Semenjak kematian Ronan, anggota Metal Tawakkal begitu terpukul. Mereka seperti kehabisan semangat walaupun hanya sekedar latihan. Masing-masing berusaha mengubur diri dalam kesibukan. Faris fokus pada penelitiannya yang harus bolak balik Bogor-Sukabumi. Bandut penelitian di kantor Biro Pusat Statistik di Jakarta. Ali pergi ke pedalaman Sumatra meneliti kegiatan Reservasi Orang Utan khas Mandailing. Syuhada tenggelam dalam penelitian rumit di laboratorium kampus. Jenglot pergi ke Kepulauan Seribu melakukan penelitian jejak-jejak Hiu Paus di sana.
Pagi yang cerah. Tepat 40 hari setelah Ronan berpulang, Faris memutuskan untuk kembali berolah raga. Perjalanan PP Bogor-Sukabumi selama belasan hari membuat tubuhnya sakit-sakit. Tulang-tulangnya terasa linu dan ketahanan tubuhnya menurun. Maklum, Faris berangkat pagi-pagi sekali setelah Subuh dan tiba kembali di asramanya menjelang malam.
Faris tidak lagi mencoba menghubungi Zoya selama masa berkabung ini. Memang ada pesan masuk dari Zoya setelah upacara pemakaman Ronan usai.
Turut berduka atas kepergian Ronan. Semoga Husnul Khotimah. Singkat saja. Faris membalas dengan emoji jempol. Singkat juga.
Faris memarkir motornya di parkiran gedung wisuda. Dia berniat jogging keliling kampus. Sudah agak lama dia tidak berolah raga. Setelah mengikat tali sepatunya baik-baik dan sedikit pemanasan, Faris mulai berlari-lari kecil menyusuri pedestrian kampus. Suasana sepi karena memang ini masih terlalu pagi. Biasanya lepas pukul 7 barulah ramai orang berolah raga.
Sudah seputaran. Badannya mulai nyaman untuk berlari dengan lebih cepat. Faris mengurangi kecepatan saat tiba di sebuah turunan lalu tanjakan dekat laboratorium lapangan Fakultas Perikanan. Turunan dan tanjakan ini lumayan panjang. Tidak mungkin berlari cepat di sini. Dia mesti mengatur nafas dan memelankan gerakan larinya. Saat hendak berhenti karena kelelahan, Faris dikejutkan dengan suara klakson berulang-ulang dari mobil di belakangnya.
Faris meminggirkan tubuhnya lebih ke tepi lagi karena memang jalan di sini tidak memiliki pedestrian. Tapi klakson itu terus saja berbunyi nyaring seolah jalanan selebar itu tidak cukup baginya dan meminta Faris agar lebih minggir lagi. Faris mengalah. Dia berhenti berlari dan melompati parit agar bisa berdiri menunggu mobil itu lewat.
Sebuah sedan elektrik keluaran terbaru berjalan pelan-pelan dan berhenti di samping Faris. Kaca jendela mobil itu terbuka. Menampakkan wajah seorang gadis yang tersenyum manis kepada Faris sambil melambai-lambaikan tangannya. Faris memicingkan mata. Silau. Posisinya backlight sehingga tidak bisa melihat dengan jelas siapa perempuan di balik kemudi yang terus melambaikan tangan dengan hangat.
Ah, Cleo. Faris membatin kecut. Gadis itu lagi. Namun agar tidak berlama-lama Faris pun membalas lambaian Cleo dan mempersilahkan Cleo untuk lanjut. Faris menghela nafas pendek. Cleo malah mematikan mesin mobil dan membuka pintu.
"Hai Bolt! Kamu rupanya sudah lupa sama aku ya? Masa sampai terpicing-picing begitu?" Cleo mendatangi Faris. Faris bersiaga. Jika sampai gadis itu berniat menyentuhnya, dia akan berlari dengan kecepatan tertinggi yang dia punyai. Meskipun tentu saja akan dengan mudah disusul Hyundai Ionics abu-abu itu.
Cleo memang terbiasa dengan pergaulan kota yang bersentuhan tangan, cipika cipiki, atau berpelukan, adalah hal yang biasa dan umum dilakukan. Faris sudah tahu itu, makanya dia siap berlari secepat dia bisa. Setiap kali bertemu dengan Cleo, gadis itu selalu berusaha mendekat dengan cara memeluk atau sekedar memegang bahunya. Faris risih. Dia tidak terbiasa dengan cara kota seperti itu. Meskipun dia anak band tapi dia tidak mudah terpancing atau tercebur dalam pergaulan bebas. Faris menjaga pertahanan hatinya sekuat mungkin.
Waktu Metal Tawakkal masih sering diundang untuk manggung di café-café tempat hang out anak-anak muda di Bogor maupun Jakarta, mereka dan terutama dia, selalu berusaha keras untuk tidak minum alkohol yang seringkali ditawarkan oleh pengelola café maupun pengunjung yang suka dengan penampilan mereka.
