Zoya menghentikan wudhu. Dimatikannya keran air mesjid sambil memiringkan kepala. Gendang telinganya seperti mau pecah mendengar suara berisik motor yang meraung-raung memasuki halaman parkir Masjid Al-Huriyah.
"Huh! Pemuda RX King itu lagi!" Pikir Zoya sebal. Sudah kesekian kalinya dia merasa terganggu dengan suara knalpot motor tua yang melegenda itu. Zoya menggeleng-gelengkan kepala dengan sebal. Dia sudah berusaha keras untuk bersabar tapi suara cempreng mirip tumpukan kaleng rombeng yang sengaja ditarik di jalanan berbatu itu benar-benar tak nyaman didengar. Apalagi di lingkungan masjid yang tenang dan penuh kekhusukan.
Ingin rasanya dia melempar bakiak yang biasa untuk berwudhu ke si pemilik motor. Zoya berharap tidak mengenai mukanya. Kasian. Cukup mampir di lututnya saja hingga bengkak. Harapannya pemuda itu libur bermotor selama setidaknya seminggu.
Sudah beberapa kali Zoya mengalami peristiwa yang sama setiap Dhuhur dan Asar. Suara motor RX King masuk pelataran Masjid dan kemudian disusul dengan siul-siul kencang saling bersahutan seolah tempat ini adalah pasar burung. Si pemilik RX King memang selalu berombongan dengan beberapa temannya jika datang ke Masjid Al-Huriyah. Tapi hanya dia seoranglah yang mengenderai RX King. Teman-temannya membawa motor 4 tak yang suaranya normal-normal saja.
Zoya belum sekalipun pernah melihat langsung muka si pemilik motor. Dia hanya pernah melihat sekilas perawakannya yang tinggi langsing dengan rambut gondrong acak-acakan saat pemuda itu hendak memasuki tempat wudhu pria di sudut sana.
Bisa saja dia salah menduga orang. Tapi siapa lagi? Mahasiswa-mahasiswa yang masuk ruang wudhu di saat yang bersamaan mayoritas adalah pemuda berpenampilan biasa dengan sikap yang biasa pula. Sedangkan pemuda gondrong itu jalannya saja seperti preman pasar yang sedang terburu-buru menagih uang keamanan ke para pedagang sekaligus kebelet BAB di saat bersamaan. Belagu!
Lagipula Zoya sama sekali tidak berkeinginan untuk melihat wajah si pemuda menyebalkan itu. Untuk apa? Dia hanya ingin sholat dan ikut kultum saja dengan tenang. Ketenangan yang menjadi barang langka akhir-akhir ini semenjak si pemuda tengil itu rajin pergi sholat ke masjid.
Namun lama kelamaan Zoya menjadi penasaran. Dia ingin memastikan bahwa wajah si pemilik RX King itu kucel dan kusam, berhidung bengkok, bibir mirip talenan dan bermata jelalatan tak ubahnya ikan Koi yang sedang kelilipan.
Zoya membetulkan jilbab lalu mengenakan mukena dengan santai di tempat sholat khusus wanita. Berhenti sejenak karena mendengarkan suara syahdu imam sembahyang yang mendayu-dayu indah saat membaca Surat Al Fatihah dan surat pendek setelahnya. Ini bukan suara Ustadz Abdul Hamid yang biasa memimpin sholat. Zoya mengangkat bahu. Mungkin anak Rohis yang lain.
Akibat rasa penasarannya yang besar, Zoya segera keluar dari masjid setelah menunaikan sholat. Biasanya dia duduk diam bertafakur sambil menunggu jadwal kultum. Kali ini tidak. Dia harus melihat raut muka si pemilik RX King itu! Zoya ingin mencatatnya dalam ingatan agar jika berjumpa di kampus bisa mendampratnya dengan beberapa puluh kalimat sepedas gado-gado Bik Konah dengan lombok delapan!
Zoya sengaja duduk di teras masjid sambil membolak balik kaus kakinya yang tidak bersalah. Dia akan berpura-pura memasang kaus kaki sambil menunggu si pemuda itu keluar.
