Chereads / Tak Kenal maka Taaruf / Chapter 9 - Bab 9-Peristiwa Aneh!

Chapter 9 - Bab 9-Peristiwa Aneh!

Zoya mematut dirinya di depan cermin. Cukup begini sajalah. Dia tidak biasa berdandan menor. Lagipula dia memang tidak berniat untuk menjadi pusat perhatian dari siapapun. Zoya tersenyum menghadap cermin. Berharap senyumnya nampak jutek tapi tidak berhasil. Senyumnya tetap terlihat ramah. Mungkin lain kali dia harus lebih sering berlatih bagaimana agar bisa tersenyum jutek, cuek, atau sadis malah.

Hapenya di atas meja bergetar. Zoya melirik. Fatimah. Video call.

"Assalamualaikum Fat. Tumben lagi di kampung mau nelpon aku?" Zoya menggoda sahabatnya. Fatimah nampak sekali suntuk.

"Walaikumsalam Zoy. Aku lagi galau nih!" Jawaban Fatimah pendek. Matanya dijulingkan. Itu artinya dia galau beneran. Zoya sudah hapal.

"Galau kenapa? Ada masalah di sana?" Zoya mengerutkan alisnya.

Fatimah menggelengkan kepala lalu mengangguk-angguk. Zoya yang semula hendak bersimpati jadi kesal. Apa sih maksudnya geleng-geleng dan angguk-angguk di saat yang bersamaan?

"Begini Zoy. Tahu Ali kan? Anggota band Metal Tawakkal. Si penabuh drum?" Fatimah nyerocos dengan pertanyaan panjang. Zoya menjulingkan kedua matanya. Itu artinya dia sedang sangat kesal. Fatimah paham. Mereka bertiga memang sepakat bahwa ekspresi terdalam dari masing-masing orang bisa diwakili dengan menjulingkan mata. Fatimah kalau lagi super galau. Zoya jika sedang sangat kesal. Dan Anisa apabila sedang berada di puncak bahagia. Mereka sepakat dan sudah sering mempraktikkan kesepakatan aneh itu.

"Nah! Si Ali nih sudah lama aku naksir dia Zoy. Dia kan satu angkatan denganku. Di jurusan yang sama pula. Itulah kenapa aku seneng banget dia rajin WA aku akhir-akhir ini. Tapi ya itu…" Fatimah menghentikan ucapannya. Lalu menghela nafas panjang dengan wajah yang nampak sekali dibuatnya sangat merana. Zoya tahu itu. Didekatkannya muka ke layar hape dan dijulingkannya matanya hingga sejuling-julingnya saking kesalnya. Zoya sampai cemas pupil matanya tidak bisa kembali normal. Itu tadi juling ekstrim.

Fatimah tanpa bisa dicegah lagi tertawa tergelak-gelak hingga keluar air mata. Itu tadi juling yang tidak ada dalam kesepakatan karena terlalu ekstrim. Buru-buru Fatimah menghentikan ketawanya karena melihat ekspresi Zoya yang mengerikan.

"Ok, ok. Begini. Si Ali ini meminta nomor kontakmu. Begitu." Fatimah berhenti sebentar.

"Bagaimana Zoy? Bolehkah aku share? Boleh ya? Boleh? Terimakasih Zoy. Muacchh!" Zoya langsung menjerit. 

"Jangaaan! Untuk apa? Kamu kan tahu aku tidak mau sembarangan membagi nomor kontakku kepada siapa saja." Fatimah langsung cemberut.

"Tapi Ali kan bukan siapa saja Zoy! Dia calon pacarku. Apa kau tega aku menyakiti hatinya dengan tidak share nomor kontakmu? Ayolah Zoy. Pleaseee?" Muka Fatimah terlihat memelas banget. Zoya menggaruk-garuk kepalanya. Dia sebetulnya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ini semua pasti skenario si majnun itu! 

Zoya sebenarnya tidak mau. Tapi bagaimana dengan Fatimah? Sahabatnya itu adalah gadis yang jarang sekali suka dan jatuh cinta. Baru kali inilah Zoya mendengar Fatimah sampai memohon-mohon demi seorang lelaki. Zoya mengangguk di layar. Fatimah menjerit-jerit sambil melompat-lompat di atas kasur di seberang sana. Lupa bahwa dia tadi bilang sedang super galau. Zoya menggeleng-gelengkan kepala. Kurang ajar si majnun! Dia menghalalkan segala siasat dan cara. Lihat saja nanti kalau sampai Faris menghubunginya, Zoya akan memberinya pelajaran.

Zoya sudah hendak keluar kamar saat hapenya kembali bergetar hebat. Duh! Siapa lagi sih?

