Chereads / Kumpulan Cerpen Horor / Chapter 4 - Konser Dangdut

Chapter 4 - Konser Dangdut

Cerita ini adalah cerita fiktif. Nama dan tempat tidak ada di dunia nyata. Adapun kesamaan adalah kebetulan belaka.

Mitha adalah gadis muda yang cantik dan energik. Sebenarnya, dia anak orang kaya yang berasal dari Bandung. Namun karena ingin menjadi mandiri, selepas kuliah di jakarta dia membuka usaha Event Organizer. 

Karena keuletannya, dia kini memiliki Event Organizer yang cukup terkenal. Setelah lima tahun merintis, EO itu kini menjadi besar. Tak jarang Mitha menjadi promotor konser band ternama, dan seringkali menggandeng beberapa perusahaan besar sebagai sponsornya, termasuk beberapa grup dangdut koplo, mengingat dangdut koplo sedang naik daun.

Suatu hari, Mitha menerima klien dari sebuah desa yang lumayan jauh dari kotanya. Klien itu adalah seorang lurah yang berniat mengadakan pesta untuk warganya.

"Selamat pagi Bu Mitha. Saya Firman yang tempo hari menelepon Bu Mitha" kata Pak Firman memperkenalkan diri.

"Oh ya, saya ingat. Silahkan masuk. Kita bahas kerjasama ini di dalam"  Balas Mitha dengan tersenyum ramah.

Pak Firman pun langsung masuk. Mereka membicarakan rencana untuk membuat pesta rakyat yang menurut Pak Firman  diadakan setelah sukuran atas sukses panen para petani kala itu.

"Wah, ide bagus itu pak. Jadi acara ini rencananya akan diadakan pagi hari sekitar pukul 09:00. Lalu, untuk konsernya bapak mau pilih grup orkes mana? Kebetulan kami ada referensi orkes yang cocok. Biayanya pun gak mahal tapi masalah perform bisa diadu deh. Biduannya juga oke. Ini pak katalog kami dan sudah lengkap dengan set panggungnya berikut harganya. Dpnya juga ringan koq. 30% aja" kata Mitha sambil.menyodorkan katalog orkes dangdut yang jadi andalan EO nya.

Pak Firman membaca katalog tersebut. Akhirnya dia memilih salah satu orkes yang dia sukai. Kesepakatan pun tercapai. Tanggal, lokasi dan Jam sudah di tentukan. Setelah membayar DP, Pak Firman kembali ke tempat asalnya.

Mitha begitu senang mendapatkan job saat itu. Tak butuh waktu lama, dia langsung menghubungi manager orkes dan juga kru panggung. Manager orkes tersebut bernama Pak Broto. Orangnya lucu dan ramah.

"Halo bu Mitha, ada kabar gembirakah hari ini?" Tanya Pak Broto.

"Iya nih Pak Broto, saya ada job buat Pak Broto. Tempatnya agak jauh. Di sekitaran Sragen. Tapi bayarnya oke. Dilebihi malahan." Balas Mitha.

"Wah gak apa apa. Oh ya kapan itu rencananya?" Tanya Pak Broto.

"Acaranya agak mepet. Empat hari lagi acaranya" kata Mitha.

"Wah koq mepet sekali. Untuk persiapan aja kita butuh waktu sekitar 1 minggu. Belum lagi seting panggungnya. Apa gak bisa ditunda Kita sih gak apa apa kalo bayarnya lebih. Tapi lebihnya berapa?" Tanya Pak Broto.

"Oh itu. Kebetulan kalo normal, orkes kalian saya pasang harga 8 juta permalam. Nah karena mintanya dadakan, ya saya minta 13 juta sekali konser. Setelah nego, dealnya 10 juta sekali konser. Lokasi di tempuh 9 jam perjalanan" kata Mitha menjelaskan.

"Dia mau ?" Tanya Pak Broto.

"Dia setuju pak. Katanya di desa itu banyak penggemar kalian" kata Mitha.

"Hmmm...oke deh. Saya deal. Sampai ketemu 3 hari lagi. Saya akan kabari anak anak" kata Pak Broto.

"Oke, terima kasih. Sampai ketemu tiga hari lagi" kata Mitha sambil menutup panggilan teleponnya.

Hari berganti hari. Persiapan demi persiapan sudah dilakukan, dan tanpa terasa, 2 hari telah berlalu. Tibalah saat hari eksekusi. Namun permasalahan timbul ketika hari H, hari dimana Tim siap diberangkatkan. Kru panggung sudah siap dan stand by di lokasi terlebih dahulu. 

Mitha begitu shock mendengar kabar mengenai persiapan konser tersebut. Pasalnya, salah satu biduan tidak bisa hadir.