Terdengar riuh langkah kaki dari dalam mesjid. Ini dia! Zoya bersiap memasang mata baik-baik. Serombongan mahasiswa berebutan keluar. Zoya mengangkat kaus kakinya seolah sedang mencari lubangnya di mana tapi matanya mencuri lihat para mahasiswa yang sedang sibuk memasang sepatu. Mata Zoya terus mengikuti saat mereka menaiki motor masing-masing. Zoya terperanjat!
Bayangan wajah yang telah dibentuknya sempurna tadi buyar seketika saat melihat si pemuda berambut gondrong acak-acakan itu memalingkan wajah untuk memundurkan RX Kingnya. Zoya ingin mengucek matanya tapi buru-buru membatalkan niatnya. Sepasang kaus kaki itu masih berada di kedua tangannya.
Pemuda tengil itu ternyata berwajah ganteng dan bersih. Mukanya tidak kusam tapi cerah berseri-seri. Hidungnya tidak bengkok tapi mancung serasi. Bibirnya tidak mirip talenan tapi normal saja sebagai bibir seorang lelaki. Mungkin malah lebih mirip ulekan, pikir Zoya terkikik. Matanya juga tidak jelalatan. Tenang dan waspada seperti burung elang.
Suara melengking menyakitkan telinga menyadarkan Zoya. Motor RX King itu berlalu dengan tenang tapi suaranya seolah sudah sampai gerbang kampus. Gadis itu buru-buru berdiri hendak menghampiri dan mendamprat si pemuda namun kembali membatalkan niatnya. Matanya terantuk pada batu-batu kerikil yang berserakan di halaman masjid. Bisa-bisa kakinya yang masih belum bersepatu menjerit-jerit kesakitan.
Zoya menggigit bibirnya. Hmm, lain kali dia benar-benar akan mendamprat pemuda tengil itu. Tidak semestinya wajah setampan itu berperilaku tidak sopan. Dalam rumus Zoya, wajah harus mencerminkan perbuatan. Tidak ada istilah don't judge the book from its cover! Tapi yang benar adalah; do judge the book from its look! Mahasiswi cantik Fakultas Kedokteran itu menyuruh hatinya untuk memutuskan membenci pemuda urakan itu setengah mati sejak pandangan pertama kali!
Besok dia akan mengajak Fatimah dan Anisa, dua sahabat terdekatnya, untuk pergi sholat bersama ke Masjid Al-Huriyah. Jaga-jaga kalau gerombolan penyamun yang dipimpin si Majnun, Zoya menerbitkan keputusan kedua hari ini untuk menjuluki si pemuda dengan sebutan majnun, ternyata susah untuk ditegur. Fatimah terkenal dengan gaya menyerang yang total football karena daya cerocosnya yang tinggi. Sedangkan Anisa adalah gadis feminin dan lemah lembut tapi garang bukan main kalau melihat kaum lelaki masih sok berkuasa di dunia ini.
Zoya kembali ke kampusnya yang tidak jauh dari Masjid Al-Huriyah dengan berjalan kaki. Tubuhnya yang semampai dan ditutup dengan baju gamis yang lebar terlihat anggun saat melintas di jalan kampus yang cukup ramai dengan lalu lalang mahasiswa dan mahasiswi. Sore ini ada kuliah Ilmu Dasar Penyakit Syaraf. Zoya jadi lebih bersemangat. Teringat pada pemuda majnun tadi. Mata kuliah ini cocok sekali dengan suasana hatinya. Terbitlah keputusan ketiga; pemuda itu benar-benar Sarap!
Hati Zoya tersenyum puas tapi mulutnya mengerucut cemberut. Tidak biasanya dia seberang ini dalam menghadapi masalah. Tapi tingkah pemuda RX King itu memang benar-benar menyebalkan!
Lebih menyebalkan dari kakak lelakinya yang rutin menyembunyikan novelnya. Lebih menyebalkan juga dari adik lelakinya yang suka sekali menghabiskan gurame goreng kesukaannya dan hanya menyisakan jajaran rapi duri-duri. Pikiran Zoya langsung melayang jauh ke rumah tempatnya dibesarkan bersama 1 orang kakak lelaki dan 1 orang adik yang juga lelaki. Bersama Ayahnya tersayang yang merupakan seorang pengasuh pondok pesantren cukup besar di daerah Jombang, dan seorang Ibu yang juga seorang ustadzah.
*