Juwita mencondongkan tubuhnya ke depan. Ikut melihat layar hape Faris di tangan Cleo. Mulutnya keceplosan bicara.
"Eh! Ini kan si cewek yang bersuara keren dan pinter nyanyi kapan hari di konser kampus, bukan?"
Mata Cleo yang tadinya menyala langsung terbakar hebat mendengar celetukan Juwita. Juwita langsung ciut. Gadis itu mengangkat yang tangannya minta maaf dan duduk kembali menyeruput kopi. Cleo kembali menatap Faris. Mengembalikan hapenya sambil menukas pedas.
"Hmm, jadi Zoya cewekmu ya? Bilang dong!"
Faris menggoyang tangannya. Wajahnya memerah. Antara malu dan marah.
"Kalau iya kenapa? Kalaupun tidak kan juga tidak apa-apa." Faris sudah bisa mengendalikan perasaannya. Jawabannya terdengar lugas dan tegas. Cleo terbelalak. Matanya berkaca-kaca. Gadis itu berdiri lalu membalikkan tubuh berjalan menuju kamarnya. Dari bahunya terlihat bahwa gadis itu sedang menahan isak.
Keempat teman Cleo terutama Juwita serentak melotot ke arah Faris. Pemuda mengangkat bahu dengan mata bertanya; emang kenapa? Lalu dengan cuek berjalan keluar sambil mengeluarkan Jarum Supernya. Dia tidak mau rasa bahagia yang baru saja singgah lenyap hanya gara-gara tingkah kekanakan Cleo dan teman-temannya.
Faris menghirup asap rokok dalam-dalam. Tadi saat makan malam dia mengajak Cleo mengatur rencana beberapa hari ke depan akan melakukan apa. Tapi tanggapan Cleo sungguh santai. Besok istirahat dulu karena perjalanan hari ini melelahkan. Kita atur lagi besok malam, begitu katanya. Faris tidak membantah. Mungkin saja mereka benar-benar kecapekan. Dia hanya heran capeknya datang darimana. Bukankah semua pergi ke sini mengendarai mobil bagus dan mewah yang disopiri driver masing-masing?
Lagipula kenapa Cleo sangat ingin tahu dan lancang merebut hapenya? Faris tahu Cleo sangat mengaguminya sebagai vokalis Metal Tawakkal. Tapi apa yang dilakukannya barusan terlalu jauh bagi seorang fans, sefanatik apapun.
Di kamar, Cleo terisak-isak sambil menutupi mukanya dengan bantal. Entah kenapa dia sangat sakit hati kepada Faris dan terutama Zoya. Cleo duduk menghadap cermin sambil menyusut pipinya yang basah kuyup. Dia sendiri tidak menyangka ternyata perasaannya terhadap Faris sedalam dan sejauh ini. Dia cemburu!
Pesan WA di hape Faris dari Zoya membuka perasaan Cleo yang sebenarnya. Cleo tidak sekedar kagum atau ngefans. Cleo sesungguhnya telah jatuh cinta. Dan dia baru menyadarinya sekarang. Cemburu yang dirasakan bukanlah cemburu biasa yang timbul karena rasa iri. Tapi karena dia tidak mau Faris dimiliki oleh gadis selain dirinya. Cleo membanting tubuhnya lagi ke kasur dan menutupi mukanya yang kembali dipenuhi tangis.
Teman-teman Cleo tidak ada yang berani menyusul ke kamar. Mereka tahu bagaimana tabiat Cleo kalau sedang marah atau ngambek. Judesnya tak ketulungan. Juwita keluar vila dan melihat Faris merokok dengan santai di teras yang menghadap ke laut lepas. Malam sedang purnama sehingga pemandangan terlihat begitu menakjubkan.
"Kau seharusnya tidak cheating kepada Cleo, Faris!" Juwita menegur Faris. Faris menengok dengan mulut melongo. Cheating? Cheating apanya? Malam ini semakin aneh.
"Kau tahu, Cleo sudah lama menyukaimu. Tapi kau malah bikin dia marah. Kau harus jelaskan ke Cleo bahwa kau tidak ada hubungan apa-apa dengan Zoya. Supaya amarahnya cepat mereda."
Faris makin terpana. Ini gila atau apa? Dia dan Cleo kan tidak ada ikatan apa-apa. Kenapa dia harus menjelaskan segala hal? Faris tidak mau ribut dengan Juwita. Pemuda itu memberi isyarat hendak beli rokok di kampung bawah. Menuju motornya dan meminta tolong penjaga vila untuk membukakan gerbang besar itu. Suara RX King memecah keheningan malam menjadi keping-keping keramaian. Penjaga gerbang hanya geleng-geleng kepala.