Atau ketika pertunjukan sudah usai. Biasanya di belakang panggung ada saja gadis-gadis muda yang sudah menunggu. Gadis-gadis masa kini dengan dandanan up to date yang memperlihatkan banyak bagian tubuh yang seharusnya tertutup. Kadang-kadang Faris heran. Apakah mereka ini tidak pernah masuk angin? Dengan pakaian sangat terbuka begitu seharusnya angin mudah masuk. Faris tidak pernah mendengar mereka bersendawa atau hoek-hoek pertanda masuk angin.
Gadis-gadis muda dan cantik yang menyukai penampilan mereka tidak akan menolak jika diajak kencan oleh anggota band. Bahkan beberapa ada yang mengambil inisiatif lebih dahulu. Faris punya taktik jitu supaya tidak terjebak pada situasi seperti itu. Begitu turun dari panggung, dia tidak langsung ke belakang namun malah ke meja bar dan meminta jeruk hangat atau kopi panas. Dia membiarkan saja teman-temannya ke belakang panggung untuk berbenah atau berganti kostum.
Begitu gadis-gadis itu terlihat menuju belakang panggung, Faris langsung pergi ke toilet pria. Dia selalu menitipkan baju ganti di pramusaji bar sebelum pertunjukan supaya mudah berganti baju tanpa harus ke belakang panggung.
Faris terjaga dari lamunan saat desir langkah dan aroma wangi mendekat ke arahnya. Cleo sudah sangat dekat rupanya. Faris mengangkat tangannya.
"Eh Cleo, maaf jangan mendekat. Aku baru olahraga berat. Badanku bau keringat."
Cleo sepertinya tidak peduli. Faris terpaksa mundur-mundur dan tidak menyadari bahwa di belakangnya adalah kolam ikan tempat praktik lapangan para mahasiswa perikanan.
Byuurr!!
Terdengar suara keras saat Faris terjun bebas dan tercebur ke kolam. Kolam itu memang tidak dalam tapi sangat berlumpur. Faris meringis. Bukan akibat kesakitan tapi karena malu. Cleo sendiri sudah menghentikan langkahnya dan memandang bengong Faris yang menggapai-gapai tepian kolam di bawah sana. Cleo tersenyum geli. Pemuda aneh! Masa sih didekati saja tidak mau sampai-sampai nekat nyebur kolam ikan! Baru satu orang inilah yang menjauh di saat dia berusaha mendekat.
Cleo juga heran dengan perasaannya sendiri yang suka dengan pemuda aneh seperti Faris. Banyak sekali cowok-cowok tajir di kampus yang berusaha mendekatinya untuk dijadikan pacar tapi malah terasa sangat membosankan baginya.
Cleo turun dengan hati-hati. Mengulurkan tangannya kepada Faris yang sedang berusaha naik ke pinggiran kolam. Kembali Faris menggerak-gerakkan tangannya menolak. Dia bisa sendiri katanya.
Gadis cantik, sexy dan trendi itu menyerah. Melangkah balik ke jalan dan membiarkan Faris naik hingga akhirnya pemuda itu sampai juga di pinggir jalan.
"Kamu kenapa sih, Bolt? Aku tuh gak gigit lho." Cleo melempar kerling memikat dan senyuman semanis alpukat. Faris nyengir.
"Maaf Cleo. Aku cuma tidak mau tanganmu kotor nanti. Aku lanjut dulu ya?" Tanpa menunggu jawaban, Faris berlari sekencang Usain Bolt. Cleo yang ditinggalkan begitu saja hanya bisa ternganga melihat tingkah Faris, tapi buru-buru naik ke dalam mobil dan mengejar.
Faris mengerahkan semua kemampuan larinya. Sialnya lagi tidak ada jalan simpang sehingga dia tetap harus lari melalui jalan utama. Sebentar saja derum halus mobil elektrik itu sudah berada di sampingnya. Memperlihatkan wajah Cleo yang tertawa geli.
"Ayolah naik sini Bolt! Aku akan mengantarmu pulang. Lihat penampilanmu tuh. Udah mirip belut!"
Faris berhenti dengan nafas terengah-engah. Dia merentangkan tangannya. Tubuh dan bajunya penuh lumpur. Tapi pemuda itu lagi-lagi menggelengkan kepala. Dia menunjuk-nunjuk ke depan tapi tidak mampu mengeluarkan suara saking capeknya. Cleo mengangkat bahu tidak mengerti. Dia masih bersiap di balik kemudi. Berjaga-jaga untuk berkejaran lagi dengan Faris.
"Tung…tunggu di gedung wisuda. Tunggu aku di sana."
Cleo mengangguk. Mobilnya melaju menuju gedung wisuda. Faris berjalan dengan nafas masih tersengal-sengal. Memutar otak bagaimana caranya nanti menghindar dari gadis itu. Cleo tidak mudah menyerah. Faris berjalan terus sambil mereka-reka berbagai jenis alasan. Gedung wisuda sudah terlihat jelas di depan. Kokoh dan megah.
Tapi bagi Faris, gedung itu terlihat seperti raksasa yang sedang menyeringai kepadanya. Memperlihatkan gigi-gigi tajam yang siap mengunyah semua keberaniannya.
-***