Yuiga yang berhasil melepas rantai yang membelenggu hati dan membebani perasaannya selama ini. Bersamaan dengan itu kekuatan sihir Roh Yuiga meningkat dengan sangat drastis.
Bahkan, Yuiga bisa menghindar dari Burning Breath yang dihembuskan Salamander. Sangking cepatnya bahkan Salamander pun terkejut karena kehilangan pandangannya dari Yuiga.
Kejadian ini membuat semua orang di buat terkejut dan tidak bisa berkata-kata.
Melihat Samalander yang kebingungan, Yuiga bersiap mengeluarkan tekniknya.
Tapi, kali ini dia memperkuat fisiknya dengan Sihir Roh, sekaligus memperkuat dan melapisi pedangnya.
"Seirei Ze-ten Ryuu : Seirei Tenka Yatagarasu".
Ribuan tebasan tak terlihat menyerang seluruh badan Salamander. Tidak seperti sebelumnya. Kali ini serangan Yuiga berhasil melukai badan dan menghancurkan beberapa sisik tebal Salamannder.
Dan bahkan menimbulkan ledakan yang sangat besar sampai sanggup membuat Salamander terhempas mundur beberapa langkah.
"ROOOOAAAARRRR...!!!!!"
Merasakan rasa sakit, Salamander berteriak sekeras-kerasnya. Sampai menghempaskan tanah di sekitarnya dan menimbulkan gempa yang dahsyat.
Mystical Beasts adalah makhluk kuno yang menjadi pelihara para Dewa, meski begitu mereka tetap di kategorikan sebagai monster.
Mereka memiliki keunggulan lebih dari pada makhluk hidup yang lain.
Tentu saja, mereka juga menunjukkan perilaku Defensif dan Refleksi seperti yang dilakukan Manusia dan Hewan lain, seperti mencoba melawan balik apabila mendapatkan serangan.
Gempa daratan yang disebabkan teriakan Salamander, menyebabkan tanah runtuh, Yuiga dan yang lainnya sangat terguncang sehingga membuat mereka tidak bisa bergerak.
Dataran yang runtuh mencegah gelombang kejut dari nafas Salamander. Yuiga mencoba melangkah diantara celah rongga yang ada di bawah tanah.
Salamander yang menggunakan kekuatan Supernatural dari Sihir.
Sementara Yuiga dengan sihir Roh nya, mengambil tiga langkah ke depan.
Salamander yang tidak ingin Yuiga mendekat segera mengaktifkan sihirnya lagi untuk menjatuhkan Yuiga yang dianggap sebagai Manusia Paling Kurang Ajar.
Lalu jutaan tembakan laser sihir segera menyerang nya.
"TIDAK AKAN KAMI BIARKAN".
Dengan sekejap mata Falma, Regina, Raul, Cain Barirossa melesat maju kedepan Yuiga dan mulai menangkis semua tembakan laser itu sambil membukakan jalan untuk Yuiga.
"'"""MAJULAH, YUIGA!!!"""".
Meski sempat terkejut, Yuiga melangkah maju ke depan sambil tersenyum.
"Terimakasih. Tapi, sebelum itu.... Seirei Ze-ten Ryuu : Senmetsu Rei Shōdō".
Sebelum itu, untuk meringankan beban rekan nya. Yuiga kembali mengaktifkan teknik Senmetsu Rei Shōdō.
Kali ini Yuiga berhasil mengubah nya menjadi Fleksibel sehingga bisa mengubah arah tembakan laser sihir, dan dengan meningkatkan kecepatannya.
Sehingga membantu Falma dan yang lain untuk dapat menangkis gerombolan laser sihir itu yang menciptakan oleh Salamander dengan mudah.
"HIYAAAAA.... ".
Yuiga yang sudah melepas rantai yang membelenggu perasaan di hatinya, bahkan dapat berlari lebih cepat dari cahaya.
Frustasi melihat perlawanan dari Yuiga dan yang lainnya, untuk pertama kali Salamander merasa bahwa dirinya tidak berdaya.
Salamander mengaktifkan sebuah sihir Buring Breath, itu terwujud tanpa perlu rapalan atau lingkaran sihir.