"Apa ? Nita tidak bisa hadir? Waduh, kenapa bisa begini, Pak Broto? Ini kita musti berangkat malami ini. Bisa terlambat kita!" Kata Mitha dengan nada panik.

"Ini bu yang saya bingung, kemarin sih kita sudah persiapan eh ternyata Nita, biduan kita sakit.' kata Pak Broto sebagai manager orkes.

"Uhm….gini saja Pak Broto. Kira kira apa bisa Nita kita oper ke jadwal esok lusa? Terus kita terpaksa cari biduan dari orkes lain. Siapa yang kira kira cocok dengan grup orkes sekarang?" Tanya Mitha.

"Nah itu bu. Saya belum kepikiran plan B. Sialnya sih Nita adalah biduan utama di grup ini. Sial! Aku jadi bingung." Balas Pak Broto dengan nada bingung dan sedikit emosional.

Sejenak Pak Broto terdiam, termenung. Kiprah Nita di orkes tersebut terbilang bagus. Tatkala persiapan sudah matang, ternyata Nita sakit sehingga Nita harus istirahat beberapa hari.

Mungkin karena jadwal yang terlalu mepet. Di tengah kepanikan, handphone Pak Broto berbunyi. Ternyata, Nita, sang biduan menghubungi Pak Broto. Di terimanya telepon tersebut. Setelah agak lama, akhirnya Pak Broto sedikit lega.

"Oh ya, bu. Untuk Nita saya bisa oper ke jadwal lain. Kebetulan Nita sudah menunjukkan biduan pengganti yang kemampuannya sama. Dia Stella, dari salah satu grup orkes yang terkenal di Pantura. Kebetulan sih orangnya baru keluar dari Grup Orkes itu, dan saat ini dia main di gerobak dangdut keliling." Kata Pak Broto.

"Gerobak dangdut? Apa dia bisa ??" Tanya Mitha keheranan.

"Nita yakin sih. Makanya dia kasih rekomendasi" jawab Pak Broto.

"Oh ya, ada fotonya ?" Tanya Mitha.

"Ini bu" kata Pak Broto sambil menunjukkan foto Stella.

"Uhm…. Oke. Bisa di coba. Kira kira kapan dia datang ?' tanya Mitha.

"Ini sedang dalam perjalanan. Dia sedikit terjebak macet. Mungkin 10 menit kedepan. Dia datang" kata Pak Broto.

"Oke, sekarang sambil menunggu Stella kita lakukan persiapan dan pengecekan sebelum kita berangkat" kata Mitha.

"Baik bu." Kata Pak Broto singkat.

Tim melakukan persiapan akhir, mengecek segala perlengkapan rombongan. 10 menit kemudian, Stella tiba di lokasi. Setelah memperkenalkan diri dan sedikit berbasa basi, tim dan Mitha berangkat menuju lokasi.

Mereka berangkat dengan dua kendaraan. Tim orkes menggunakan minibus sedangkan Mitha seorabg Artist Make up menggunakan mobil pribadinya.

Dipilihnya berangkat awal karena lokasi cukup jauh, dan jalur yang dilalui sering macet. Belum lagi mereka dapat penginapan.

Waktu terus berjalan. Rupanya jalan yang dilalui sedang diperbaiki, sehingga mau tak mau Mitha dan rombongannya melewati jalur lain.

Rombongan terus berjalan, melewati areal persawahan dan areal hutan yang berkabut tipis. Mereka terus berjalan, hingga tanpa terasa sudah 5 jam mereka berjalan, namun anehnya jalanan tersebut hanya berkutat di daerah yang sama. 

Tarjo, sang sopir pun bingung. Biasanya dia mengenal daerah tersebut. Namun, daerah yang dia lewati kali ini berbeda. Karena kebingungan, Tarjo menepikan kendaraannya dan berhenti sejenak. Mitha menghentikan kendaraannya tepat di depan minibus.

"Jo, kamu yakin tidak kenal daerah sini?" Tanya Pak Broto pada Tarjo.

"Iya. Aku tak mengenali jalan ini. Sepertinya kita tersesat. Dan jalannya juga aneh.. Kamu lihat desa di depan itu. Aku belum pernah dengar Desa Kembang Jiwo." Kata Tarjo.

"Ah itu kan mungkin kebetulan aja kamu lewat sehingga gak sempat melihatnya" kata Broto.

"Nggak. Gak mungkin. Ini aneh. Mana hari sudah malam lagi" kata Tarjo kebingungan.

Mitha turun dan mengetuk pintu mobil yang di kendarai Tarjo. Tarjo membuka pintu dan dengan dikuti Pak Broto mereka keluar menemui Mitha.

"Eh, ini udah tengah malam. Koq berhenti disini" kata Mitha.

