Setelah Sholat Asar, Faris menikmati kopi panas di halaman depan vila yang menghadap ke laut. Dia baru saja tiba dari survei yang cukup melelahkan. Ikan Barakuda itu ternyata membuatnya kerepotan setengah mati. Faris membatin mudah-mudahan sampel-sampel yang dicari Cleo benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat untuk percobaan di laboratorium kampus Cleo.
Faris membayangkan alangkah bosannya Cleo dan teman-temannya saat pergi memancing lusa. Dia sendiri tidak sabaran kalau pergi mancing. Apalagi dia tidak dikaruniai bakat memancing seperti Ayahnya. Faris jarang sekali mendapatkan ikan saat dulu sering ikut memancing Ayahnya ke tengah laut. Adiknya malah yang selalu mendapat babon-babon ikan kalau sedang pergi memancing bersama.
Faris juga memikirkan tentang kegiatan selam besok pagi. Mudah-mudahan laut tidak sedang dalam kondisi marah. Memang beberapa hari terakhir laut nampak landai dan ramah. tapi cuaca kadangkala sulit untuk diprediksi. Faris sudah hapal betul bagaimana karakter laut selatan. Profesinya sebagai instruktur selam dan juga sebagai tempat penelitian, membuatnya sedikit banyak tahu bagaimana karakter laut selatan. Apalagi dia memang tumbuh besar di pesisir selatan Jawa Timur.
Cleo mendekat sambil membawa nampan berisi kue-kue kering. Faris menoleh. Cleo nampak hanya mengenakan handuk lebar untuk menutupi tubuhnya. Faris tadi mendengar rencana mereka untuk bermain air di pantai di belakang vila. Faris otomatis memalingkan muka. Saat Cleo duduk di kursi sebelahnya, meskipun terhalang meja, Faris tetap fokus melihat ke laut. Pemuda itu tidak berani menoleh. Cleo berkata pelan.
"Ayo dimakan. Kue-kue ini enak banget loh!" Faris hanya mengangguk. Berdoa mudah-mudahan Cleo segera beranjak pergi bersama teman-temannya.
"Kamu ikut ngga Bolt? Kami mau main voley pantai di belakang." Ajak Cleo lembut.
Faris hanya menggeleng. Cleo menggeser tempat duduknya di depan Faris. Pemuda itu buru-buru menggeser tempat duduknya dengan posisi membelakangi agar tidak melihat langsung Cleo di hadapannya. Gadis ini sengaja menggodanya!
"Aku mau beli rokok dulu ya? Aku kehabisan rokok." Tanpa menoleh Faris beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan Cleo yang bengong melihat tingkah Faris. Cleo hampir menangis saking kesalnya. Dia tidak berniat menggoda Faris. Dia memang mengenakan bikini yang ditutupinya dengan handuk dan ingin bersantai dulu bersama Faris menikmati sore. Tapi Faris benar-benar seorang pemuda aneh!
Cleo merasakan kesalnya berubah menjadi debar tak karuan. Kagum dan semakin jatuh hati kepada pemuda yang untuk zaman sekarang ini pasti dianggap aneh. Faris benar-benar pemuda langka dan pilihan. Cleo tersenyum-senyum sendiri sambil mengikuti teman-temannya turun ke pantai.
Faris yang tidak mendengar lagi suara-suara di belakangnya, membatalkan niat untuk membeli rokok. Lebih baik dia mandi dan bersiap cari masjid terdekat untuk Sholat Magrib berjamaah. Dia mesti membentengi batinnya. Cleo gadis yang mengerikan! Cantik jelita tapi mengerikan! Faris bergidik.
Selesai mandi dan berganti baju koko, Faris memasang telinga baik-baik. Belum ada terdengar suara-suara di luar. Sebaiknya dia segera pergi mencari masjid. Dia harus menenangkan hatinya. Dengan langkah tergesa-gesa Faris menuju motornya. Penjaga gerbang mengangguk ramah saat Faris berpamit hendak keluar untuk Sholat Magrib berjamaah.
Pemuda yang baik dan sopan. Faris memang beberapa kali membelikan penjaga rumah itu rokok kretek kesukaannya. Penjaga gerbang itu memandangi punggung Faris yang semakin menjauh dengan RX Kingnya. Pak Tua itu melirik jam tangannya dengan wajah heran. Ini kan masih jam 16.00? Kenapa anak muda yang sopan itu sudah turun buru-buru mencari masjid untuk Sholat Magrib berjamaah?
-----
Fatimah dan Anisa duduk di hadapan Zoya yang sedang asik mengulek bumbu-bumbu. Zoya mengangkat muka.
