Chereads / Tak Kenal maka Taaruf / Chapter 19 - Bab 19-Mata-mata 

Chapter 19 - Bab 19-Mata-mata 

Tepat pukul 8 pagi kereta api Pangrango sampai di stasiun akhir Sukabumi Kota. Zoya dan dua sahabatnya bergegas turun. Menghirup udara pagi sukabumi sedalam-dalamnya. Sejuk dan segar. Perjalanan akan dilanjutkan menggunakan mobil sewaan yang telah dipesan sebelumnya oleh Anisa. Makan waktu sekitar 1,5 jam untuk tiba di tujuan akhir mereka. Pelabuhan Ratu.

Dugaan Zoya sama sekali tidak meleset. Memasuki Stasiun Cibadak tadi, bekal sisa perjalanan telah ludes. Fatimah dan Anisa berlomba menghabiskan masakan Bu Nyai yang memang dipisahkan untuk bekal di jalan. Zoya sendiri hanya sempat mencicipi sedikit karena lebih fokus pada pemandangan cantik yang disajikan sepanjang sisa perjalanan. Makanan lainnya dari Jombang disimpan dalam tas lain yang tidak mudah dibuka. Kalau tidak, pasti akan berkurang separuhnya sebelum sampai vila di Pelabuhan Ratu. 

Vila Pancur Laut di Karang Hawu adalah tujuan akhir mereka. Sopir mobil sewa bercerita sepanjang jalan bahwa vila yang mereka tuju adalah deretan vila bagus dan mewah di Pelabuhan Ratu. Anisa hanya tertawa kecil karena senang. Om Jendral adik kandung Ibunya memang baik hati. Dia sendiri belum pernah pergi ke vila tersebut.

Dalam perjalanan kali ini gantian Zoya yang tidur lelap. Fatimah dan Anisa berbincang dengan heboh. Zoya sengaja minta duduk di depan karena memang berencana untuk tidur. Dia tahu duduk di tengah pasti susah tidur. Fatimah dan Anisa sudah dicharge dengan makanan Bu Nyai sebanyak 6 porsi hitungan normal. Sudah pasti kedua sahabatnya itu akan berbincang terus seperti radio rusak. 

Jalanan berliku dengan pemandangan pepohonan, kebun sawit dan pokok karet di kanan kiri membuat mobil itu seperti sedang menyusuri dunia lain. Fatimah dan Anisa tetap berceloteh tak henti tentang apa saja. Terutama tentang Ali dan Syuhada yang belum juga kembali ke kampus karena masih belum menyelesaikan penelitiannya. Keduanya juga prihatin dengan kejadian yang menimpa Ronan. Betapa tragis dan mengenaskan nasib pemuda anggota band Metal Tawakkal itu.

Memasuki kota Pelabuhan Ratu yang ramai dengan hilir mudik motor dan mobil pick up, Fatimah tiba-tiba menyenggol lengan Anisa sambil mengangkat dagunya ke arah luar sebelah kanan. Zoya masih terlelap. Anisa terbelalak. Jelas sekali nampak Faris sedang menaiki motor RX Kingnya pelan-pelan berlawanan arah dengan mereka. Sendirian.

Anisa hendak membangunkan Zoya tapi buru-buru Fatimah mendekap mulut Anisa. Dekapan itu membuat suara uh uh kencang Anisa di belakang karena susah bernafas. Zoya refleks terbangun dan menoleh cepat. Dilihatnya Fatimah memeluk Anisa yang sedang terengah-engah seperti kehabisan nafas. Zoya mengerutkan kening sambil menggeleng-gelengkan kepala. Anisa pasti habis dianiaya oleh Fatimah. Zoya dengan tenang melanjutkan tidurnya.

Fatimah memberi tanda telunjuk di bibir kepada Anisa yang masih menata nafasnya. Buset dah! Fatimah tenaganya betul-betul melebihi kekuatan traktor sawah!

Memasuki tanjakan panjang di komplek vila Karang Hawu. Mobil sewaan Anisa melaju pelan. Fatimah mengagumi banyaknya vila-vila megah dan mewah di daerah ini. Matanya berkeliaran kesana kemari. Terantuk pada sebuah vila besar yang gerbangnya terbuka. Terlihat beberapa orang gadis muda sedang bermain ayunan dan bercengkrama ceria di halaman vila yang berumput bagus dan luas. Mata Fatimah menyipit. Cleopatra! Selain itu dia juga mengenali semua anggota gangnya berada di sana.