Mata Zoya nyaris keluar dari rongganya saat melihat yang menelpon ternyata Anisa. Perasaannya tidak enak. Telpon berturut-turut dari dua sahabatnya adalah pertanda tak beres. Zoya menekan tombol terima. Wajah Anisa muncul di sana sambil meringis malu-malu. Matanya dijulingkan. Zoya terbelalak. Anisa bahagia banget karena apa? Gadis itu terlalu lembut dan sangat bisa mengendalikan perasaannya. Kalau sampai matanya dijulingkan berarti ada hal dahsyat yang sedang terjadi.

"Ada apa? Kenapa lagi? Mau bilang kalau ada yang minta nomor kontakku?" Zoya berkata jutek. Anisa langsung berubah air mukanya.

"Hah? Apa sih Zoy? Suudzon banget sih!" Anisa menjerit kesal.

Zoya buru-buru membungkuk-bungkukkan tubuhnya minta maaf. Ternyata tidak hubungannya dengan si majnun dan gerombolannya.

"Oke An, sekarang ceritakan apa yang membuatmu begitu bahagia?" Zoya bertanya dengan nada sabar dan penuh pengertian. Merasa bersalah telah berburuk sangka tadi terhadap Anisa.

"Aku ditembak Zoooyyy!" Mata Anisa kembali juling.

Zoya jadi pusing. Apa tidak sebaiknya kesepakatan juling ini dibatalkan saja ya?

"Maksudmu ditembak gimana sih An?"

"Aku sekarang punya pacar Zoooyyy! Aku bukan lagi tergolong jomblo ratapan, tauuukkk!" Anisa menjerit-jerit kencang. Zoya menekan-nekan daun telinganya. Entah berapa desibel jeritan si Anisa sampai telinganya menjadi setengah tuli begini.

"Oke, oke. Siapa yang menembakmu? Siapa yang sekarang resmi menjadi pacarmu sehingga kamu bukan lagi termasuk jomblo ratapan?" Zoya berusaha keras menata kesabarannya. Dua sahabatnya ini memang sudah lama menjomblo. Bukan karena mereka tidak cantik atau menarik. Fatimah berbodi aduhayy dengan kecantikan khas Sumatra. Sedangkan Anisa jelas ayu gemulai seperti laiknya gadis-gadis Parahyangan. Mereka menjomblo karena ingin sekuat dan selama mungkin menemani Zoya. 

Sedari mereka bersahabat, Zoya selalu mengatakan bahwa tidak ada istilah pacaran bagi dia. Kalau memang berniat serius maka datanglah ke orang tuanya dan bertaaruf dengan dirinya. Fatimah dan Anisa yang kagum bukan main melihat keteguhan prinsip Zoya berniat untuk menemaninya selama mungkin menjadi jomblo. Sudah 2 tahun ini mereka sanggup bertahan. Tapi sekarang pertahanan mereka sepertinya sudah mulai diobrak-abrik oleh cinta.

Zoya tersenyum semanis mungkin. Dia turut senang akhirnya mereka mau membuka diri dan tidak ikut-ikut dirinya. Anisa menjerit lagi.

"Syuhada Zoy! Syuhada menembakku! Kami resmi berpacaran sejak 40 menit yang lalu!" Zoya bengong. Syuhada? Syuhada siapa ya?

"Syuhada pemain keyboard Metal Tawakkal Zoooyy!" Seperti tahu jalan pikiran Zoya, Anisa menjerit menjelaskan.

Zoya nyaris terjengkang ke belakang. Ya Gusti, kedua sahabatnya menjadi pacar para pemain band pimpinan Faris? Si majnun itu? Hah?

Tapi ya ga apa-apa. Zoya tersadar. Ini pilihan mereka. 

"Aku ikut bahagia An. Sungguh!" Zoya tersenyum tulus. 

"Tapi Zoy, aku boleh minta izin yaa?" Wah, apalagi ini? Zoya bersiap mendengar kabar buruk. Matanya menatap Anisa di layar. Menunggu.

"Syuhada meminta nomor kontakmu. Boleh kan aku kasih yaaa?"

Zoya bukan lagi nyaris terjengkang. Dia benar-benar kaget dan hampir jatuh saat melompat ke belakang. Ini aneh! Dua sahabatnya dalam waktu bersamaan jadian dan hampir jadian. Dengan dua pemuda yang berasal dari band yang sama. Dalam waktu bersamaan pula mereka meminta nomor kontaknya. Pikiran Zoya berputar seperti kipas angin rusak. Berputar tapi sebentar mati. Berputar lagi tapi lantas mati lagi.

Ini semua pasti gara-gara Faris! Pemuda itu pasti mengatur semua ini! Tidak salah lagi!

Zoya berharap Faris menghubunginya saat ini juga! 

*********