Sudah 4 bulan berlalu.
Sejak semua orang tahu kabar bahwa Yuiga adalah residivis dari kasus pembunuhan.
Dan sejak selama itu juga Yuiga terus di bully oleh semua orang.
Dari mulai loker sepatu dan meja yang di beri tulisan "Pergi saja sana kau pembunuh", dia yang abaikan oleh petugas kantin, sampai dia yang diasingkan saat pelajaran berlangsung. Yuiga menerima itu semua dengan lapang dada.
Suatu hari saat jam istirahat, tidak seperti biasanya Yuiga tidak pergi ke kantin melainkan pergi ke atap sekolah seorang diri. Jarang ada siswa yang pergi ke atap sekolah dan karena di sana sangat sepi.
Dan itu adalah tempat yang cocok dengan Yuiga yang suka tempat sunyi.
Sampai di atas, Yuiga segera pergi ke salah satu bangku usang yang di sana dan merebahkan diri sambil menatap langit.
Belum lama menatap langit, rasa kantuk pun tiba-tiba menyerang Yuiga, karena tidak kuat melawan rasa kantuknya, Yuiga pun langsung memejamkan matanya dan mulai tertidur pulas.
(Bangunlah Yuiga-kun).
Tiba-tiba ada suara seorang wanita yang memintanya untuk bangun dari tidur dan berbisik di telinganya sambil mengelus kepalanya.
Merasa ada suara yang memanggil entah darimana, dia mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda.
Yang tadi dia merasakan panas karena berada di tempat terbuka, tiba-tiba merasakan dingin, dan hembusan angin yang tadinya panas berubah menjadi sejuk.
Karena merasakan hal aneh dan penasaran dengan suara wanita yang mencoba membangunkannya.
Yuiga memutuskan membuka matanya.
Dan apa yang dia lihat adalah pemandangan batang pohon yang rimbun tepat di atasnya yang menghalangi sinar matahari.
Heran, Yuiga mencoba untuk bangun.
Dan saat dia mencoba memfokuskan matanya, seketika dia terbelalak karena terkejut.
Bagaimana tidak? Yuiga masih ingat dia masih ada di atap sekolah beberapa saat yang lalu.
Tapi sekarang secara misterius dia berpindah ke sebuah hutan antah berantah.
"Dimana aku?"
Yuiga bergumam sambil sedikit menggerakkan ujung kanan bibirnya, karena tidak paham dengan apa yang terjadi dan bagaimana bisa dia ada disini.
(---------)
Yuiga memutuskan untuk berjalan daripada hanya diam di tempat saja.
Sambil memperhatikan disekitar dengan sangat hati-hati dan kemudian dia mulai paham, bahwa dia tidak sedang bermimpi tapi memang dia berada di hutan asli.
"Ternyata aku tidak sedang bermimpi!!! Tapi bagaimana aku bisa ada disini?!!! Dan suara siapa tadi? Siapa yang membangunkan ku!!!".
Yuiga terus mencoba mengingat apa yang terjadi padanya sambil terus berjalan.
Tanpa sadar Yuiga sudah sampai di dekat aliran sungai.
"Suara asing itu!! Ini bukan pertama kalinya aku mendengar".
Dan karena tenggorokannya kering, Yuiga memutuskan untuk meminum air sungai.
Tapi sebelumnya Yuiga mengecek apakah air itu layak konsumsi dengan cara apakah ada ikan yang hidup disana.
Setelah melihat beberapa ekor ikan sedang berenang, Yuiga tahu bahwa air di sungai ini layak minum.
Yuiga berjongkok dan mulai meminum air dengan kedua tangannya.
Di saat dia sedang minum, Yuiga merasakan ada sesuatu yang aneh berada di sekitarnya.
Karena itu Yuiga mencoba untuk melihat sekeliling nya.
Dan sesuai dengan dugaannya, tiba-tiba ada beberapa sosok bayangan aneh yang muncul dari tanah yang ada di sekitarnya.
Sosok bayangan itu tampak seperti manusia yang di lapisi oleh sesuatu yang gelap dan ada bekas retakan dibeberapa tubuhnya.
Dari celah retakan itu terpancar cahaya berwarna oranye dan mata yang berwarna sama.
Masing-masing dari bayangan itu membawa senjata berupa pedang dan kapak.
Yuiga segera berdiri sambil memperhatikan setiap makhluk itu, merasa tidak bisa lari Yuiga memutuskan memasang sikap bertarung.
Kemudian salah satu dari makhluk itu langsung menyerang nya, Yuiga berhasil menghindar dan langsung mengarahkan tinjuan ke arah makhluk itu, dan seketika menghancurkan kepala.
Lalu makhluk satunya lagi datang dan menyerang dan disusul oleh yang lain.
