Zoya yang sedang asyik membaca di teras kosnya, mengangkat kepala. Terdengar pintu pagar dibuka. Fatimah dan Anisa masuk bergandengan tangan sambil melambai-lambaikan poster. Zoya tidak ambil peduli. Mereka pasti membawa kabar yang tidak menarik sama sekali. Zoya kembali terpaku pada halaman demi halaman novel Cassandra Clare di pangkuannya.
"Hei Tuan Putri yang sok cool! Kita harus menonton ini." Anisa menyodorkan poster persis di mata Zoya. Zoya hendak merenggut poster tersebut karena menghalangi pandangannya, tapi Anisa mengelak dan memaksa Zoya membaca. Fatimah membantu dengan memegangi kepala Zoya agar tidak bergeming ke arah lain. Zoya menghela nafas panjang. Kalau tidak dituruti kemauan mereka, bisa-bisa kepalanya copot. Zoya meraih poster dan membaca lalu memandang kedua sahabatnya dengan tatapan tak mengerti.
"Uh! Dasar bodoh! Lihat, Metal Tawakkal!" Telunjuk Fatimah mengarah ke nama sebuah band dalam daftar band yang ikut dalam pentas Langit Biru di Kampus Biru.
Zoya mengerutkan kening dalam-dalam. Memang kenapa sih? Nama band itu memang unik tapi dia tetap tak tertarik. Zoya hanya tertarik dengan Sholawat, musik Qosidah dan sejenisnya. Fatimah dan Anisa menjadi kesal.
"Niiihh! Si majnunmu itu vokalis band Metal Tawakkal tauuukk!" Anisa menjelaskan dengan nada separuh menjerit.
Zoya menutupi telinganya yang berdenging dan menggelengkan kepala.
"Aku tidak tertarik dengan konser-konser semacam itu. Apalagi ada si majnun di situ." Zoya hendak kembali ke novelnya tapi Fatimah mengangkat dagu Zoya dengan gemas. Zoya yang sekarang menjerit. Sakit! Fatimah memang bertenaga setara dengan 50 Horse Power. Kalau dibandingkan dengan mesin rumput, sepertinya tenaga Fatimah jauh lebih besar.
"Ya ampuunn Zoya. Inilah saatnya kamu dan kita semua mendamprat si kampret itu! Apa kamu tidak ingat, tadi pagi dia nyaris menyerempet Anisa di kampus."
Zoya tentu saja ingat! Level ketengilan pemuda memang di atas rata-rata. Masa dia berteriak menegur mereka dengan kata-kata sekasar itu?
Gadis cantik itu matanya seketika menyala. Sudah terlalu banyak kesalahan yang dilakukan pemuda tengil itu! Mungkin konser itu memang saat yang tepat untuk menunjukkan kepadanya siapa itu Zoya Maulida Lavani!
"Oke! Jam berapa konsernya? Kita pergi ke sana!"
Fatimah dan Anisa bertepuk tangan keras. Inilah karakter Zoya yang sebenarnya! Seperti Nami yang menjadi waifu sejuta umat di One Piece. Cantik tapi perkasa, anggun namun garang, mempesona sekaligus berbahaya!
Ketiga sahabat itu segera bersiap-siap. Zoya yang nyaris selalu mengenakan gamis telah berganti kostum. Celana panjang hitam dan kaos panjang longgar. Zoya sebetulnya agak risih karena tidak terbiasa. Fatimah dan Anisa sudah biasa jadi nyaman saja mengenakan pakaian seperti itu. Anisa bahkan memakai celana jeans. Zoya menguatkan hati sambil berkata dalam hati; Maafkan anakmu ini Ibu.
Konser digelar sore setelah Asar. Mereka masih punya waktu untuk sholat di masjid kampus. Lapangan tempat konser diadakan di area kampus bagian depan. Cukup jauh. Tapi Zoya dan kawan-kawan memang hanya akan menunggu hingga Metal Tawakkal tampil. Di jadwal, band tersebut akan naik panggung pukul 16.15.
Sesampai di Masjid Al-Hurriyah, tepat saat adzan Asar berkumandang. Sang Muadzin bersuara sangat merdu mendayu-dayu. Indah dan enak sekali di telinga. Zoya sampai menghentikan langkahnya yang diikuti juga oleh Fatimah dan Anisa. Suara adzan itu sangat menghipnotis sekali! Tidak kalah dengan adzan-adzan di televisi. Dan sepertinya ini Muadzin baru karena mereka baru pertama kali mendengarkan Al-Hurriyah mengalunkan adzan seindah ini.
Seselesainya adzan, Zoya dan teman-temannya memasuki pelataran masjid dengan mata terpaku pada sederetan motor di tempat parkir. Ada RX King di sana!
Ketiganya saling berpandangan. Berarti pemuda begajulan itu ada dalam masjid. Zoya mengangkat bahunya. Dia mengajak teman-temannya untuk tidak peduli. Toh nanti mereka akan melihat langsung si majnun di panggung konser. Biarlah dia sholat dengan tenang tanpa perlu cemas ada tiga wanita menakutkan di sini.