"Begini bu Mitha, saya biasanya mengenal daerah sekitaran sini. Tapi, daerah ini berbeda. Dan ibu lihat gapura di depan? memasuki daerah yang aneh. Saya tidak pernah dengar Desa Kembang Jiwo. Mungkin kita kelelahan karena macet." Kata Tarjo.

"Kamu yakin tak mengenal daerah ini?" Tanya Mitha.

"Beneran aku gak faham daerah ini. Aku bingung. Mungkin kita lebih baik cari penginapan dulu."  Kata Tarjo.

"Ide bagus sih, tapi penginapan di sekitar sini di mana? Kita di tengah hutan loh" kata Mitha.

Mereka bertiga terdiam sejenak. Tarjo melihat ada seseorang berjalan. Sepertinya dia sedang berjualan.

Tarjo berjalan menghampiri orang tersebut. Tampak Tarjo tengah bercakap cakap dengan orang itu. Tak terlalu lama pembicaraan tersebut. Akhirnya, orang tersebut pergi, dan Tarjo kembali tersenyum.

"Bu Mitha, saya dapat informasi penginapan yang bagus dan murah. Juga jalan menuju Desa Pak Firman. Kita sekarang ke penginapan dulu, pagi pagi kita bersiap ke desa Pak Firman" kata Tarjo.

"Oke. Ide bagus. Ayo berangkat" kata Mitha yang langsung menuju mobilnya.

Akhirnya, mereka pergi menuju ke sebuah penginapan yang ditunjukkan orang tersebut. Penginapannya sedikit aneh. Sepi dan tampak kuno. Pelayannya pun sedikit pucat dan tercium wangi melati di penginapan tersebut.

Namun karena kelelahan hal itu tidak terlintas di pikiran mereka. Yang penting istirahat. Tak perlu waktu lama untuk mendapat kamar, mereka langsung tertidur lelap.

Setelah beberapa jam beristirahat, tampak sinar mentari pagi memasuki penginapan. Mitha terbangung dari tidurnya. Di raihnya handphone yang dia taruh di dekat tempat tidurnya. Mitha heran, tidak ada sinyal. Saat itu, dia pikir kartunya bermasalah.

Tak lama kemudian, pintu kamarnya di ketok. Mitha membuka pintu. Tarjo dan Pak Broto ternyata mengalami hal yang sama. Handphone mereka tak ada sinyal.

"Wah, gimana ini? Koq handphone kita gak ada sinyal? Tadi saya kira cuman punya saya." Kata Mitha.

"Kita juga bingung. Semua handphone tak ada sinyal. Termasuk handphone anggota orkes" kata Tarjo.

"Nah yang parahnya lagi, GPS mobil juga tak berfungsi. Padahal GPS mobil itu offline dan tidak pake kartu" lanjutnya.

"Oke lah. Kita pangsung berkemas menuju desa Pak Firman, lalu kita pulang. Masih ada jadwal lain yabg harus di jalani" kata Mitha.

Mereka segera berkemas dan berkumpul di lobby. Semuanya menuju lobi. Setelah check out dan menyerahkan kunci kamar rombongan menuju mobil. Mitha menyelesaikan administrasi penginapan tersebut 

Setelah di rasa selesai, Mitha menuju mobilnya dan bersama rombongan, keluarlah mereka dari penginapan tersebut menuju ke desa Pak Firman.

Ada keanehan di jalanan pagi itu. Semuanya berkabut tipis, sama seperti malam harinya. GPS dan handphone tak berfungsi.

Namun berbekal informasi dari orang misterius itu akhirmya mereka sampai di desa yang di tunjuk orang tersebut. Dusun itu bernama Dusun Segoro Sukmo. Mitha sedikit keheranan karena seingatnya nama dusun beda dengan di perjanjiannya.

Namun di tepisnya pikiran itu karena sudah berjalan sejauh itu. Dan di sana tampak reklame besar akan performa grup orkes yang berangkat bersamanya.

Setelah menuju lokasi yang di maksud, rombongan di sambut petinggi desa.

Namun tidak nampak Pak Firman. Sejenak Mitha merasa aneh, tapi sekali lagi ditepisnya pikiran negatif tersebut. Dianggapnya Pak Firman sedang sibuk  bertugas sehingga tidak sempat menyambutnya.

Tak berlama lama mereka berbasa basi, akhirnya konserpun di mulai. Grup orkes begitu semangat. Stella, sang biduan baru itupun begitu menghibur para penonton. Penonton berjoged penuh antusias di tengah konser orkes tersebut, kendati desa tersebut di selimuti kabut tipis.

Mitha dan Pak Broto mendokumentasikan konser tersebut dengan Kamera dan peralatan syuting yang di bawa rombongan. Ternyata, perform Stella sang biduan begitu baik dan Mitha sangat puas.