Untung nya Yuiga bisa menghindari semua serangan dari para makhluk itu dan membalas mereka dengan ilmu beladiri tangan kosong yang dia pelajari dari kakeknya.
Lalu ada salah satu dari makhluk itu kembali mengayunkan kapaknya ke arah Yuiga beberapa kali.
Secara naluriah Yuiga menghindari setiap serangan kapak itu, setelah beberapa kali menghindar akhirnya Yuiga menemukan sebuah celah.
Saat makhluk itu mengayunkan kapaknya, Yuiga dengan cepat memegang lengan sang monster, memutar dan melemparnya ke arah pohon.
Melihat kapak monster itu terjatuh di tanah, tanpa pikir panjang Yuiga langsung mengambilnya, berlari ke arah sang monster yang mencoba berdiri dan menghujam kan kapak itu tepat di kepala dan memenggalnya.
Selesai dengan pertarungan itu dia melihat pemandangan mengerikan di depannya, dan mulai bertanya-tanya.
"Makhluk macam apa mereka? Yah, terserah lah!!! Pokoknya kapak ini sudah jadi milikku sekarang!!!! Tapi...... kayaknya aku harus mengasah nya, karena ini sedikit tumpul".
Yuiga berjalan meninggalkan mayat para makhluk aneh itu dibelakangnya.
Setelah beberapa saat berjalan, Yuiga menatap langit dan mulai bergumam.
"Aku butuh tempat berteduh!!!! Cari goa saja".
Waktu terus berjalan, dan tanpa sadar hari mulai gelap.
Yuiga yang terus berjalan akhirnya dia berhasil menemukan goa kosong dan menggunakannya sebagai tempat berteduh dimalam hari.
(----------)
Ketika hari sudah gelap, Yuiga berhasil menemukan sebuah goa kosong yang tidak jauh dari aliran sungai.
Menggunakan kapak yang dia ambil dari salah satu makhluk tadi, Yuiga menghidupkan perapian untuk menghangatkan badannya yang kedinginan dimalam hari.
Yuiga duduk di depan perapian sambil mengasah kapak dengan batu yang dia ambil dari dalam goa.
Ditengah Yuiga menajamkan kapaknya terdengar lolongan serigala dari luar goa.
Dia pun berjalan keluar goa dan kemudian mulai menatap ke langit malam yang di penuhi cahaya bintang yang sangat indah.
Semilir angin malam yang menenangkan membuat Yuiga memejamkan matanya.
Kenangan akan Kakek dan Neneknya yang selalu mengajak Yuiga pergi berkemah saat libur sekolah dan musim panas muncul di benaknya.
Yuiga masih ingat hari itu, dia sangat senang pergi berkemah dengan Kakek dan Neneknya.
Selama pergi, Yuiga banyak di ajari acara bertahan hidup dengan mencari makan dan minum di alam liar.
Dari mulai tanaman yang bisa dimakan, tanaman beracun, tanaman obat, cara membuat jebakan, cara menghindari hewan liar, cara mencari air di hutan dan masih banyak lagi.
Meskipun terkadang dia membuat banyak kesalahan dan mendapatkan teguran keras dari Kakek dan Neneknya.
Yuiga masih tersenyum dan merasa bahagia.
Karena baginya Kakek dan Nenek nya adalah orang yang berharga dan satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Tanpa sadar Yuiga meneteskan air matanya, hal itu terjadi karena Yuiga mengingat kabar kematian Kakek dan Neneknya saat masih dipenjara.
Awalnya, Yuiga penasaran kenapa Kakek dan Neneknya tidak mengujunginya minggu ini. Biasanya setiap 2 minggu sekali, Kakek dan Neneknya selalu mengunjungi Yuiga dipenjara untuk menanyakan kabarnya dan membawakan makanan untuk nya.
Tapi hari itu Kakek dan Neneknya tidak datang.
Saat Yuiga sedang memikirkan hal itu seorang Sipir datang ke sel tahanan Yuiga.
"Yuiga-kun, bisakah kau ikut dengan kami sebentar?"
Merasa ada yang tidak beres, Yuiga mengiyakan permintaan Sipir.
"Baiklah".
Yuiga berdiri dan melangkah pergi dikawal oleh Sipir menuju ruang Kantor Kepala Lapas. Sampai di sana Yuiga disuruh duduk di kursi yang sudah di sediakan.
"Selamat Pagi Yuiga-kun?"
"Selamat Pak".
"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku memanggilmu kesini!!! Baiklah tanpa basa basi, aku punya kabar duka untukmu".
"Kabar Duka?".
Perasaan Yuiga semakin tidak enak mendengar apa yang akan diucapkan oleh Kepala Lapas.
Lalu Kepala Lapas memberi tahu Yuiga.
"Ini tentang Kakek dan Nenekmu!!!! Mereka.... Mereka meninggal, Bis umum yang mereka tumpangi terjatuh ke jurang".
