Chereads / Transmigrasi ll 2 Jiwa dalam 1 Raga / Chapter 14 - Chapter 14. Alea Bukan Athena

Chapter 14 - Chapter 14. Alea Bukan Athena

Athena baru saja memasuki kelas yang masih sepi dan mendapati Ares yang sedang tertidur. Padahal, jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Namun, laki-laki itu sudah berada di kelas dan saat ini sedang tertidur pulas. Bahkan, kelas masih sangat sepi dan hanya ada Ares di sana.

Athena duduk di sebelah Ares dan ikut menelungkupkan kepalanya. Gadis itu menatap wajah tenang Ares yang kebetulan tidur menghadap ke arah bangkunya. Athena tidak tau saja, Ares malam tadi tidak bisa tidur karena pengakuan perasaan Athena yang sangat mendadak.

"Kayaknya, pengakuan gue malam tadi memang benar adanya. Jantung gue nggak bisa tenang kalo dekat sama lo." Gumam Athena.

Mata Ares perlahan terbuka. "Selamat pagi, Ares." Sapa Athena tersenyum, masih dengan kepala yang berada di atas meja.

Ares yang masih mengumpulkan kesadarannya itu terbelalak tak kala langsung disuguhkan wajah cantik Athena. Ia bahkan sampai terjatuh dari bangkunya. Untungnya, kepalanya tidak terbentur kursi ataupun meja.

Athena dengan panik menghampiri Ares dan membantunya berdiri.

"Lo gak papa? Lo kenapa bisa sampai jatuh, sih?" gerutu Athena.

Ares berdiri sembari meringis pelan. "Gue kaget, Na."

"Maaf."

"Nggak papa. Sebagiannya salah gue juga."

Athena baru teringat satu hal. Ia kemudian mengambil perban di dalam tasnya dan menyodorkannya kepada Ares. Ares menatap heran Athena dan perban itu.

"Perbannya belum gue ganti. Gue nggak tau cara makai perban."

Ares menggeleng pelan dan mengambil perban itu, "Duduk. Biar gue yang gantiin."

Athena dengan semangat duduk dan melepaskan cardigan yang ia kenakan untuk menutupi luka-luka di tangannya. Bahkan, Athena hari ini mengenakan rok panjang untuk menutupi luka di bagian kaki.

Alea heran, kenapa keluarga Athena tidak ingin melepaskan Athena yang selalu berharap agar bisa terbebas dari keluarga toxic itu. Bahkan Athena menyakiti Nasya demi bisa berpisah dari mereka, kecuali Theo. Bagaimanapun, dia adalah kembarannya.

Athena menyerahkan obat merah yang sengaja ia bawa dari rumah. Ares dengan telaten mengobati Athena. Ares bahkan menjadi gugup karena di tatap intens oleh Athena.

Perban sudah melilit di tangan Athena. Athena berterimakasih dan memasang kembali cardigannya.

Tiba-tiba, Bara memasuki kelas mereka. Athena dan Ares sontak menoleh. Bara menatap perban dan obat merah yang tergeletak di atas meja Ares dengan tatapan yang sulit diartikan. Athena yang paham dengan tatapan itu dengan cepat menyimpan kedua benda itu ke dalam tasnya.

"Mereka mukul lo lagi?"

"Bukan urusan lo." Dingin Athena.

"Urusan gue. Karena lo milik gue. Gue mau liat."

Athena bergeser hingga mentok dengan dinding. "Mesum."

Ares menahan tawanya. Wajah Bara nampak memerah.

"Gue mau liat lukanya, Ana."

Tubuh Athena mematung. Apa ia tidak salah dengar? Itu adalah nama panggilan spesial dari orang yang spesial juga. Dan, Bara dulunya termasuk didalamnya. Ingat, dulu!

"Jangan panggil gue itu lagi." Athena memalingkan wajahnya menjadi menghadap ke arah lain. Tatapannya berubah sendu.

"Kenapa? Gu--"

"Lo dengar? Athena nggak mau di ganggu." Sela Ares.

"Lo siapanya? Cuman teman, nggak ada hak buat ngelarang." Ejek Bara.

Ares terdiam, satu hal tiba-tiba terlintas di otaknya. Ares melirik Athena ragu.

"Gue pacarnya."

