Athena sedang berdiri di depan pintu apartemen Ares. Gadis itu berulang kali menekan bel, namun tidak ada jawaban. Karena kesal, ia mencoba membuka pintu. Tidak terkunci.
"Kok nggak di kunci?" gumam Athena.
Athena memasuki apartemen Ares dan berkeliling sebentar sembari mencari kamar Ares. Dan, gotcha!
Athena membuka pintu berwarna oranye dan langsung nyelonong masuk. Ares sedang tidur. Gadis itu menatap wajah tenang Ares intens. Tiba-tiba, mata Ares terbuka dan mata mereka menjadi bertemu.
Jantung Athena akhir-akhir menjadi aneh jika berdekatan dengan Ares. Dan, hal itu terjadi sekarang.
"Oh, Na. Lo udah datang?"
Suara serak khas orang bangun tidur membuat jantung Athena semakin tidak jelas.
Athena berdiri tegak dan menatap medali penghargaan atas kemenangan Ares sewaktu mengikuti kompetisi. Athena tidak kuat jika menatap Ares terlalu lama.
Athena mengangguk, "Em. Gue ambil mangkok dulu, ya?"
Setelah berpamitan, Athena langsung keluar dari kamar Ares dan berjalan menuju dapur. Ia menuangkan 2 bungkus bakso tadi kedalam dua mangkok. Athena memegang dadanya yang sedari tadi berdetak tidak karuan.
"Ini kenapa? Sebelumnya, gue nggak pernah gini."
Athena menggeleng pelan dan kembali ke kamar Ares dengan semangkok bakso di tangannya dan segelas air dingin di tangan sebelahnya lagi. Ia tidak mungkin langsung membawa dua mangkok sekaligus. Lagi pula, Athena tidak dapat menemukan nampan di sini.
"Semangkok aja Na? Buat gue mana?"
Athena menaruh tas yang masih berada di bahunya ke lantai. "Gue kan nggak bilang bawa makanan buat lo."
"Jahat bener lo, Na."
"Canda elah. Bentar, gue ambilin."
Ares tersenyum tipis menatap kepergian Athena. Tidak lama kemudian, Athena kembali dengan semangkok bakso dan segelas air biasa. Athena menyerahkan bakso kepada Ares dan menaruh minumnya di atas nakas. Setelahnya, ia duduk lesehan di lantai.
"Makasih, Athena." Dan Athena hanya berdehem singkat.
"Kok ada pentolnya?" gumam Athena.
"Res. Mau?" tanya Athena menyodorkan pentol yang ia tusuk menggunakan garpu.
Ares mengangguk dan langsung melahap pentol itu.
"Lo nggak suka pentol?"
Athena mengangguk, "Gue sukanya yang isi telor. Tapi tadi kayaknya gue lupa bilang sama mbak kantinnya."
Athena kembali menusuk pentol di mangkoknya dan menyodorkannya ke arah Ares. Ares menerimanya dengan senang hati. Entah mereka sadar atau tidak, sedari tadi sepasang pemuda menatap mereka berdua curiga.
"Mesra-mesraan mulu!"
Athena terlonjak kaget dan tersedak kuah bakso. Ares dengan panik menyodorkan minuman kepada Athena. Sedangkan laki-laki yang berteriak tadi meringis pelan.
"Maaf, Na."
Athena menatap laki-laki itu datar dan kembali melahap baksonya dengan kasar.
Laki-laki tadi panik sendiri dan duduk di sebelah Athena. "Maaf Na. Gue nggak sengaja. Suer!"
"Hm."
Ares tertawa puas melihat wajah panik temannya. "Mampus lo Yam!"
Sedangkan gadis yang datang bersama laki-laki tadi nampak menahan tawa.
"Kalo mau ketawa, ketawa aja! Ketawa sana sepuasnya!"
Gadis tadi langsung meledakkan tawanya.
Mereka berdua adalah, Liam Agaskara dan Abelle Cecilia.
Liam, si pakboy dan si tukang buat onar. Jadi, jangan heran jika pacar cowok itu ada dimana-mana.
Abel, gadis putih bersih yang diidam-idamkan oleh kaum Adam. Tapi secantik-cantiknya Abel, ia heran dengan hatinya sendiri yang tertarik dengan Liam, si pakboy. Ya, Abel menyukai Liam, cinta dalam diam.
