Faris membaca proposal penelitian yang sudah diperiksa oleh dosen pembimbing. Tidak banyak coretan lagi. Berarti dia bisa segera melakukan penelitian setelah revisi proposal. Faris menarik nafas lega. Ibunya tadi telepon dari kampung. Mengabarkan bahwa Ayahnya sakit dan tidak bisa lagi melaut. Terpaksa Ibunya menjual perahu penangkap ikan yang mereka punya untuk biaya berobat dan membayar uang sekolah adiknya di akademi perikanan di Jakarta.
Sudah sejak tiga tahun yang lalu Faris meminta supaya tidak dikirimi uang bulanan. Dia mendapatkan beasiswa penuh termasuk living cost dari sebuah lembaga internasional yang bergerak di bidang kemaritiman. Nilainya yang bagus dan selalu cume laude membuat dirinya terpilih sebagai salah satu penerima beasiswa prestisius itu. Selain berdasarkan nilai akademik, lembaga itu juga memilih Faris karena pemuda itu mempunyai keahlian khusus sebagai instruktur selam bersertifikat.
Karena itulah setelah lepas dari semester 2, Faris tidak lagi merepotkan orang tuanya. Dia menjadi pemuda mandiri yang bahkan bisa membantu biaya sekolah adiknya meski tidak banyak. Empat kali dalam sebulan Faris harus PP Bogor-Sukabumi untuk melatih selam di sebuah lembaga pelatihan. Karena itulah Faris membeli motor RX King agar perjalanan rutin ke Sukabumi tidak menemui hambatan maupun keterlambatan. Honor sebagai instruktur selam ditabungnya setelah disisihkan untuk mengirim Ibu dan Adiknya.
Jalur Bogor-Sukabumi adalah jalur neraka. Macet setiap saat dan itu terjadi di banyak titik. Mengendarai motor adalah pilihan terbaik dibanding naik angkutan umum yang bisa memakan waktu berjam-jam. RX King menjadi pilihannya karena memang itu pilihan satu-satunya yang bisa dia beli. Seorang teman asrama lulus dan enggan membawa motor yang dimilikinya ke tempat dia diterima kerja nun jauh di Ternate. Faris mendapatkan harga sangat murah dengan kualitas motor yang terawat dan prima.
Teman-temannya anggota band Metal Tawakkal merupakan anak-anak yang berkecukupan dari orang tua yang mapan kecuali Jenglot. Kedua orang tua Bandut berprofesi sebagai dosen. Ayahnya bahkan telah bergelar profesor. Ali anak dari pejabat eselon 1 di kementrian Kelautan dan Perikanan. Syuhada adalah anak dari pengusaha travel haji dan umroh yang terus meningkat usahanya. Orang tua Ronan bahkan seorang bupati di salah satu kabupaten di Sumatra Utara.
Jenglot? Seorang pemuda dari pesisir selatan Jawa Tengah yang sudah yatim piatu. Untunglah pihak universitas membebaskan semua uang kuliah Jenglot sehingga pemuda itu bisa melanjutkan studinya. Untuk makan sehari-harinya, Jenglot bergantian mendapatkan subsidi dari sahabat-sahabatnya. Secara bergiliran, anggota band Metal Tawakkal yang diinapi oleh Jenglot selalu membelikannya makan. Jenglot tidak punya kos tetap. Bajunya yang tidak seberapa banyak itu ada di setiap lemari anggota band lainnya. Selain itu semua anggota band menyisihkan sebagian iuran bulanan untuk honor Jenglot. Metal Tawakkal secara resmi mengangkat Jenglot sebagai manajer band.
Ke lima anggota band plus Jenglot sudah berada di semester akhir perkuliahan. Mereka dalam tahap mengajukan proposal penelitian ke dosen bimbing masing-masing. Faris adalah yang terpintar di antara mereka. Tuhan menganugerahinya otak brilian. Meskipun berpenampilan urakan, tapi Faris adalah pemuda yang tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Pemuda itu memang tidak aktif di organisasi islam di kampus, tapi jangan ditanya mengenai komitmennya untuk tidak lalai melaksanakan sholat lima waktu berjamaah, puasa wajib dan sunah, serta menyantuni orang yang membutuhkan meskipun dengan jumlah yang tidak banyak.
Selama ini tidak pernah timbul masalah besar di antara anggota band. Semuanya merokok kecuali Jenglot. Semuanya memiliki motor kecuali Jenglot. Ronan malah membawa mobil ke kampus. Semuanya pernah minum alkohol kecuali Faris dan Jenglot. Tapi tidak ada satupun yang berani coba-coba mencicipi narkoba. Narkoba adalah barang yang paling diharamkan di Metal Tawakkal. Semua saling menjaga dan mengawasi.
