Chereads / Tak Kenal maka Taaruf / Chapter 14 - Bab 14-Segudang Alasan dan Setitik Kerinduan

Chapter 14 - Bab 14-Segudang Alasan dan Setitik Kerinduan

Cleo bertolak pinggang di depan mobilnya. Menunggu Faris yang sedang melenggang pelan di kejauhan. Kali ini pemuda itu tidak boleh menolak! Dia sudah merangkai skenario panjang agar meyakinkan. Dia ingin menghabiskan sisa liburan bersama pemuda yang dipujanya. Sudah bosan dia keliling mall di Jakarta. Sudah bosan pula dengan tawaran Ayahnya yang menyuruhnya pergi berlibur ke luar negeri.

Faris tiba dengan penampilannya yang makin kucel dan kumuh. Cleo heran. Perasaan tidak sekumuh ini deh tadi. Kenapa tiba-tiba ada lumpur baru di wajah dan rambut Faris? Cleo tersenyum simpul. Kali ini kau tidak bisa akal-akalan lagi denganku. 

Faris membungkukkan tubuh seolah kelelahan teramat sangat. Cleo tertawa dalam hati. Aktingmu jelek jagoan, hahaha.

"Aku merasa kucel banget nih! Aku mau balik dulu ke asrama ya?" Farid mencari-cari kunci motor di kantong celana trainingnya. Cleo langsung mengangkat telunjuknya tinggi-tinggi.

"Eiitt! Tunggu dulu! Kau sudah janji menemuiku di sini. Ada yang mau kusampaikan. Penting!" Wajah Cleo tiba-tiba mendung. Farid mengeluh dalam hati. Apa lagi ini?

"Aku dan kawan-kawanku diminta untuk melakukan short practices di pelabuhan ikan Sukabumi. Kami harus mengekstrak beberapa spesimen ikan yang sering dijual di pelelangan ikan. Setelah itu baru kami teliti di laboratorium pangan dan gizi. Bisakah kau membantuku, Bolt?" Nada di akhir kalimat Cleo terdengar sangat memohon dan putus asa.

"Tidak ada yang mau kami mintai bantuan di fakultasmu tuh. Apalagi ada sesi menyelam di pinggiran untuk mencari spesimen rumput laut dan batu-batuan pesisir juga. Hanya kamu pelatih selam bersertifikat yang ada di kampus. Kami dilarang pergi oleh fakultas jika tidak didampingi oleh pelatih selam berpengalaman dan bersertifikat."

Penjelasan panjang Cleo membuat Faris ternganga. Luar biasa sekali! Tapi jangan-jangan memang ini serius? Karena Faris melihat kesungguhan di raut muka Cleo yang sangat memelas.

"Kami? Kami siapa Cleo? Berapa orang?" Faris akhirnya mengeluarkan pertanyaan.

"Lima orang. Kami memang dibagi dalam beberapa kelompok. Tugas dari kelompok kami berlokasi di Sukabumi. Tidak satupun dari kami yang paham mengenai laut, ikan dan menyelam. Aku sungguh memerlukanmu, Bolt. Sungguh." Sorot mata Cleo penuh dengan permohonan. Cleo adalah mahasiswi di jurusan paling favorit di universitas ini. Teknologi Pangan dan Gizi.

Faris menghela nafas. Kesulitan menolak. Dia belum menemukan alasan yang kuat.

"Kapan?"

Cleo bercahaya matanya. Sinyal bagus!

"Lusa. Kita berangkat dari kampusku. Atau mau kusamperin di asrama?" Cleo terlihat begitu bersemangat. Faris menjadi tidak tega. Lagipula menyelam di lepas pantai Sukabumi termasuk cukup berbahaya.

"Oke aku akan membantu kalian. Lagipula aku juga bisa melanjutkan penelitianku di sana." Faris akhirnya memutuskan. Cleo melompat kegirangan. Dia nyaris menubruk Faris saking senangnya. Tapi mengurungkan niatnya seketika. Bisa-bisa pemuda ini membatalkan kesediaannya kalau dia bertingkah heboh dan lebay.

Faris berpamitan setelah sepakat dengan waktu keberangkatan. Dia akan berangkat sendiri menggunakan motornya dan tidak ikut rombongan mobil Cleo beserta kelompoknya. Awalnya Cleo malah meminta dia ikut bonceng Faris.

"Aku pengen banget merasakan seperti apa rasanya motor touring. Boleh ya aku ikut bonceng? Barang-barang biar dibawa oleh pak supir atau titip ke teman-teman yang lain."

