Gedung Pengadilan Tinggi Jepang.
Saat ini ada sebuah persidangan kasus pembunuhan tingkat 1 dengan terdakwa seorang siswa kelas 1 SMP dan korbannya adalah wali kelasnya sendiri.
Kasus ini menghebohkan seluruh Jepang saat itu, bahkan persidangan itu di tayangkan TV nasional dan di saksikan jutaan pasang mata.
Setelah memakan waktu selama 2 bulan, akhirnya waktu penentuan hukuman dimulai.
Sang terdakwa berdiri di depan Hakim dengan memakai baju tahanan dan tangan di borgol.
Terlihat jelas kekosongan dimata pemuda itu dan ekspresi wajah yang sudah sangat lelah
"Berdasarkan barang bukti, saksi mata kejadian, saksi dari pihak korban, saksi dari pihak terdakwa, para saksi ahli, pendapat Jaksa penuntut umum, dan berdasarkan usia dan kondisi mental terdakwa. Para Hakim Agung memutuskan bahwa..... Terdakwa Yuiga Kisaragi dinyatakan bersalah atas Kasus pembunuhan tingkat 1..... Dan akan menerima hukuman selama 5 tahun penjara.... Dan ditempatkan dipenjara khusus orang dewasa".
Hakim Agung mengumumkan hukuman untuk terdakwa Yuiga Kisaragi adalah penjara 5 tahun di penjara orang dewasa.
Mendengar hal itu pihak keluarga dari korban sangat puas dan langsung menangis bahagia dengan hukuman yang diterima Yuiga.
"Bagaimana? Yuiga-kun apakah anda ingin mengajukan banding?".
Hakim bertanya kepada Yuiga, menanggapi hal itu Yuiga yang terus menatap ke bawah mengangkat kepalanya dan menatap lurus kearah Hakim Agung, meski matanya masih kosong dia menghembuskan nafas panjang dan kemudian menunjukkan senyum seperti mengejek.
"Haaaa... Mengajukan Banding, ya? Buat apa aku melakukan hal tidak penting seperti itu!? Lagian,.... Kalian semua sangat ingin mengirim ku ke penjara secepatnya, kan? Dan apapun yang aku lakukan tetap sia-sia saja.... Kalau begitu, tolong suruh polisi yang ada disana untuk membawa mobil tahanannya... Jujur saja, aku sudah capek dengan semua ini".
Secara mengejutkan Yuiga tidak menunjukkan sikap panik, sikap kecewa ataupun putus asa.
Melainkan dia menunjukkan sikap tidak kenal takut, santai dan seolah meremehkan.
Hakim pun mengakhiri sidang dan menyatakan kasus ini ditutup.
Yuiga segera dibawa keluar ruang sidang dan sudah banyak wartawan yang menunggu untuk mewawancarai Yuiga.
Tetapi para petugas pengawal langsung membawa Yuiga menuju mobil tahanan.
Saat seorang petugas mencoba menariknya, Yuiga menyambar tangan petugas itu dan berkata.
"Tidak usah repot. Aku bisa jalan sendiri".
Yuiga dengan santai berjalan menuju dan masuk kedalam mobil tahanan mengabaikan setiap wartawan yang memotretnya dan mencoba mewawancarainya.
Setelah masuk, mobil itu mulai berjalan menuju lapas.
Sesampainya disana Yuiga berganti baju tahanan, dan dituntun menuju ruang tahanan tunggal khusus untuknya.
"Karena kau masih berusia 12 tahun. Mungkin ada sesuatu yang bisa kami berikan untukmu?".
Salah satu sipir penjara menawarkan sesuatu pada Yuiga.
"Aku hanya ingin meminta sebuah pedang kayu, dan beberapa buku yang bisa aku baca".
"Baiklah, kami akan bawakan beberapa buku pelajaran dan buku pengetahuan umum. Tapi untuk apa pedang kayu?".
"Aku janji pada kakekku untuk tidak pernah melewatkan 1 hari pun untuk berlatih kendo yang sudah dia ajarkan".
"Baiklah, barang yang kau inginkan akan dibawakan besok. Istirahat lah sekarang".
Sipir keluar dari ruang tahanan dan menutup ruangan.
Yuiga segera duduk di tempat tidur yang sudah disediakan lalu menatap ke atas sambil memejamkan matanya.
