Chereads / Tak Kenal maka Taaruf / Chapter 18 - Bab 18-Ikan Barakuda

Chapter 18 - Bab 18-Ikan Barakuda

Cleo langsung menubruk Faris dan memeluknya erat. Kata-katanya meluncur seperti berondongan senapan mesin M60.

"Maaf. Maafkan aku Faris. Aku kekanak-kanakan sekali semalam. Jangan pergi! Aku mohon."

Faris mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Haiyaaa, Cleo makin mengerikan saja! Tapi Faris tidak tega melepaskan paksa pelukan Cleo. Dibiarkannya saja sampai akhirnya gadis itu melepasnya sendiri dan memandangnya dengan sorot mata penuh permohonan.

Faris menganggukkan kepala sebagai jawaban. Cleo melompat kegirangan. Dia hendak menarik tangan Faris masuk ke dalam rumah. Mengajaknya sarapan. Tapi Faris sudah berlaku sigap sehingga Cleo tidak berhasil menggenggam tangannya. Dia masuk dengan setengah berlari. Diikuti Cleo dari belakang.

"Kita sarapan yuk! Kamu pasti lapar. Aku juga lapar. Aku menangis semalaman gara-gara kamu, tauuk!" Cleo berkata manja. Faris tanpa banyak bicara langsung duduk di meja makan. Teman-teman Cleo termasuk Juwita sudah duduk manis di hadapan roti panggang, nasi goreng, sosis bakar dan sepiring besar fruit platter.

Cleo menuangkan segelas jus jeruk ke gelas Faris. Diambilnya piring dan diambilkannya pemuda itu nasi goreng. Faris menganggukkan kepala tanda terimakasih. Dia sudah sarapan indomie rebus tadi di tempat pelelangan ikan. Perutnya masih kenyang. Tapi demi menghormati makanan dan niat baik Cleo, Faris langsung menyendok nasi goreng sesuap demi sesuap.

Cleo tersenyum lebar. Baginya, Faris tidak ngambek dan pergi sudah merupakan keajaiban. Dia tahu tipe lelaki yang sukar ditaklukkan ini pasti memiliki keteguhan prinsip dan mental yang kuat. Tapi dia juga gadis yang tak mudah menyerah. Selama ini, hampir semua keinginannya pasti tercapai. Karena itu dia tidak akan pernah mundur memperebutkan pemuda aneh tapi ganteng ini. Zoya? Itu urusan mudah. Bukan pesaing berat.

"Semalam kamu tidur di mana, Bolt?" Cleo bertanya lembut sambil menuangkan secangkir kopi untuk Faris. Pemuda itu sebetulnya risih sekali dilayani sedemikian rupa oleh Cleo. Apalagi tatap mata teman-teman Cleo seperti emak-emak yang sedang asik menyaksikan fragmen percintaan dari drama korea yang romantis.

"Aku tidur di basecamp selam di dekat pelabuhan. Panas tapi nyaman kok buat tidur." Faris menjawab singkat. Cleo mengangguk.

"Lain kali jangan tidur di sana lagi ya? Please? Kan sudah ada kamar yang nyaman untukmu istirahat di sini." Cleo menyodorkan sepotong roti yang ditolak oleh Faris. Perutnya sudah hampir meletus. 

"Lagipula nanti gimana kita akan merencanakan pengambilan data kalau kamu tidak ada." Cleo melanjutkan. Faris mengangguk lagi. Ini kesempatan untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Jadi, mulai besok? Apa saja urutan yang harus kalian kerjakan? Sampel ikan apa saja yang perlu diambil? Kapan kalian akan menyelam untuk mengambil spesimen tumbuhan bawah laut?"

Teman-teman Cleo saling berpandangan tidak mengerti. Cleo buru-buru berkedip memberikan isyarat kepada semua temannya tanpa Faris menyadari. Teman-teman Cleo paham sekarang. Mereka bisa liburan ke sini ditemani vokalis ganteng itu karena Cleo merekayasa cerita. Mereka segera mengangguk bersamaan.

"Hari ini kita istirahat. Jalan-jalan di sekitar vila menikmati pantai atau laut. Sampel yang harus diambil besok adalah khusus ikan Barakuda yang masih hidup." Cleo mengarang sekenanya.

Faris memandang Cleo. Barakuda? Wew!

"Barakuda adalah salah satu ikan tercepat di lautan. Setahuku tidak banyak nelayan di sini yang mendapatkan hasil tangkapan Ikan Barakuda. Kecuali pemancing. Apalagi kalian menghendaki sampel yang masih hidup."

