya muncul dari tengah formasi dan berjalan ke arah persidangan dilaksanakan. Dia menatap hakim yang bertugas, dan berkata,"Kami minta maaf atas intervensi ini, Yang Mulia. Akan tetapi, kami secara sah berada disini dengan otoritas saya. Mohon Anda untuk mengerti, Yang Mulia."
Lalu, para tentara mulai mengelilingi ruangan dengan senjata lengkap sehingga membuat mereka yang hadir pucat pasi. Entah mereka yang hanya mengikuti persidangan berlangsung ataupun yang berperan sebagai saksi.
Hakim yang melihat tentara mulai mengelilingi ruangan menunjukkan ekspresi permusuhan dan bertanya dengan kasar.
"Siapa kamu?"
Lalu, Alpha menjawabnya dengan santai sambil mengeluarkan liontin naga yang ia kenakan dibalik pakaiannya.
Setelah liontin itu ditunjukkan, seisi ruangan langsung membeku seakan-akan suhu telah jatuh. Mereka membiru melihat liontin itu.
Dan, Alpha akhirnya memperkenalkan dirinya.
"Salam kenal, Yang Mulia, dan mereka yang hadir sekalian. Saya Alpha, Raja Naga Pertama, Penyihir Bencana, Malaikat Kematian berwujud manusia, dan lain-lainnya, terserah kalian mau menyebut saya apa," ucapnya lalu membungkuk sedikit sambil memperkenalkan dirinya.
Dia lalu menatap para hakim agung yang bertugas dan berkata,"Kasus ini benar-benar menjijikkan. Kalian menyalahkan sesuatu yang tidak masuk akal hanya karena kalian tidak bisa memberikan sebuah bukti yang kuat. Akan tetapi, apa yang kalian perbuat justru membuat korban semakin menderita."
Dia lalu menatap Nanase yang berada di tempatnya. Sesuai surat yang dia berikan pada Mahkamah Agung, Nanase adalah korban di kasus ini, dan Suzu adalah pelakunya. Memang tidak ada bukti, tapi mahkamah agung tidak mempunyai pilihan selain menuruti kemauan Alpha karena mereka dibawah tekanan langsung raja naga pertama.
"Dan, sesuai janjiku di surat yang aku berikan pada kalian, aku akan menyelesaikan kasus ini hari ini juga. Aku akan menjatuhkan "Dewa Kematian" dari singgasananya."
Dia lalu mengulurkan tangannya ke ruang hampa di sampingnya, dan menarik sesuatu. Apa yang ia tarik berasal dari ruang hampa yang dia miliki dengan sihir. Dan, dia langsung melemparkan apa yang ia ambil dari sana.
Apa yang ia lempar adalah dua orang pria yang sudah babak belur disana-sini dengan tangan, dan kaki terikat. Hal ini membuat semua orang terdiam.
Lalu, salah satu hakim agung angkat bicara.
"Apa maksudnya ini, Alpha?"
Alpha lalu segera menjawab,"Mereka adalah pelakunya, yah lebih tepatnya mereka diperintah untuk menyingkirkan orang-orang yang sesuai kriteria yang diberikan oleh sang dalang."
Mendengar jawaban langsung Alpha, seisi ruangan langsung berisik. Sementara itu, Alpha menatap Suzu dan berkata,"Benar begitu bukan, Suzu Fubuki?"
Mendengar perkataan Alpha, badan Suzu gemetar, dan dia langsung menjawab dengan gugup, tapi sayangnya kasar.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti pertanyaanmu. Jangan menuduh orang sembarangan hanya karena kamu seorang raja naga!"
Para tentara yang mendengar jawaban kasar ini langsung mengarahkan moncong senjata mereka ke arah Suzu, dan hendak menarik pelatuk, tapi Alpha langsung menghentikannya.
"Sudah, sudah, biarkan saja dia"
Lalu, para tentara segera kembali ke posisi mereka masing-masing.