Salamander menuangkan hampir menggunakan seluruh kekuatannya kedalam api yang mirip matahari raksasa. Dengan tujuan untuk menghancurkan lawannya.
Di atas bola api itu muncul sebuah lingkaran sihir yang sangat luar biasa besarnya.
Ini adalah kekuatan asli Salamander sang Mystical Beasts Api, wajar jika dia memiliki kekuatan dan kemampuan diluar nalar.
(---------)
Semua sangat terkejut dengan apa yang dilakukan boleh Salamander.
Namun, Yuiga tidak peduli dan tetap melesat kearah Salamander yang sedang mengamuk.
Saat jarak diantara mereka berdekatan, Yuiga segera melompat menuju kearah badan Salamander, lalu menggunakan teknik pedangnya yang sudah dilapisi sihir Roh.
"Seirei Zet-ten Ryuu : Seirei Tenka Yatagarasu".
Ribuan tebasan yang lebih cepat dari cahaya kembali menghujam Salamander.
Tapi, kali ini tebasan itu Yuiga fokuskan ke bagian tengah badan Salamander dan berhasil menghancurkan sisik tebalnya sekaligus membuat Salamander menghentikan serangannya.
Memanfaatkan momen itu Yuiga kembali melakukan serangan balik dengan bersiap untuk menusuk dada Salamander yang terbuka.
(MAEL).
(BAIKLAH!!!).
Yuiga yang masih melayang menyelaraskan pedangnya dan bersiap menusuk bagian dada Salamander sambil terus mengumpulkan energi sihir Roh dan memfokuskan sihir itu ke pedangnya.
Setelah dirasa kekuatan yang dikumpulkan sudah mencapai targetnya, sambil mendecitkan gigi belakangnya Yuiga memberikan tusukan yang sangat kuat dan keras ke arah dada Salamander.
"Seirei Ze-ten Ryuu : Seirei Tsuki no Owari".
Yuiga melepaskan tusukan yang sangat kuat bersamaan dengan kekuatan Roh yang gila. Serangan yang sangat keras, itu berhasil mengenai dan menembus dada dari Salamander.
Dengan, semburan gelombang sihir Roh yang sangat kuat melewati pedang katana kearah dada Salamander, meniupkan seikat saraf, daging, darah, dan semuanya.
"GAAAA.... ".
Teriakan Salamander perlahan-lahan mulai menghilang, matanya mulai memudar, badannya lemas dan akhirnya jatuh tersungkur ke tanah.
Melihat kondisi itu sudah dapat dipastikan bahwa Salamander sang Mystical Beasts Api. Yang menjadi peliharaan Dewa Matahari, Ludwig.
Berhasil di kalahkan.
Untungnya, berkat sihir Roh Yuiga dapat mendarat dengan selamat.
Melihat kejadian itu, Falma dan yang lain termasuk Leticia hanya bisa merespon kejadian itu dengan diam.
"Yuiga....".
"Dia mengalahkan nya....".
"Ini... Bohong, kan...".
"Darling.....".
Yuiga segera menoleh kearah belakang nya kemudian berbicara dengan senyuman puas meski badannya penuh dengan banyak luka.
"Kita berhasil".
Setelah mengatakan itu, pandangannya mulai kabur, rasa lelah yang luar biasa mulai terasa, badannya yang sudah tidak kuat lagi menopang dirinya. Dan akhirnya terjatuh pingsan.
Setelah itu Yuiga tidak lagi mengingat apa yang terjadi.
(---------)
Di alam para Dewa dan Dewi, Valhalla.
Ada sebuah taman yang di penuhi oleh bunga-bunga yang indah.
Di tengah taman itu ada sebuah vaviliun kecil, dimana saat ini ada seorang gadis yang sedang menari diiringi dengan musik indah yang keluar dari semacam kotak musik kecil.
Seorang gadis cantik berambut hijau tosca panjang sampai pinggang, dihiasi dengan bando bunga mawar, memiliki warna mata yang sama, menggunakan semacam daster panjang tanpa lengan yang menunjukkan belahan dada nya yang besar.