Cleo dan teman-temannya saling berpandangan. Cleo salah memilih sampel! Tapi karena sudah terlanjur, Cleo berkelit dengan cerdas.

"Tidak apa-apa Bolt. Kalaupun harus butuh beberapa hari untuk mendapatkan sampel Barakuda, it is fine, dear! Kita masih punya banyak waktu di sini."

Faris mengangguk mengerti.

"Oke. Lalu kapan kalian hendak menyelam?"

Kembali Cleo saling berpandangan dengan teman-temannya. Nyaris semua dari mereka jago berenang. Tapi menyelam belum pernah mereka lakukan. Ahh, Cleo ada-ada saja bikin acara.

"Jangan khawatir. Menyelam bukan kegiatan berbahaya. Mudah. Nanti aku akan mengajari kalian bagaimana caranya. Aku juga di mana spot paling tepat untuk menyelam dan mengambil sampel rumput laut yang kalian inginkan."

Penjelasan panjang lebar Faris tidak membuat gadis-gadis itu tenang. Sebenarnya mereka ke sini mengikuti ajakan Cleo karena dijanjikan liburan mewah, berjemur, jalan-jalan kuliner. Kenapa sampai harus mengejar Ikan Barakuda dan menyelam mencari rumput laut?

"Kenapa tidak kita serahkan saja ke Faris untuk mendapatkan semua sampel tadi Cleo?"

Juwita menyela. Bergidik membayangkan dia harus menyelam di air laut yang keruh. Bagaimana kalau tiba-tiba ada hiu yang nongol dan memakan mereka? Hiihh!

Cleo mendelik marah. Bisa gagal total rencananya terus berdekatan dengan Faris kalau begini. Dia senang saja seandainya teman-temannya tidak ikut rencana dan minta ditinggal di vila. Tapi Cleo yakin betul bahwa Faris pasti tidak akan mau kalau hanya mereka berdua yang melakukan perburuan sampel itu. 

Teman-temannya yang mengerti tensi Cleo mulai naik lagi ikutan mendelik ke arah Juwita yang langsung saja kicep.

Faris menenangkan situasi. Dia ingin menakut-nakuti mereka.

"Begini saja. Hari ini aku akan coba mencari informasi sejelasnya mengenai Ikan Barakuda. Untuk urusan menyelam, kalian tenang aja. Tidak ada Hiu, Ikan Pari, Ular Laut atau binatang berbahaya lainnya di spot menyelam. Paling cuma belut listrik dan kodok laut beracun saja yang banyak berkeliaran di sana."

Hah?! Sontak saja semua mata memandang Faris seperti melihat hantu. Belut listrik?! Kodok Laut?!"

-----

Zoya memandang keluar jendela kereta yang melaju dengan kecepatan sedang. Kereta api Pangrango melayani perjalanan Bogor-Sukabumi bolak balik dua kali sehari. Keretanya bersih dan nyaman. ACnya juga dingin. 

Pemandangan adalah hal yang paling istimewa dalam perjalanan Bogor-Sukabumi atau sebaliknya. Perbukitan hijau membentang luas dengan aneka tumbuhan yang bisa mereka nikmati. Ngarai-ngarai tinggi membuat siapapun merinding ngeri sekaligus takjub atas konstruksi jembatannya yang kuat. Belum lagi saat kereta melaju membelah lautan sawah yang menguning karena sebentar lagi panen. Luar biasa indah! 

Zoya sedari tadi juga tidak pernah melepaskan pandangan keluar jendela. Lansekap paling indah yang pernah dilihatnya sampai usia segini. Sungguh ciptaan Tuhan yang sempurna. Bahkan mungkin ini adalah bagian surga yang tergelincir jatuh ke bumi. Zoya mengucapkan syukur sepanjang jalan karena diberi kesempatan untuk melihat semua kecantikan alam ini.

Fatimah dan Anisa malah merebahkan diri sedari tadi dan tak lama kemudian terdengarlah dengkur halus kedua gadis itu. Zoya tidak mau mengganggu. Dua sahabatnya itu memang terkenal sebagai ratu tidur dan putri tidur. Sama-sama tukang tidur. Tukang makan juga sih. Zoya melirik ke bungkusan bekal yang sudah tiga perempatnya habis saat kereta baru bergerak dari Stasiun Bogor tadi. 

Zoya yakin, seperempatnya lagi pasti akan tandas begitu mereka berdua terbangun entah di mana nanti. 

-********