"Percayalah pada Orang Lain, Jadilah orang baik, Keadilan itu nyata".
Yuiga kemudian mendecitkan bibirnya.
"Cih, itu semua..... Hanyalah omong kosong".
(----------)
5 tahun berlalu dengan sangat cepat.
Dan tepat hari ini Yuiga Kisaragi seorang terdakwa kasus pembunuhan tingkat 1 resmi bebas.
Setelah menyelesaikan administrasi di kantor lapas, akhirnya dia bisa menghirup udara bebas.
Meskipun sudah bebas dan merasakan udara sejuk.
Tapi ekspresi Yuiga tetap datar dan tatapan mata seperti tidak menunjukkan ketertarikan apapun.
Dengan ekspresi itu Yuiga menunggu kedatangan Bis kota untuk menuju ke rumah.
Bukan ke rumah Orang tuanya, melainkan ke rumah Almarhum Kakek dan Almarhumah Neneknya.
Kakek dan Nenek Yuiga sudah meninggal 2 tahun yang lalu, mereka adalah satu-satunya keluarga Yuiga yang masih mau menjenguknya saat masih menjadi tahanan.
Kedua orang tua Yuiga tidak pernah sekali pun menjenguknya.
Sejak lahir Yuiga Kisaragi hanya hidup dengan Kakek dan Neneknya, karena orang tuanya tidak mau merawatnya.
Mereka menganggap kelahiran Yuiga adalah sebuah kesialan.
Ayah Yuiga bernama Kazuma Kisaragi adalah seorang pembisnis terkenal dan nomor 1 di Jepang banyak dari bisnisnya yang berhubungan dengan para pejabat politik.
Ibu Yuiga bernama Shizuka Kisaragi adalah seorang model majalah yang terkenal dan sekarang sudah mendirikan sebuah Agen untuk menerbitkan artis dan idol grup terkenal.
Saat itu baik Ayah dan Ibunya baru saja meniti karir mereka.
Kehadiran Yuiga dianggap sebagai pembawa masalah, bahkan sejak di dalam kandungan.
Ibunya sudah berkali-kali mencoba mengaborsinya.
Namun, selalu gagal.
Dan akhirnya Yuiga terlahir dan langsung dirawat oleh Kakek dan Neneknya.
Yuiga di didik dengan kedisiplinan tinggi oleh Kakeknya yang bernama Eichiro Kisaragi seorang mantan militer, dia mengajarkan Yuiga bagaimana cara hidup seorang pendekar.
Mulai dari beladiri tangan kosong, kendo, dan panah.
Tujuannya agar Yuiga bisa melindungi dirinya sendiri.
Sementara Neneknya yang bernama Sanako Kisaragi mengajarkan Yuiga cara mengurus diri sendiri, rumah, pertanian, dan cara bertahan hidup di hutan.
Meskipun tanpa kasih sayang, perhatian dan dukungan finansial dari kedua orang tua, meski hidup hanya dengan Kakek dan Neneknya.
Yuiga tetap senang dan bahagia.
Di dalam Bis, Yuiga tersenyum saat memejamkan matanya dan mengenang masa bahagia yang mereka lalui bermasa.
Kemudian Bis berhenti dan Yuiga turun karena telah sampai di tempat tujuan, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Tak butuh waktu lama akhirnya Yuiga sampai di depan rumah Kakeknya.
Rumah tradisional yang masih terlihat kokoh.
Yuiga mengambil kunci dari kantongnya dan membuka pintu gerbang yang masih terbuat dari kayu dan melangkah masuk.
Setelah membuka pintu rumah.
Terlihat rumah yang kotor, penuh debu dan sarang Laba-laba. Yang menandakan sudah berapa lama rumah itu diabaikan.
Yuiga melangkah masuk dan memeriksa setiap sudut rumah dan mengecek apa ada prabotan yang masih bisa dipakai.
Setelah yakin semua dalam kondisi baik.
Yuiga berdiri di depan pigura foto yang terdapat dirinya yang tersenyum bahagia ditengah dengan Kakek dan Neneknya yang ada di kiri dan kanannya juga ikut tersenyum.
Seketika tanpa sadar air mata Yuiga mulai menetes mengalir dari pipi kanannya dan dia bergumam.
"Aku pulang. Kakek. Nenek".