Dia lalu pergi ke tengah-tengah ruang persidangan, tepatnya antara tempat pelaku, Suzu, dan korban, Nanase. Lalu dia mengangkat tangan kanannya.
"Tidak seru jika sang dalang langsung mengaku begitu saja, bukan? Jadi, aku sudah mempersiapkan hadiah untuk kalian semua."
Atmosfir di tempat tersebut, tidak—lebih tepatnya seluruh wilayah Tokyo berubah, sesuatu yang gila akan segera terjadi. Dan—
"Star Magic: Zodiac Series
Setelah Alpha mengatakan hal ini, lingkaran sihir besar muncul di ruangan tersebut dan mulai menyinari seluruh wilayah hingga ke seluruh Tokyo. Lalu, terwujudlah timbangan keadilan.
"Saatnya untuk mengadili dengan jujur dan adil," ucap Alpha, dan di ruangan itu muncul timbangan di langit-langit yang memancarkan energi tertentu.
Hal ini membuat semua orang yang melihatnya tercengang, bahkan para tentara juga tidak bisa menahan rasa keterkejutan mereka saat melihatnya.
Sementara itu, di sisi lain.
London, Inggris.
"Nona Karen! Ini buruk! Ada sihir skala besar telah terwujud di Jepang!"
Seorang prajurit wanita berkata dengan panik sementara itu Karen yang mendengarnya hanya santai saja dan menatap langit di kejauhan.
Di langit, dia melihat timbangan raksasa bercahaya terang muncul di arah Jepang berada.
"Itu pasti sihir seri zodiak, Libra. Tidak salah lagi, Alpha telah bergerak."
Dan, di lain sisi.
Washington, D.C., Amerika Serikat.
"Tuan Arza! Ini situasi darurat! Sihir dalam skala yang sangat besar telah terwujud di Jepang, kita harus mengerahkan pasukan!" ucap seorang prajurit laki-laki dengan panik dihadapan seorang pemuda.
Akan tetapi, pemuda itu hanya membalasnya dengan santai sambil menyeruput secangkir kopi hitam. Dia memandang langit sebentar dimana timbangan raksasa telah terwujud dikejauhan, dan kembali menatap buku yang sedang dibacanya.
"Tidak usah panik begitu, itu pasti ulah Alpha. Dia pasti telah bergerak di Jepang, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Dan, di tempat lain.
Seoul, Korea Selatan.
"Nona Kaila, sihir skala besar yang menciptakan timbangan raksasa telah terwujud di Jepang. Apa yang perlu kita lakukan?" tanya seorang prajurit dengan sopan.
Lalu, Kaila yang ditanyai menjawabnya dengan santai.
"Tidak perlu melakukan apa pun, sihir skala besar yang dapat dilihat seperti itu jarang digunakan, bahkan kami pun kesulitan untuk terus menopangnya, tapi jika itu di Jepang maka lain cerita. Itu pasti sihir seri zodiak, Libra. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Tuan Alpha, tapi biarkan saja dia melakukan apa yang ia mau. Bantuan kita tidak diperlukan bagi orang sepertinya."
Dan, untuk yang terakhir.
Jakarta, Indonesia.
Gilbert yang melihat timbangan raksasa terwujud dari wilayah Jepang, dan dapat dilihat dari seluruh dunia hanya bisa memijat pelipisnya kuat-kuat. Dia merasakan sakit kepala akan datang menerpanya.
"Dasar bocah sialan itu! Dia benar-benar serius hanya untuk hal seperti ini sampai-sampai menggunakan sihir seri zodiak!"
Gilbert lalu kembali duduk, dan merentangkan kakinya untuk bersantai. Dia tidak mau banyak berpikir sekarang, biarlah nanti dia terima akibatnya dengan mengurus banyak dokumen pertanyaan.
Lalu, pada hari itu, seluruh dunia dapat melihat pemandangan mencengangkan ini. Sebuah pertunjukkan sihir zodiak yang belum pernah terjadi sebelumnya.