Faris keluar kamar dan segera mandi. Hari ini dia sudah janjian dengan semua sahabatnya untuk bertemu di kampus. Mereka kuliah di fakultas yang berbeda kecuali Faris dan Jenglot yang sama-sama di Fakultas Perikanan. Syuhada di Teknologi Industri, Ali di Kehutanan, Ronan di Kedokteran Hewan dan Bandut di Statistika. Tempat berkumpul mereka adalah taman terbuka di dekat rektorat. Alat-alat musik semua tersimpan di rumah kos Valhalla. Salah satu kos terbaik di sekitar kampus tempat Ronan, Ali, dan Syuhada tinggal. Dalam tempo sebulan, tiga perempatnya dihabiskan Jenglot berdiam di kos Valhalla. Sisanya di kamar asrama Faris.
Sebelum berangkat, Faris memandangi motor langka kesayangannya yang telah turut menghidupinya selama beberapa tahun belakangan ini. Dia sudah berjanji kepada Zoya untuk tidak lagi membawanya ke masjid. Faris menggaruk kepalanya. Kalau harus jalan kaki untuk sholat berjamaah di Masjid Al-Hurriyah, jaraknya lumayan jauh. Gimana ya caranya supaya dia tetap tepat waktu sampai di masjid?
Sepeda! Ya sepeda angin adalah solusi terbaik untuk masalah yang dia hadapi. Faris merenung sejenak. Sepeda anginpun sekarang mahal-mahal. Adiknya sedang butuh biaya banyak untuk praktik lapangan. Tidak mungkin dia membeli sepeda yang menghabiskan tabungan sementara adiknya sangat membutuhkan uangnya untuk membayar praktik lapangan.
Loak! Ya mungkin dia harus pergi ke pasar loak. Pasti banyak pilihan sepeda bekas di sana. Air muka Faris kembali cerah. Apalagi saat teringat chatnya dibalas untuk pertama kali oleh Zoya! Balasan yang membagongkan sebenarnya, tapi Faris bahagia. Setidaknya chatnya berbalas;
Assalamualaikum (pesan ke-1); Waalaikumsalam (balasan Zoya)
Maaf mengganggumu ya (pesan ke-2); Iya kamu mengganggu (balasan Zoya pendek dan pedas)
Ini aku si majnun (pesan ke-3); Tetaplah seperti itu supaya tetap populer (balasan Zoya makin pedas)
Izinkan aku memperkenalkan diri dan juga mengenalmu (pesan ke-4); Perkenalkan saja dirimu tapi aku tidak (balasan Zoya mengandung level kepedasan yang setara Carolina Reaper)
Setelah rangkaian chat aneh itu Faris belum menulis pesan lagi. Dia bingung harus berkata apalagi. Respon Zoya cukup mengerikan. Faris tersenyum lebar untuk menguatkan hatinya. Demi rasa aneh dan ajaib ini dia akan tetap berjuang mendapatkan perhatian si gadis bermata kejora!
Jika ingat bagaimana dia memainkan politik praktis tingkat tinggi agar bisa mendapatkan nomor kontak Zoya, Faris selalu terkekeh-kekeh. Tapi tidak sepenuhnya politik yang busuk karena Ali dan Syuhada memang benar-benar menyukai para pengawal Zoya. Faris meraba saku celana. Semenjak memberanikan diri menghubungi Zoya lewat pesan WA semalam, dia belum berani lagi membuka hape.
Faris menstarter RX King dan berangkat. Dia selalu tepat waktu dibanding teman-temannya. Dia akan tetap menjaganya. Motor bersuara kencang dan cempreng itu melaju keluar asrama lalu memasuki jalan poros Dramaga. Lalu lintas agak lengang karena ini Hari Minggu. Tak sampai 10 menit Faris sudah tiba di lokasi pertemuan.
Tidak nampak siapa-siapa. Faris celingak celinguk. Benar-benar sepi. Mereka selalu berkumpul di sini karena tempatnya memang sangat menginspirasi. Taman yang penuh dengan aneka bunga. 2 Aviari yang terbuka pintunya karena memang tidak ditujukan untuk memerangkap burung. Hanya sekedar untuk memberi makan tapi bisa ditonton karena sengaja ditanami dengan tanaman biji-bijian yang disukai burung. Taman ini ditata dengan cantik. Terawat dan bersih.
Faris duduk di smoking area. Menghisap Jarum Super kesukaannya sambil menunggu teman-temannya datang. Dia masih belum berani membuka hape. Faris meringis. Zoya jauh lebih menakutkan daripada hantu manapun di Indonesia. Tapi dia merindukan tatapan hantu itu.
Hapenya bergetar hebat. Faris ragu-ragu. Ini panggilan telpon. Masa sih Zoya menelepon saking marahnya? Faris menguatkan diri melihat layar. Dari Ali. WA conference call. Sudah ada Syuhada, Bandut, dan Jenglot di tampilan layar. Wah ini pasti penting! Faris menekan tombol terima.
"Halo, kalian terlam…." Belum selesai perkataan Faris sudah dipotong dengan tergesa-gesa oleh Ali.
"Faris! Cepat kau ke sini! Ronan kritis! Rumah Sakit Hermina Yasmin!"
-*