(----------)
3 Bulan.
Semalam 3 bulan Yuiga menghabiskan waktunya untuk membersihkan dan memperbaiki beberapa kerusakan yang ada dirumahnya.
Tidak lupa juga dia mencoba mencari kerja paruh waktu untuk menambah pemasukan meski Yuiga juga punya tabungan peninggalan Kakeknya, dia sebisa mungkin untuk tidak menggunakannya.
Sedikit memakan waktu, akhirnya dia dapat pekerjaan paruh waktu di sebuah kedai makan sebagai Juru Masak.
Ilmu memasak Yuiga dia dapat dari Neneknya, dan gaji yang dia terima cukup untuk memenuhi kebutuhan hariannya.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga tiba saatnya hal yang paling di benci oleh Yuiga, yaitu Tahun Ajaran Baru. Yang berarti Yuiga akan masuk SMA dan langsung lompat menjadi Kelas 2 SMA.
Bagaimana mungkin Yuiga yang seorang residivis bisa tetap bersekolah? Di Jepang pendidikan sangat di junjung tinggi, meskipun kau memiliki catatan Kriminal sekalipun, pemerintah tetap mengizinkan dan bahkan juga membiayai sekolah bagi para residivis muda yang belum dewasa dan mereka yang tidak punya cukup biaya untuk sekolah sampai lulus.
Yuiga sendiri tidak keberatan akan hal itu, hanya saja, Yuiga tidak suka bersosialisasi terutama dengan anak-anak yang seumuran, yang lebih tua dan yang lebih muda darinya.
Tapi yang melakukan ini adalah pemerintah, dan Yuiga tidak punya pilihan selain menurutinya.
Beberapa hari kemudian.
Yuiga yang sudah memakai seragam sekolah dan membawa ransel yang dia gantung ditangan kanannya mulai berangkat. Butuh waktu sekitar 10 menit dengan Bis umum untuk sampai di sekolah barunya, sesampainya di depan gerbang sekolah Yuiga mulai berjalan masuk.
Akademi Polar Start adalah sekolah yang berada di sekitar rumah Yuiga.
Terlihat seperti SMA pada umumnya, namun kabarnya standar penilaian siswa disini sangat tinggi, dan fasilitas yang dimiliki sangat mendukung pembelajaran.
Guru yang berkerja disini adalah pengajar terbaik dengan bersertifikasi tertinggi. Sekolah ini juga banyak mendapat banyak penghargaan dan medali karena memenangkan banyak lomba.
Dan tentu saja ada banyak bermacam-macam kegiatan club.
Yuiga yang berjalan masuk dilihat oleh banyak orang, para siswa disana terkejut dikarenakan mereka baru melihat Yuiga untuk pertama kalinya, banyak dari mereka mulai berbisik satu sama lain dan Yuiga hanya terus berjalan tanpa memperdulikan mereka.
Sesekali dia melihat ke kiri dan ke kanan lalu kembali menatap ke depan dan mendecitkan bibirnya seolah jengkel.
"Pertemanan..... Cih, aku tidak percaya semua itu".
Kemudian perhatian semua orang teralihkan saat sebuah mobil limusin hitam mewah berhenti di depan gerbang.
Lalu muncul seorang gadis yang memiliki rambut berwarna jingga, mata berwarna hijau zamrud, wajah yang cantik dan penampilan yang seperti seorang model.
Gadis itu berjalan masuk sambil menunjukkan senyum manis yang mempesona.
"Selamat Pagi, Sophia-san"
"Selamat Pagi"
Seorang siswa menyapa gadis yang bernama Sophia ini.
Sophia Shirasaki adalah gadis yang menjadi primadona dan idola di SMA Polar Start selain sebagai idol sekolah, dia juga putri dari seorang konglomerat Jepang bernama Sanae Shirasaki yang menjalankan bisnis di bidang properti dan telekomunikasi.
Selain sebagai idol sekolah, Sophia juga seorang model majalah remaja dan ambasador dari beberapa produk kecantikan.
Di sekolah Sophia punya fans club disekolah bernama SLC (Sophia Love Club).
Setelah memperhatikan Sophia sesaat, Yuiga kembali berjalan menuju gedung sekolah, namun setelah beberapa langkah dia seperti merasa ada seseorang yang menatapnya dari belakang.
Tapi, Yuiga tidak memperdulikannya dan terus berjalan.
