Chereads / Star Chronicles of Origin / Chapter 5 - Sebelum Pengakuan

Chapter 5 - Sebelum Pengakuan

Keesokan harinya setelah rapat.

Ruang Pelatihan di Markas Pusat bawah tanah.

Ini masih pagi hari dan konferensi pers akan dilaksanakan nanti siang, melihat ada cukup banyak waktu sebelum siang, Ren memutuskan mengumpulkan 6 raja naga lainnya.

Hanya dalam beberapa menit keenam raja naga telah berkumpul.

"Terima kasihku untuk kalian karena mau meluangkan waktu pagi yang berharga untuk berkumpul disini" ucap Ren membuka pidato singkatnya

"Ini sudah setahun berlalu dan aku berpikir untuk melakukan pertarungan tiruan disini. Bagaimana menurut kalian?"

Ren mengalihkan pandangannya ke 6 raja naga.

Haa!!

Mereka semua menjawab serempak tanda bahwa mereka setuju.

(Bagus sekali, mereka bersemangat)

"Baiklah, mari kita mulai"

Ren pun mengatur keenam raja naga untuk pertempuran tiruan dimana setiap pertempuran selesai dalam 20 menit atau jika lawan kalah atau menyerah.

Pertempuran tiruan selesai dengan hasil:

Kaila vs Bayu — Kaila win

Rua vs Karen — Karen win

Arza vs Azkael — Arza win

"Bagus, bagus, sepertinya dalam setahun ini tanpa dirikupun kalian tetap berlatih, tetap lanjutkan latihan kalian dan terus tingkatkan" ucap Ren memberi pujian.

Lalu—

"Ren, bagaimana kalau kita latih tanding?"

Karen mengucapkan ajakan itu dengan penuh semangat dan mata berbinar.

(Hah..., sejujurnya aku mau bermalas-malasan sebentar tapi...sepertinya aku tidak bisa lari dari ajakannya)

Ren menghela nafas dan mengiyakan ajakan latih tanding dari Karen.

"Arza, tolong jadi wasit" ucap Ren memberi perintah.

Arza pun mengiyakan perintah tersebut dan menjadi wasit.

Pertarungan tiruan terakhir, Ren akan melawan Karen.

"Tolong bersiap diposisi masing-masing" ucap Arza lalu Ren dan Karen mengatur posisi mereka dengan saling berhadapan.

Ren bersiap dengan pedangnya sementara Karen dengan belatinya.

Arza lalu memberi aba-aba dan segera mundur dari arena pelatihan.

"Bersiap...., mulai!"

Pertempuran tiruan dimulai dengan Karen melesat maju tepat dihadapan Ren dan siap menikam lehernya dengan belati tetapi—

Ren menghilang...

Dia berpindah tempat.

"Cih, teleportasi ya? Merepotkan sekali"

Karen yang serangan pertamanya gagal mengeluh kesal.

"Wah wah tadi itu berbahaya sekali, bukannya aku sudah memperingatkanmu dari awal untuk tidak memakai "Eye of Charm" padaku? Itu percuma, kamu hanya membuang-buang energimu saja"

Ren sekarang berada jauh dari Karen. Sebelumnya tepat sebelum Karen melesat maju untuk memberi serangan pertama, Ren sudah terlebih dulu melempar pedangnya lalu berpindah melewati ruang dan waktu ke tempat pedang tersebut berada.

Alasan Karen memakai belati adalah karena dia memiliki "Eye of Charm" dimana mata itu akan memikat lawannya dan akan mudah bagi dia untuk menang.

"Kecepatanmu masih mengerikan seperti biasanya ya..tetapi mungkin juga tidak..., aku belum pernah melihat kemampuan itu sebelumnya. Sejak kapan kamu mempelajarinya?"

Karen bertanya sambil menatap tajam dan memegang belatinya erat-erat. Inilah suasana serius gadis yang terlihat lugu dan selalu berusaha menempel pada Ren.

"Hm, siapa yang tahu? Setahun lalu mungkin..., aku kebetulan mendapat sebuah ide semasa misi" jawab Ren acuh tak acuh.