Untuk kedua kalinya Fatimah menyenggol lengan Anisa yang langsung saja menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Fatimah. Untuk kedua kalinya Anisa hendak menjerit memberitahu Zoya. Untuk kedua kalinya pula Anisa nyaris kehabisan nafas karena dibekap oleh Fatimah.

Kali ini Zoya tidak terbangun. Fatimah mencubit pelan mulut Anisa setelah melepaskan bekapannya. Diam! Katanya berbisik di telinga Anisa. Anisa hanya bisa cemberut. Lebih baik berdiam daripada dia harus berkali-kali dibuat kehabisan nafas oleh gadis perkasa di sebelahnya ini. Anisa membayangkan pacar Fatimah, Ali Metal Tawakkal, harus berhati-hati sekali untuk tidak menyakiti Fatimah. Bisa-bisa pemuda itu gepeng jadi kripik mlinjo dibuatnya.

Dua vila setelah melewati vila yang tadi nampak Cleopatra di dalamnya, mobil sewaan Anisa sampai di vila Omnya. Vila yang megah meski bukan yang paling mewah di antara jajaran vila lain di sekitarnya. Terutama vila yang baru saja mereka lewati.

Semua menurunkan barang bawaan. Mobil sewaan hanya mengantar sampai sini saja. Anisa akan menelponnya 4 hari kemudian untuk menjemput. Barang bawaan Zoya hanya sedikit. Tapi dia harus bersusah-payah membantu Anisa menyeret kopernya yang audzubillah beratnya. Entah barang apa saja yang dijejalkan dalam koper hingga jadi seberat mesin cuci.

Zoya melakukan peregangan tubuh di halaman vila yang sedang bermandikan matahari siang. Suhu panas tapi angin yang semilir membuatnya menjadi sejuk. Tubuhnya agak sakit-sakit karena kekurangan tidur. Eh, atau kebanyakan tidur malah ya. Zoya mengikik geli dalam hati.

Sementara Fatimah dan Anisa sibuk berdebat di dapur sambil membongkar tas bawaan Zoya yang berisi makanan dari Jombang.

"Kenapa aku tidak boleh memberi tahu, Zoya? Ada dua orang penting dalam hidupnya yang terdeteksi ada di sekitaran Pelabuhan Ratu. Kenapa?" Anisa seperti seorang jaksa yang sedang membacakan tuntutan.

Fatimah mencibir lalu bertanya pendek.

"Penting bijimana?"

Anisa membalas dengan jeritan khasnya.

"Penting, tauukk! Faris adalah pemuda yang sangat dibenci Zoya dan Cleo adalah gadis yang sangat mengidolai Faris."

Fatimah mendelik kesal mendengar kalimat Anisa yang tak karuan.

"Nah! Lalu pentingnya di manaaaa?!"

Anisa memutar bolanya. Ditariknya hidung Fatimah yang besar mancung. Fatimah sampai nyaris terjungkal.

"Dengerin nih Lontong Medan, Faris adalah orang yang paling dibenci Zoya tapi diam-diam sangat disukainya. Cleo adalah gadis cantik kaya yang sangat menyukai Faris. Itu artinya, Cleo adalah saingan Zoya! Jadi dua-duanya penting bagi kelangsungan hidup Zoya! Paham?!"

Fatimah langsung menyahut ganas.

"Eh! Dodol Garut! Itu pentingnya di manaaaa?!"

Anisa menjadi pusing mendengar teriakan Fatimah. Susah memang menjelaskan pada Fatimah. 

"Kenapa sih kalian menjerit-jerit kayak ketemu siluman ikan aja?" Zoya tiba-tiba nongol di pintu sambil bertanya heran.

Fatimah dan Anisa otomatis saling berpelukan sambil menari-nari bareng. Zoya melipat alisnya. Apa-apaan sih ini!

"Kami berdua sedang membongkar tas bawaanmu dari Jombang, Zoy. Dan lihat alangkah bahagianya kami melihat isinya!" Anisa menunjuk tas Zoya yang setengah terbuka resletingnya di meja dapur.

Zoya terbelalak makin heran. Apa senangnya membongkar tas yang berisi perlengkapan pakaiannya? Zoya menunjuk tas satunya yang masih tertutup dan teronggok di sebelah meja makan.

"Tuhhh! Baru banyak makanan di situ!"

Fatimah dan Anisa berhenti menari-nari. Muka keduanya langsung meringis. Malu. 

-*********