Wajah Athena memerah.

Tanpa mereka sadari, sewaktu Bara memasuki kelas, Liam dengan cepat menguping. Bahkan, beberapa murid yang ingin masuk ke kelas Liam halangi. Liam merekam adegan di depannya secara diam-diam.

"Nggak usah ngaku-ngaku lo." Desis Bara.

"Nggak terima?" sahut Athena.

"Na." Bara menatap Athena tidak percaya.

"Apa? Lo nggak terima? Gue bukan orang bodoh yang waktu itu, ngejar lo kayak orang bego. Salah kalo gue nyari cowok lain? Bukannya lo sendiri yang ngebuang gue, bahkan nganggap gue nggak penting? Kenapa sekarang lo berlagak layaknya takut kehilangan? Mungkin kalo gue yang dulu, sekarang gue bakal luluh dan kembali berharap karena perlakuan lo. Tapi, gue bukan yang dulu." Kata Athena melirih di akhir kalimatnya.

Ares paham. Athena memang bukan Athena yang dulu. She's Alea.

"Sana. Gue udah capek."

°•°•°•°•

Athena, Ares, Liam, dan Abel saat ini sedang duduk di salah satu meja kantin. Athena menatap malas Ares, Liam, dan Abel yang sedang main truth or dare. Ia tidak ikut karena beralasan lagi malas bicara.

Mengapa Liam baru masuk? Karena sewaktu Athena masuk, Liam sedang di skorsing. Namun, sehari sebelum masa skorsingnya selesai, ia pergi ke rumah kakek dan neneknya yang berada di Brazil dan mengambil cuti selama 1 Minggu. Baru satu hari kembali sekolah, ia kembali berulah dan di skorsing lagi selama 2 minggu. Jika saja orang tuanya bukan salah satu donatur, sudah dipastikan Liam akan di DO.

Air mineral yang tersisa setengah milik Athena mereka putar beberapa kali. Athena hanya pasrah minumannya dijadikan tumbal. Hingga, botol itu berhenti di Liam.

"T or D?" tanya Abel.

"Dare deh."

Abel nampak berfikir keras sembari melirik Ares.

"Gue serahin ke lo deh Bel." Kata Ares.

Abel menjentikkan jarinya. "Minum air garam!"

"Eh? Apa-apaan? Gak mau! Gue truth aja."

"Gak bisa dong!"

Liam nampak berfikir, "Lagi pula, garamnya gak ada." Alibi Liam tersenyum lebar.

"Ada kok. Bentar, gue buatin air garamnya." Kata Abel semangat.

Wajah Liam menjadi masam dan merutuki pilihannya. Abel dengan senang hati menghampiri salah satu stan penjual makanan dan izin untuk membeli sebungkus garam yang tersisa setengah. Abel tidak masalah, asalkan ia bisa melihat penderitaan Liam.

Setelah selesai membeli garam ia menuangkan air putih ke dalam gelas dan menambahkan garam yang tentunya tidak sedikit.

Abel berjalan dengan riang, "Liam! Liat hasil ra---"

Belum sempat Abel duduk, seorang siswi dengan sengaja menyenggol Abel. Dan alhasil, air garam di dalam gelas itu tumpah dan sialnya, itu mengenai tangan Athena.

Athena refleks menggigit bibir bawahnya sembari mencengkeram kuat seragam Ares. Ares yang sadar dengan kelakuan aneh Athena itu panik.

Berbeda dengan Abel yang sedang memarahi Nasya, pelaku yang menyenggol Abel.

Namun, Nasya meminta maaf dengan alasan tidak sengaja dan air mata buaya.

"Res, perih." Lirih Athena.

Ares dengan cepat melepas cardigan Athena dan juga perbannya. Ares menyiram tangan Athena dengan air agar air garam itu hilang. Jika harus membawa ke UKS terlebih dahulu, maka rasa sakit Athena akan menjadi-jadi.

Atlas dan Theo yang sebelumnya hendak melindungi Nasya dari kemarahan Abel terdiam. Luka di tangan Athena lah penyebabnya.

Athena dengan cepat menutup lukanya kembali dengan cardigan. Athena menahan rasa sakitnya dan menggenggam tangan Ares kuat, guna menyalurkan rasa sakitnya.

"Di UKS aja."

================♤===============