"Hah..., orang jenius memang beda ya"

Karen kesal, dia lalu melesat sekali lagi penuh niat membunuh.

Tikam,tikam, dia berusaha menikam Ren tapi selalu gagal. Ren dapat menghindari semua serangannya dengan mulus tanpa lecet sedikitpun. Hal ini membuat Karen semakin kesal dan tersulut emosi.

"Tidak bisakah kamu berhenti menghindar!?" teriaknya, wajahnya memerah, dia merasa frustasi dengan perbedaan yang semakin jauh saat ini.

"Hah..sepertinya sudah waktunya mengakhiri ini sebelum semuanya semakin rumit"

Ren melempar pedangnya dengan kecepatan tinggi lalu Karen memiringkan badannya untuk menghindar tapi—

Ren berteleportasi ke pedang tersebut dan mengunci pergerakan Karen lalu menjatuhkannya, pedang itu akhirnya tepat berada di depan leher Karen.

"Ugh.." eluh Karen frustasi.

"Pertandingan selesai, pemenangnya Ren"

Arza sebagai wasit mengakhiri pertandingan dan Ren segera menarik kembali pedangnya lalu mundur.

"Hahhh, lagi-lagi aku kalah..."

Sekarang Karen terlihat murung, dia merasa frustasi. Selama ini dia sudah berusaha sebaik mungkin untuk menutup jarak antara dia dengan Ren tetapi semakin dia berlatih semakin dia memahami bahwa jarak itu semakin jauh dan tak berujung. Dia merasa gagal, dia merasa tidak pernah bisa setara dengan Ren.

"Ayolah, ini hanya latihan sederhana, jangan kamu ambil pusing begitu"

Ren yang melihat rekannya begitu murung memilih mendekat dan menawarkan tangannya. Karen yang melihat niat baik itu mau tidak mau meraih tangan itu, seharusnya dia memilih berdiri sendiri tapi Karen lebih memilih memeluk Ren.

"Maaf..., maaf..., maaf karena aku gagal memenuhi ekspetasimu..." ucapnya lalu menangis

"Kamu ini bicara apa? Sejak awal aku tidak mengharapkan kalian bisa setara denganku, bukannya aku sombong atau apa tapi kalian dari awal sudah mendengar sendiri dari pak tua itu kan tentang perbedaan kita, kalau kalian memahami perkataannya harusnya kalian mengerti" jawab Ren acuh.

"T-tapi tetap saja aku gagal!!" balas Karen, dia semakin menangis, dia menyangkal kalimat penenang itu.

"Hah.., aku akan membawa Karen ke ruangannya. Kalian kembalilah dulu ke ruangan kalian masing-masing, aku akan memberitahu kalian jika sudah waktunya berkumpul untuk konferensi pers" ucap Ren memerintah 5 raja naga lalu dia menggendong Karen seperti seorang putri dengan paksa.

Karen yang digendong tiba-tiba langsung meronta, wajahnya merah padam.

"Hey, hey! Lepaskan aku! Ini sangat memalukan!!" eluhnya, dia semakin meronta tapi dia kalah kuat dan akhirnya pasrah.

Ren lalu membawa Karen ke ruangannya lalu ke kamarnya dan menurunkannya di kasur.

"Kamu istirahatlah dulu, tenangkan pikiranmu itu. Hilangkan emosimu jika kamu tidak mau kehilangan kewarasan karena jiwamu rusak" ucap Ren, nadanya penuh penekanan.

"Maafkan aku..., maafkan aku sudah membuat kamu repot, aku akan beristirahat sebentar."

"Juga Ren..., terima kasih atas bantuanmu selama ini"

Setelah mengucapkan hal itu Karen tertidur, raga dan jiwanya pasti kelelahan karena dia sampai tersulut emosi saat menggunakan "Star Eye".

Ren meninggalkan kamar Karen dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Dia lain sisi dia juga agak lelah karena menggunakan "Star Eye" hanya untuk sekedar latihan, seharusnya hal itu hanya digunakan untuk pertempuran nyata atau jika dia berada di medan perang.