Tiba-tiba suasana diruang Kantor itu menjadi sunyi.
Dan Kepala Lapas melanjutkan penjelasannya.
"Ada sekitar 24 penumpang yang ada didalam Bis itu, korban luka ringan 12 orang, korban luka berat ada 6 dan korban meninggal ada 8 orang termasuk sang Sopir Bis itu sendiri. Dan diantara korban meninggal itu termasuk Kakek dan Nenekmu".
"Apa anda sudah memastikan hal itu, Pak? Apa benar meraka Kakek dan Nenekku?".
"Kami sudah mengeceknya melalui kartu Tanda pengenal yang mereka bawa".
Yuiga, entah mengapa hanya diam saat mendengar kabar duka itu dan sempat melontarkan satu pertanyaan untuk memastikan apakah salah 2 dari 8 korban itu adalah Kakek dan Neneknya.
Dan itu langsung dikonfirmasi oleh Kepala Lapas.
Untuk sesaat Yuiga menundukkan kepalanya kebawah.
Kemudian menarik nafas dan mulai mengatakan sesuatu.
"Terimakasih atas kerja keras kalian menyampaikan kabar duka ini kepadaku, dengan ini aku jadi tahu kenapa mereka tidak menjenguk ku hari ini. Kalau begitu, bisa aku kembali kedalam ruang tahanan ku?".
Atas permintaan Yuiga, Kepala Lapas menyuruh seorang sipir membawa Yuiga kembali kedalam ruang tahanannya.
Sebelum pintu di tutup sipir itu mengatakan sesuatu.
"Hey, nak".
Yuiga menoleh ke arah sipir yang memanggilnya tadi.
"Aku ikut berbela sungkawa".
"Terimakasih pak, aku sangat menghargai nya".
Setelah mengatakan itu dan di respon baik oleh Yuiga, sang sipir menutup kembali pintu ruang tahanan.
Yuiga mulai duduk di pinggir tempat tidur lalu menunduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Sesaat kemudian Yuiga mulai menangis dan berteriak sekencang-kencangnya, meluapkan semua kesedihan yang dia pendam selama ini.
Bagaimana tidak? Seumur hidupnya, Yuiga seperti seorang yang tidak pernah di inginkan keberadaannya.
Dikhianati temannya dan diabaikan oleh kedua orang tuanya sendiri. Ibunya tidak pernah sekalipun datang untuk menemuinya, Ayahnya pun sama.
Pernah sekali Yuiga bertemu dengan ayahnya tapi itu bukan pertemuan yang mengharukan.
Bukannya mendapatkan pelukan hangat dari sang ayah, Yuiga yang masih kecil saat itu langsung mendapatkan tamparan di pipi kirinya.
Penyebabnya saat itu, Yuiga kecil mendorong jatuh seorang gadis di kelasnya sampai kepalanya terluka dan ternyata orang tua gadis itu adalah salah satu klien penting Ayahnya.
Karena tidak mau hubungan bisnis dan nama baiknya hancur karena masalah pribadi, Ayah Yuiga menjadikan anaknya sendiri sebagai kambing hitam demi menyelamatkan reputasinya.
Tapi, yang sebenarnya terjadi adalah gadis itu tidak jatuh karena di dorong Yuiga, melainkan dia jatuh sendiri dan Yuiga hanya berusaha menolongnya.
Namun, gadis itu malah menuduh bahwa Yuiga orang yang mendorongnya dan melaporkan hal itu kepada para guru.
Yuiga sudah mencoba membela dirinya bahwa dia tidak melakukan nya.
Tapi tetap saja semua orang menyalahkan dirinya.
Dan sejak saat itu, Yuiga yang tadinya anak yang periang berubah menjadi anak yang murung dan di jauhi oleh semua orang.
Sekarang, setelah dia dituduh dan di penjara atas apa yang tidak pernah dia lakukan, Yuiga semakin menjadi Orang yang tidak mudah percaya pada orang lain.
Kecuali Kakek dan Neneknya yang masih peduli padanya.
Dan kedua orang yang paling dia sayangi itu sudah tidak ada lagi.
Tidak ada lagi orang yang akan memberikan pelukan hangat bila Yuiga kedinginan.
Tidak ada lagi orang yang memberikan dukungan saat Yuiga terpuruk.
Tidak ada lagi yang akan menyambut Yuiga apabila dia pulang kerumah.
Hatinya hancur, itu yang di rasakan oleh Yuiga saat ini.
Tapi dia tahu bahwa dia tidak boleh terus menangis.
Meski berat Yuiga akan tetap menjalani hidupnya seorang diri tanpa Kakek dan Neneknya yang berharga di sampingnya.
Bahkan di dunia yang tidak dia ketahui sekalipun.