Zoya dan teman-temannya bersiap untuk sholat. Menunggu Imam memulai sholat berjamaah. Meski tidak membacakan Al-Fatihah maupun surat pendek, tetap saja suara Imam itu dikenali oleh ketiganya sebagai orang yang beradzan tadi. Merdu. Zoya sungguh-sungguh terkesan dengan suara Muadzin sekaligus Imam itu. Perasaannya merinding. Suara yang luar biasa!
Ketiga gadis itu membereskan mukena dan menyimpannya kembali di lemari. Saat mereka melangkah keluar ruangan masjid terdengar raungan memekakkan telinga. Zoya teringat sesuatu. Buru-buru gadis itu berlari. Hanya untuk melihat kepulan asap yang ditinggalkan oleh rombongan RX King. Tidak nampak lagi batang hidung Faris dan kawan-kawannya. Zoya menghela nafas sambil mengurut dada. Suara RX King mengerikan itu membuatnya teringat akan komitmen kebenciannya kepada Faris.
Dipimpin oleh Zoya, ketiga sekawan itu berjalan santai ke arah lapangan terbuka di dekat gedung wisuda. Mulai terdengar dari sini suara jedag jedug keras konser musik Langit Biru di Kampus Biru. Acara pentas seni memang digelar rutin setiap tahunnya. Berbagai pertunjukan seni dan musik diadakan sebagai penutup tahun akademik. Sebentar lagi libur panjang. Bagi mahasiswa yang masih aktif dalam perkuliahan seperti Zoya dan kawan-kawannya. Libur panjang semester adalah hal yang paling dinantikan. Bisa pulang ke rumah melepas kerinduan masakan sang ibunda dan lain sebagainya.
Zoya, Fatimah dan Anisa sampai di tepi lapangan konser. Panggung kokoh namun sederhana itu dihiasi dengan speaker-speaker berukuran besar. Sebuah grup band bernama The Beatless dengan s dua, nampak dari running text layar monitor besar yang dipasang di pinggir lapangan, sedang manggung menyanyikan lagu-lagu The Beatles yang melegenda.
Penonton sudah banyak. Tidak hanya para mahasiswa dan mahasiswi, tapi juga masyarakat sekitar kampus yang ingin melihat keramaian dan hiburan, nampak hadir memenuhi separuh lapangan. Masih ada setengah lapangan lagi yang belum terisi. Zoya dan kawan-kawan mengambil tempat agak jauh di belakang. Mereka tidak mau masuk dalam kerumunan.
Diam-diam Zoya bertanya kepada dirinya sendiri. Memangnya apa sih tujuan mereka ke sini? Menyatroni si majnun? Lantas apa yang akan mereka lakukan saat bandnya tampil nanti? Zoya menggaruk hidungnya. Duh, kenapa sih dia harus patuh terhadap ide Fatimah dan Anisa. Dilihatnya kedua sahabatnya itu sedang manggut-manggut menikmati alunan lirik Hey Jude yang sedang dilantunkan oleh band The Beatless dengan s dua.
Zoya sendiri tahu semua lagu populer tempo dulu. Ayah dan Ibunya tidak pernah melarang untuk mendengarkan musik maupun membaca novel. Kedua orang tuanya bukan tipe ortodoks yang mudah membid'ahkan sesuatu tanpa dasar yang kuat. Pondok pesantren yang diasuh oleh Ayahnya termasuk pondok modern yang berusaha menyeimbangkan rohani dengan duniawi. Tidak boleh ada sedikitpun ikatan duniawi yang merusak rohani serta tidak dianjurkan untuk fokus 100% terhadap aktifitas rohani tanpa berikhtiar secara duniawi.
Zoya tersentak saat mendengar suara sapaan dari band yang tampil berikutnya setelah The Beatless dengan s dua.
"Wahai para lelaki dan perempuan yang setiap harinya terlalu disibukkan dengan keterburuan dan tak punya waktu senggang, inilah saatnya bagi anda sekalian untuk menikmati hati yang lengang bersama kami! Band yang dibentuk namun tetap tak berbentuk! Band yang cita-citanya setinggi langit kelabu namun selalu kembali pada musik masa lalu! Band yang kehilangan akal bagaimana caranya agar populer dan tidak pernah gagal! Metaaaalll….Tawakkaaaallll!"
Suara itu? Tone itu? Vibra itu? Mirip sekali dengan suara Muadzin dan Imam Sholat di masjid tadi! Zoya menyipitkan matanya. Di layar monitor nampak running text berhuruf bold kapital. Metal Tawakkal. Ah! Band yang mereka tunggu dari tadi karena vokalisnya dibencinya setengah mati!
Zoya mengucek-ucek kedua matanya tak percaya! Lapangan yang baru separuh terisi tadi sekarang sudah nyaris penuh. Ada beberapa rombongan mahasiswi yang baru datang dalam jumlah besar. Berkelompok-kelompok membentuk kerumunan di depan panggung sambil menjerit-jerit histeris.
Faris Bolton! Faris Bolton! Faris! Faris!
Hah? Zoya ternganga dengan wajah terpana. Persis orang setengah bloon. Dipandanginya kedua sahabatnya yang juga sedang menampilkan raut muka terkejut yang sama. Tapi Fatimah dan Anisa terlihat jauh lebih bloon lagi. Selain ternganga dan terpana, kedua gadis itu tanpa disadari meneteskan air liur bersama-sama.
Zoya menyembunyikan kegeliannya. Itulah akibat kalau menganganya terlalu lebar dan lama.
****