"Kalian tidak lupa menyuruh tukang ikan menyiangi ikannya, kan?"
Fatimah dan Anisa saling pandang. Duh, mereka malah lupa pada niat semula ke tempat pelelangan untuk membeli ikan. Dari tatap matanya, Anisa minta Fatimah menjelaskan.
"Eh, oh. Begini Zoy. Di tempat pelelangan tadi kami tidak menemukan ikan yang enak untuk dibakar. Semuanya jenis ikan yang cuma enak kalau digoreng." Fatimah menjelaskan. Syukurlah Zoya anak kedokteran dan bukan perikanan. Tapi jawaban Zoya membuat Fatimah dan Anisa pucat seketika.
"Tidak ada ikan yang tidak enak dibakar, Fat. Semua ikan bisa dibakar. Kalian tadi lihat jenis ikan apa saja di tempat pelelangan. Kerapu ada? Kakap? Tengiri? Barakuda?"
Mendekar kata Barakuda, Fatimah dan Anisa berubah air mukanya. Perubahan yang tidak lepas dari pandangan Zoya.
"Nahh! Kalian pasti lihat Ikan Barakuda, kan? Itu enak banget lho. Dibakar, digoreng, maupun digulai."
Fatimah dan Anisa semakin gagap. Rupanya Zoya malah hapal semua jenis ikan. Anisa mengambil alih situasi.
"Begini Zoy. Sebenarnya kami memang berniat beli ikan apa aja. Tapi akhirnya kelupaan karena kami melihat Faris di tempat yang sama."
Jantung Zoya seketika nyaris lupa dengan degupnya karena kaget bukan main mendengar berita itu. Faris ada di sini? Ada keperluan apa ya? Anisa segera melanjutkan. Tidak peduli dengan wajah Zoya yang sedikit berubah dan langsung melamun.
"Nah, kami sengaja tidak menyapa dan menemuinya karena ingin menyelidiki sedang apa dia di Pelabuhan Ratu. Kau tahu dia sedang apa?"
Zoya menggeleng. Tapi sorot matanya jelas menunjukkan keingintahuannya yang besar. Fatimah menukas cepat.
"Tunggu sampai kami menyelesaikan penyelidikan ya Zoy? Oke, cantik?"
Zoya ingin membantah. Tapi mengurungkan niat karena itu akan memperlihatkan bahwa dia peduli dan ingin tahu. Zoya menahan gejolak perasaannya yang menggebu-gebu. Dia mengangkat bahunya seolah tidak peduli. Ngapain sih si majnun itu berkeliaran di sini?
"Ada satu hal lagi yang ingin aku infokan ke kamu nih Zoy." Anisa memancing.
Zoya lagi-lagi mengangkat pundaknya. Fatimah menjulurkan lidahnya.
"Kami melihat Cleo dan komplotannya ada di seputaran sini juga." Fatimah dan Anisa menunggu reaksi mengejutkan dari Zoya. Tidak ada. Gadis itu tetap menanggapi dengan dingin. Fatimah jadi gemas.
"Zoyaaaa, si majnunmu itu sedang membantu Cleo mencari Ikan Barakuda dan menyelam mencari rumput lauuutt!"
Zoya tetap melemparkan raut muka dingin. Wajahnya sama sekali tidak berubah. Anisa sekarang yang gemas.
"Mereka tinggal bareng di vila Cleo, Zoooooyy! Uh!"
Barulah Fatimah dan Anisa melihat perubahan hebat di wajah Zoya. Pipi dan telinga gadis itu memerah seperti kepiting rebus. Matanya nampak berkilat. Dan gerakannya mengulek bumbu bertambah dahsyat seolah cobek itu hendak dihancurkannya berkeping-keping. Tapi Zoya kemudian sadar dengan reaksinya yang aneh. Gadis itu memelankan gerakan mengulek lalu memandang Fatimah dan Anisa dengan tatap mata yang sabar.
"Sudahlah Fat, An. Si majnun mau di mana, ngapain, sama siapa, itu bukan urusan gue! Oke gaes?!" Karena kebiasaan, tanpa sadar Zoya menjulingkan matanya.
Nah ini dia! Kalau sampai Zoya sudah berelu elu dan gue gue, berarti dia sedang kesal. Dan tadi dia menjulingkan mata! Hah! Ketahuan! Zoya sedang sangat kesal!
Fatimah dan Anisa berhenti menggoda Zoya. Semua sudah jelas sekarang. Tinggal melanjutkan penyelidikan agar bisa memberikan laporan pandangan mata yang lebih heboh lagi.
--*