Juwita membanting kakinya kesal. Pemuda tak tahu diuntung! Disukai gadis cantik, sexy, kaya raya dan populer pula. Kurang apa lagi? Dasar bego!
Gadis itu masuk rumah menuju kamar Cleo. Pintunya terkunci. Juwita memutar bola matanya. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali menunggu pagi tiba. Juwita menuju kamarnya untuk tidur. Dilihatnya semua kawannya yang lain juga sudah tidak nampak batang hidungnya.
Faris hanya beralasan cari rokok. Stok rokoknya masih banyak. Dia hanya ingin menenangkan diri. Kejutan demi kejutan aneh menghampirinya. Padahal dia hanya punya satu tujuan saat ini. Menyelesaikan skripsinya dan segera mencari kerja. Dia harus membantu keluarganya di kampung. Ayahnya sakit berkepanjangan dan perlu biaya berobat yang kontinyu. Adiknya juga perlu biaya kuliah. Hasil penjualan perahu tidak akan bertahan lama. Lagipula sejak ayahnya tidak bisa melaut, Ibunya hanya mengandalkan sepetak kebun yang dipunyai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Faris menghela nafas panjang. Dia nongkrong di warung kecil yang masih buka dekat tempat pelelangan ikan. Menghisap Jarum Super dan menyesap kopi yang sudah mendingin. Tidak mau memikirkan Cleo dan Zoya.
Mudah saja tidak memikirkan Cleo. Tapi sungguh sulit untuk tidak memikirkan Zoya! Faris mematikan rokoknya. Motor RX King itu menderu menuju pos pelatihan selam yang selama ini menjadi salah tempat mencari nafkah baginya. Tidak ada orang jaga kalau malam. Tapi Faris memiliki kuncinya. Dia berniat tidur di pos malam ini. Besok pagi-pagi sekali setelah subuh dia akan kembali ke vila. Menunggu kejutan berikutnya dari Cleo. Atau Zoya? Faris tersenyum dalam tidurnya.
Begitu Adzan Subuh bersahut-sahutan di sepanjang bibir pantai selatan, Faris sudah bangun dan bahkan sudah mandi. Gerah sekali di pos selam ini. Dia tidak membawa baju ganti sehingga masih mengenakan baju semalam.
Setelah Sholat Subuh berjamaah di masjid pelabuhan, Fariz melajukan RX Kingnya pelan-pelan. Dia berharap tiba di vila saat sudah terang. Dia tidak ingin membangunkan penjaga gerbang yang sudah pasti sedang tidur nyenyak. Mencari kopi dan sarapan lebih dulu sepertinya pilihan menarik. Faris berbelok menuju tempat pelelangan ikan. Banyak warung kopi dan indomie yang sudah buka jam segini di sana. Jam di mana para nelayan berlabuh dan menurunkan ikan. Kesibukan tempat pelelangan itu sedang berada pada puncaknya. Dan Faris sangat menyukainya. Dia suka terhadap aroma asin pantai yang bertiup hangat. Dia juga suka saat para nelayan membongkar palka dan menurunkan berbagai jenis ikan. Hal yang paling ditunggu Faris adalah kejutan. Kejutan dari ukuran ikan raksasa atau jenisnya yang susah ditangkap atau tidak. Faris menenggelamkan diri dalam hiruk pikuk tempat pelelangan ikan itu.
Sementara di vila. Cleo mondar-mandir dari ruangan ke ruangan termasuk halaman dan gerbang. Dia sudah mengetuk pintu kamar teman-temannya dan menanyai penjaga gerbang yang merangkap penjaga malam. Tidak ada satupun yang tahu di mana keberadaan Faris. Cleo panik. Jangan-jangan pemuda itu ikutan ngambek dan pergi meninggalkannya. Cleo berlari menuju kamar Juwita. Hanya Juwita yang belum berhasil dibangunkan karena gadis itu memang ratu tidur yang paling susah dibangunkan.
Cleo nyaris bertabrakan dengan Juwita yang keluar kamar juga dengan terburu-buru.
"Eh Juw, kamu tahu Faris pergi kemana nggak? Dia tidak ada di kamarnya. Aku tanya penjaga katanya semalam dia keluar beli rokok tapi sampai pagi ini belum kembali. Hapenya tidak bisa dihubungi."
Raut muka Cleo nampak hendak mulai menangis. Juwita mengucek matanya. Dia masih mengantuk. Tapi suara gaduh sepagian yang dibikin Cleo mau tak mau membuatnya bangun. Juwita sudah hendak membuka mulut menjelaskan, tapi batal karena terdengar raungan RX King memasuki halaman vila.
Cleo berlari tergopoh-gopoh keluar menyambut seolah takut Faris akan pergi lagi dalam hitungan sekejap mata.
-*******