Abel juga merupakan sepupu dari Ares yang baru pindah ke kota ini beberapa hari yang lalu. Abel mengenal Liam karena Liam sering main ke apartemen Ares sewaktu Abel berkunjung.
"Bel. Lo mau?" tawar Athena.
Abel menggeleng dan duduk di sebelah Athena. "Masih kenyang gue, Na. Baru habis makan."
"Gue nggak di tawarin, Na?"
"Lo siapa?"
"Lah si anjir masih ngambek."
Athena menghiraukan Liam dan menatap Abel yang diam-diam tersenyum. "Btw, lo besok jadi pindahkan?"
Abel terjengkit dan langsung mengangguk, "Jadi."
Athena tersenyum tipis.
"Gue nggak di tanya nih?"
"Lo kapan mati?"
"Gila si Athena. Kata-katanya nggak di saring. Sakit hati Abang, neng."
"Najis!"
Ares lagi-lagi tertawa puas melihat wajah ternistakan Liam.
"Ngomong-ngomong, tadi lo nyuapin Ares kan, Na?"
Athena hampir saja tersedak untuk kedua kalinya karena mendengar penuturan Abel. Liam mengangguk semangat.
"Betul banget! Dengan kata lain, kalian ciuman secara nggak langsung!" semangat Liam yang sepertinya satu pemikiran dengan Abel.
Wajah Ares memerah, begitu pula dengan Athena yang baru sadar.
"Kiyowo!" lanjut Liam.
Athena langsung berdiri dengan mangkok dan gelas di tangannya. "Gue naroh ini dulu."
Setelahnya, gadis itu keluar dari kamar Ares dengan wajah merah seperti kepiting rebus. Athena mencuci mangkok dan gelas yang ia pinjam tadi dengan pikiran tidak lepas dari Ares.
"I hate love."
°•°•°•
"Mau pulang bareng, Na?" tawar Liam.
Sebelumnya, Athena dan Liam sudah berbaikan. Athena sebenarnya tadi tidak marah, hanya kesal.
"Lo bawa motor pe'a! Antar Abel aja sono. Lagian, rumah gue nggak terlalu jauh juga dari sini."
"Iya juga ya."
"Udah sana, balik. Lo bawa anak gadis, hati-hati di goda setan." Timpal Ares.
"Sialan lo Res." Kesal Abel yang baru saja duduk di jok belakang Liam.
Ares terkekeh.
"Gue balik ya, Na. Hati-hati lo baliknya." Pamit Abel.
Athena mengangguk dan melambai, "Kalian juga hati-hati."
Setelah kepergian kedua orang itu, Athena memilih untuk pulang berjalan kaki saja. Lagi pula, uangnya sudah habis dan ia lupa membawa uang tambahan.
"Res, Gue balik ya. Udah malem."
"Baru juga jam 7, Na."
"Baru pala lo!"
Ares tercengir. "Gue ikut ya? Sebagai ganti karena gue gak bisa nganterin lo. Soalnya motor gue masih di bengkel, kemarin di pinjam Liam."
"Lo masih sakit. Nggak usah sok kuat. Istirahat aja sana."
"Gak papa kali. Gue emang kuat kok."
Akhirnya, Athena hanya pasrah mengikuti kemauan Ares. Mereka berjalan beriringan di tengah dinginnya angin malam. Jalanan yang mereka lalui sepi dan jarang ada kendaraan lewat.
Athena bernyanyi kecil dan sesekali memuji suara Athena yang merdu. Ares tersenyum kecil melihat Athena yang menurutnya sangat manis.
Sedang asyik-asyiknya menatap Athena, Ares sampai tidak sadar jika didepannya terdapat segerombolan geng abal-abal.
"Bos, itu cowok kemarin bos."
Ares dan Athena sontak menatap bingung gerombolan disana. Cowok kemarin? Perasaan, Ares tidak pernah bertemu dengan mereka. Kecuali.....
Ares langsung menarik lengan Athena dan berlari menjauh dari sana. Athena yang tidak siap itu tergopoh-gopoh mengikuti langkah lebar Ares.
"Oi, Res! Pelan-pelan napa! Emang kenapa kita harus lari sih?"
"Nanti gue ceritain."
≥≥≥≥≥≥≥≥≥≥≥≥≥≥≥><≤≤≤≤≤≤≤≤≤≤≤≤≤