Orang yang menatap punggung Yuiga tidak lain adalah Sophia sendiri.
"Orang itu? Jangan-jangan dia....".
Sophia tiba-tiba tersenyum sendiri, seperti melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.
Dan beberapa saat kemudian Bel berbunyi yang menandakan para siswa untuk segera menuju kelas masing-masing.
(----------)
Setelah Bel berbunyi para siswa berbondong-bondong memasuki kelas masing-masing, begitu pun juga dengan Yuiga yang masuk ke kelas yang sudah ditentukan yaitu kelas 2-B.
Ketika memasuki kelas, banyak tatapan siswa yang mengarah padanya, mengabaikan tatapan siswa lain Yuiga memilih langsung duduk di bangku paling belakang sebelah kiri yang dekat jendela.
"Selamat Pagi semuanya. Tolong harap duduk"
Seorang guru wanita dengan memakai seragam jaket olahraga berwarna merah memasuki kelas dan memberi perintah para siswa untuk duduk di bangku masing-masing.
Dari Nametag yang menempel di jaket olahraga yang dia pakai tertulis nama Azusa Harumachi.
Seorang wanita dewasa berusia sekitar 23 tahun dengan rambut terurai panjang sampai pinggul, berparas cantik dengan mata berwarna kuning, memiliki postur badan tinggi, mengenakan setelan seragam olah raga merah dengan resleting jaket dibiarkan terbuka.
"Sebelum kita mulai pembelajarannya. Hari ini kelas kita kedatangan seorang siswa baru! Silahkan maju ke depan dan memperkenalkan diri".
Azusa-sensei memanggil Yuiga untuk maju ke depan untuk memperkenalkan diri.
Dengan berat hati Yuiga maju ke depan, setelah menerima kapur dari Azusa-sensei, dia mulai menulis namanya di papan tulis.
Selesai menuliskan nama lengkapnya, Yuiga berbalik menghadap para rekan 1 kelasnya dan mulai berbicara.
"Etto. Perkenalkan namaku Yuiga Kisaragi. Panggil saja aku sesuka kalian. Dan sebelum kalian bertanya, biarkan aku menjelaskan beberapa hal"
Yuiga mulai menarik nafas dan menghembuskan nya, lalu melanjutkan ucapannya dengan tatapan serius.
"Pertama. Aku tidak tertarik dengan kalian. Kedua. Aku tidak akan ikut campur urusan kalian. Ketiga. Aku hanya menganggap kalian sebagai orang yang "kebetulan" satu kelas denganku. Dan yang terakhir. Aku tidak akan pernah menjadi "teman" kalian. Ringkasnya... Abaikan saja aku... Itu saja, Azusa-sensei ".
Mendengar apa yang baru saja dikatakan Yuiga, semua siswa termasuk Azusa-sensei terkejut bukan main.
Bagaimana bisa seorang siswa baru tidak ingin bersosialisasi atau bahkan menjalin pertemanan.
Saat Yuiga ingin kembali ke tempat duduknya, Azusa-sensei berbicara.
"Sa-salam kenal juga Yuiga-kun..... Etto, tapi tidak mau berteman itu bakal membuatmu kerepotan loh? Dan jangan terlalu dingin begitu"
Azusa-sensei berusaha menasehati Yuiga.
Dan tanpa menoleh ke arah belakang Yuiga menjawab Azusa-sensei dengan nada yang sangat dingin.
"Hal semacam itu justru membuatku semakin kerepotan.... Aku biasa mengerjakan semua sendiri.... Selamanya akan seperti itu....
"Pertemanan"?.... Cih, Itu hanya omong kosong".
Selesai menjawab Azusa-sensei, Yuiga lanjut berjalan dan duduk di bangku nya.
"Ka-kalau begitu, mari kita mulai kelasnya".
Karena suasana berubah menjadi canggung, Azusa-sensei mencoba memecah suasana dengan melanjutkan pelajaran.
Sementara itu di luar kelas ada seorang siswa laki-laki yang sedang memperhatikan Yuiga.
"Yuiga Kisaragi, ya? Aku tidak menyangka akan bertemu lagi dengan mu disekolah ini!! Hmmm.... saatnya membuat semua menjadi menarik".
Siswa laki-laki itu kemudian berjalan sambil tersenyum lebar di wajahnya.
Seperti seorang yang akan merencanakan sesuatu untuk Yuiga.