Faris menggeleng tegas.

"Aku juga membawa barang-barang untuk penelitian, Cleo. Boncengan motor untuk mengangkut barang-barang tersebut. Maaf ya?" Cleo menghela nafas dengan raut muka kecewa. Tapi segera meredakan keinginannya. Setidaknya Faris akan menemaninya selama seminggu penuh di pantai yang indah dan romantis. Cleo tersenyum-senyum sendiri. 

Faris menjalankan motornya perlahan. Tidak habis pikir kenapa sampai dia kehabisan alasan untuk menolak. Tapi memang semua alasan yang dikemukakan Cleo sangat masuk akal. Dia pelatih selam bersertifikat berstatus mahasiswa satu-satunya di kampus. Masih banyak yang lain. Namun statusnya adalah dosen atau asisten dosen.

Setidaknya dia tetap menjalankan tugas penelitian yang menjadi tanggung jawabnya. Dia hanya akan memastikan Cleo dan teman-temannya aman serta mendapatkan spesimen yang dibutuhkan. Faris hanya heran kenapa tugas kelompok seperti ini dilakukan saat musim liburan? Aneh!

Selesai mandi dan sholat berjamaah di asrama, Faris berbaring menunggu Adzan Isya. Masih kebingungan bagaimana caranya nanti menemani kelompok Cleo melakukan penelitian. Cleo berjanji untuk mengirimkan metodologi malam ini.

Hape Faris berbunyi lirih. Ada telepon masuk. Faris dengan malas-malasan meraih hapenya. Pasti Cleo lagi. Tapi mendadak saja pemuda itu terlompat dari posisi berbaringnya lalu duduk manis di pinggir ranjang. Fokus. Nama di layar tertulis; Zoya si Mata Kejora!

"Assalamualaikum." Faris menata suaranya agar tidak terdengar grogi.

"Walaikumsalam." Suara merdu itu memasuki telinga Faris seperti nyanyian dari surga.

"Ya Zoya? Apa kabar? Sehat? Ada yang bisa dibantu?" Faris betul-betul berusaha keras mendinginkan suaranya agar tidak gugup atau gagap.

"Aku memang perlu bantuanmu. Itupun kalau kamu tidak keberatan, Faris." Faris melompat-lompat beberapa kali di lantai. 100% dia tidak keberatan!

"Aku akan berusaha semampuku. Bantuan apa?" Suara Faris terdengar tenang. Sangat tenang sekali seolah dia adalah petugas hotline yang sedang menerima pengaduan dari pelanggan. Di ujung sana Zoya mengernyitkan alisnya. Suara Faris terlalu tenang. Zoya curiga Faris sangat terlatih dalam hal komunikasi publik.

"Anisa akan kembali ke kampus naik bus dari Garut malam ini. Tibanya tengah malam. Syuhada berhalangan karena sedang mengambil data di Lampung. Bisakah kamu menjemput Anisa di terminal bus Baranangsiang? Kasihan. Takut ada apa-apa." Faris mengingat-ingat. Benar. Syuhada sedang mengambil sampel penelitian di Lampung seminggu ini.

"Oke. Aku bisa membantumu Zoya. Jam berapa? Anisa naik bus apa?" Faris heran kenapa Syuhada tidak menghubunginya. Ah iya! Syuhada sedang berada di daerah yang sangat pelosok di Lampung. Sinyal sangat sulit di sana. 

Hening sejenak. Zoya dan Faris sama-sama terdiam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Aku akan mengirimkan nomor kontak Anisa ya? Nanti kamu bisa menghubunginya langsung." Faris melamun sambil menikmati merdunya suara Zoya di telepon. Pemuda itu mengangguk. Lupa kalau mereka tidak sedang video call. Faris sangat berharap ini tadi video call. Dia merindukan raut wajah yang mirip sekali dengan Kim Jisoo itu.

"Faris. Faris!" teriakan di ujung telepon membuat Faris tergagap-gagap menjawab iya. Duh! Dia malah hanyut dalam lamunan berkepanjangan.

"Ya..iya Zoya."

"Ingat ya. Aku akan memantau Anisa sampai dia tiba di kosnya. Jaga dia baik-baik. Kalau ada apa-apa dengannya, kamu akan aku buat tidak baik-baik saja." Zoya mengancam dengan nada bercanda.

Faris menggumam dalam hati. Kamu sudah membuatku tidak baik-baik saja sejak pertama kita berjumpa, Zoya.

-****