Saat ini gadis itu sedang menari-nari ria di temani sebuah boneka yang sangat mirip dengan Yuiga. Gadis itu mengikuti setiap alunan musik yang menyertainya.
Tampak senyum ceria terpancar dari raut wajahnya. Yang menunjukkan betapa bahagianya dia.
Tak lama kemudian, dari arah lain ada seorang laki-laki yang datang menemui gadis yang sedang menari itu.
"Ha..... Mau sampai kapan kau terus menari-nari nggak jelas seperti itu?".
Mendengar ada yang mengajaknya bicara, gadis itu segera menghentikan tariannya dan menoleh kearah laki-laki itu.
"Ara, aku pikir siapa. Ternyata itu memang kau ya, Ludwig-san".
Gadis itu memanggil laki-laki tadi itu sebagai Dewa Matahari Ludwig.
Dia memiliki rambut pendek sebahu, berwarna kuning acak-acakan, memiliki tatapan mata yang tajam berwarna merah, dia juga memakai semacam beberapa tindik di sekitar masing-masing telinga.
Jika di banyangkan, penampilan Dewa Ludwig seperti seorang preman.
"Meski penampilanku begini, aku ini lebih tua darimu!? Tunjukkan sopan santun mu itu, Vanadis..... Cih".
Ludwig dengan lantang menegur gadis yang bernama Vanadis sang Dewi Perang ini karena sikapnya yang kurang hormat.
"Kau itu sudah di cari-cari oleh para pelayanmu karena khawatir. Aku jadi kasihan sama mereka.... Dan juga..... MANUSIA ATAU DEWA WARAS MANA YANG MENARI-NARI SENDIRI DENGAN SEBUAH BONEKA!!!".
Ludwig sangat marah melihat kelakuan Vanadis yang menurutnya sangat kekanak-kanakan.
"Mphm... Jahatnya, ini bukan sekedar boneka, tahu? Dia ini calon suami masa depanku".
Vanadis menanggapi kejengkelan Ludwig dengan sangat santai sambil terus memeluk boneka yang dia bawa.
"Ah, terserahlah!? Kau memang nggak ada harapan!? Hei, apa kau tahu? Orang asingmu itu berhasil mengalahkan Salamander milikku tahu".
Mendengar hal itu, Vanadis segera melompat-lompat dan menari dengan kegirangan.
"Ah....Luar biasa!? Sosok pria yang aku cintai memang hebat!? Tidak sia-sia aku pindahkan dia ke dunia ini".
"Oh. Begitu ya".
Ludwig hanya bisa memasang ekspresi poker di wajahnya saat melihat tingkah Vanadis yang kegirangan.
"Ngomong-ngomong, Vana. Aku penasaran kenapa Yuiga yang harusnya ikut terseret dengan pemanggilan yang ada di Kerajaan Ortocrey bisa terpisah dengan yang lain? Apa kau tahu sesuatu?".
Meski kesal dengan kelakuan Vanadis, Ludwig kembali bertanya soal hal yang mengganjal di dalam hatinya.
"Bukankah sudah jelas. Akulah yang memindahkannya ke Hutan Delabeza".
"HUH?".
Ludwig terkejut setengah mati setelah mendengar jawaban spontan dari Vanadis. Butuh beberapa menit baginya untuk mencerna apa yang baru saja dia dengar. Lalu selang beberapa saat, dengan badan gemetar Ludwig kembali berbicara.
"Hei, Vana.... Kau tahu,kan? Kita para dewa tidak boleh terlibat dengan pemanggilan orang dari dunia lain".
"Aku tahu kok".
"Terus.... KENAPA KAU MALAH TERLIBAT?!! DAN BUKAN ITU SAJA. TAPI, KAU BAHKAN DENGAN SEENAKNYA SENDIRI, MEMINDAHKAN SALAH SATU DARI MEREKA KE TEMPAT ENTAH BERANTAH TANPA ALASAN YANG JELAS!!!! APA KAU SADAR? KALAU KAU SUDAH MELANGGAR ATURAN PALING TABU BAGI PARA DEWA? LALU, APA YANG AKAN TERJADI JIKA DEWI PENCIPTAAN, YMIR TAHU AKAN HAL INI? APA KAU SADAR AKAN RESIKONYA? KARENA BUKAN HANYA KAU SAJA YANG AKAN KENA IMBASNYA. TAPI KAMI SEMUAAAAA...!!!!".
Ludwig yang sudah tidak bisa menahan emosinya lebih lama, mencengkram pundak Vanadis dan menggoyang-goyangkan badannya sambil mengeluarkan semua kejengkelan nya.
"Santai saja, Ludwig-san!? Soal itu bukan lagi masalah. Dan yang lainnya tidak akan kena imbas apapun".
Dengan santainya, Vanadis menyangkal semua keluhan Ludwig.
"Huh? Apa maksudmu?".
"Ahem.... Kau masih ingat dengan salah satu syarat yang kita sepakati dalam ritual pemanggilan orang dari dunia lain?".
"Iya, lalu apa hubungannya?".
"Ada sebuah syarat yang berbunyi "Dewa boleh terlibat dalam ritual pemanggilan, apabila orang yang dipanggil dari dunia lain itu memiliki semacam "masalah". Jadi, Dewa bisa menolong orang itu tanpa menimbulkan masalah apapun". Begitulah aturannya".
"Dan karena asalan "masalah" itu. Kau dengan seenaknya sendiri terlibat dengan hal itu dan memindahkan orang itu. Benar?".
"Ya benar".
Ludwig kembali mencengkram pundak Vanadis dan kembali menggoyang-goyangkan badannya sambil terus berteriak.
"TERUS KAU PIKIR AKU AKAN PERCAYA DENGAN ALASAN "MASALAH" YANG KAU KATAKAN ITU, HUH? LEBIH BAIK CEPAT BERITAHU AKU ALASAN DIBALIK SEMUA INIIII!!!".
"ITU KARENA GEHENNA ONEE-SAMA MENGINCAR NYAWA YUIGA".
Ludwig segera menghentikan lengannya. Dan dengan tatapan serius mulai bertanya.
"Apa benar yang kau katakan?".
Vanadis menyingkirkan tangan Ludwig dari pundaknya dan mulai menjawab.
"Ritual pemanggilan itu terjadi di Kerajaan Ortocrey. Rumah para pengikut setia Gehenna Onee-sama. Tujuan mereka adalah untuk memulai kembali perang besar dengan para pengikut Dewa yang lain seperti kau dan aku. Tapi, kali ini berbeda. Gehenna Onee-sama memberi perintah untuk memanggil orang dari dunia lain, meski mereka tidak punya pengalaman dalam peperangan atau yang lain. Orang-orang itu memiliki kekuatan sihir dan fisik yang lebih kuat dari orang-orang di dunia ini".
"Hmm..".
"Dalam ritual itu, Gehenna Onee-sama juga memasukkan seseuatu kedalam mantra pemanggilan yang dilakukan".
""Sesuatu" apa itu?".
"Suatu mantra yang dapat langsung membelenggu mereka agar menjadi pasukannya. Dan diantara orang-orang yang di panggil itu ada Yuiga-kun yang kebal dengan mantra itu".
"Kebal katamu?".
"Iya, dan saat mengetahui ada yang kebal dari mantra nya, Gehenna Onee-sama menganggap Yuiga-kun sebagai "ancaman" baginya".
"Dan dengan alasan itu, kau memindahkannya ketempat yang jauh".
"Iya, lagi pula. Apa kau tidak merasa aneh dengan Salamander kesayangan mu itu yang tiba-tiba menyerang orang?".
"Iya, sih. Aku memang merasa ada yang aneh".
"Apa kau tahu, bahwa pengikutku Onee-sama sudah mulai menyerang dan menjarah Gereja-gereja tempat dimana para pengikut kita?".
"Benarkah? Lalu apa tujuannya?".
"Kalau itu, mana aku tahu. Tapi, aku punya firasat yang sangat buruk untuk kedepannya".
Entah apa "firasat buruk" yang di maksud Dewi Vanadis.
Kita akan bahas itu di lain waktu.