Setelah berjam-jam konser, tak terasa tibalah di saat konser harus ditutup. Hari sudah siang kala itu. Penonton puas dengan perform orkes tersebut. Setelah mengucap kata penutup, penonton pulang kembali ke rumah masing masing. Semuanya bubar dengan tertib.

Petinggi desa sangat berterima kasih kepada Mitha dan rombongannya.

Setelah berpamitan, Mitha dan rombongannya kembali ke Jakarta, kota asalnya. Tampak senyum kepuasan di wajah Mitha karena sudah berhasil menunaikan tugasnya.

Di tengah perjalanan, Mitha heran. Ketika pulang, jalan yang dilaluinya di malam hari sudah tidak ada. Kabut tipis sudah tidak terlihat. Desa Kembang Jiwo, dan Penginapan tempat mereka menginap semalam juga tidak ada.

Mendadak, HP Mitha berbunyi. Ternyata, telepon dari kantor. Diangkatnya HP tersebut.

"Ya Ayu, ada apa?" Tanya Mitha.

"Bu Mitha, semalam kemana? Saya telepon koq gak bisa?" Tanya Ayu, sekertaris di EO nya.

"Semalam, hp saya gak ada sinyal. Ini aja aku baru tahu kalo sinyalnya sudah beres. Semua jaringan padam" kata Mitha.

"Begini bu Mitha, hari ini Pak Firman mengabarkan kalo konsernya di tunda karena ada kunjungan Gubernur. Sebagai permintaan maaf, Pak Firman kembali memberikan charge penundaan dan memohon maaf karena kunjungan pejabat yang mendadak" jelas Ayu.

'Loh, jadi konser di tunda ?" Tanya Ayu keheranan.

"Iya. Saat ini posisi Bu Mitha di mana?" Tanya Ayu.

"Ini jawa tengah. Lagi jalan menuju pantura" kata Mitha.

"Wah….kalo boleh saran mungkin sebaiknya Ibu menemui Pak Firman. Lokasinya saya share di wa ibu. Oh ya tim panggung masih stand by di sana. Semalam mereka khawatir ibu dan rombongan ada apa apa." kata Ayu

"Oke, makasih Ayu" kata Mitha menutup telepon.

Mitha menghubungi Pak Broto untuk menepikan kendaraannya. Mereka kembali menepi. Mitha menemui Tarjo dan Pak Broto dan merapatkan rencana di tepi jalan.

"Apa ?????? Konser di tunda??? Kata Pak Broto keheranan.

"Iya, ditunda besok. Padahal, kita sudah dibayar oleh petinggi desa itu" kata Mitha sambil menujukkan amplop coklat berisi uang dari petinggi desa tersebut.

"Aneh, lalu lokasi desanya di mana?" Tanya Tarjo.

"Ini lokasinya" kata Mitha sambil membuka dari Ayu dan membuka lokasi yang di share.

Mitha menunjukkan lokasi tersebut. Tarjo mengamati map di handphone Mitha.

"Wah bu, lokasi itu dekat dengan lokasi kita sekarang. Itu Dusun Segoro Ijo. Saya sering ke situ karena istri saya lahir disitu" kata Tarjo.

"Ya sudah, ayo kita ke sana menemui Pak Firman" kata Mitha.

Tanpa berlama lama, rombongan pergi menuju Dusun Segoro Ijo. Sesampainya di sana, Pak Firman menyambut kedatangan Mitha dan rombongannya. Pak Firman mempersilahkan Mitha masuk ke ruangannya.

Mereka membicarakan insiden penundaan konser.

"Kami atas nama Dusun memohon maaf yang sebesar besarnya atas penundaan yang mendadak. Charge penundaan sudah saya transfer. Semoga Bu Mitha tidak kapok bekerjasama dengan kami. Kami betul betul tak menyangka hal ini terjadi" kata Pak Firman menjelaskan.

"Iya pak. Kami gak keberatan kalo konser lagi. Justru kami senang kalo konser lagi. Tadi kami musyawarahkan hal ini, dan mereka setuju konser lagi. Apalagi masih esok hari. Kami punya persiapan" balas Mitha.

Pak Firman diam sejenak. Dia keheranan.

"Konser lagi ???? Perasaan di daerah sini gak ada konser dangdut. Yah mungkin ada di daerah lain yang pake orkes mereka."  Kata Pak Firman dalam hati.

Namun dia berhasil menutupi keheranannya  dan kembali tersenyum.

"Bu Mitha, penginapan sudah kami booking dan masalah administrasi sudah kami tanggung, free. Semuanya free" kata Pak Firman.

"Oke, deal. Nanti Pak Firman tinggal membayar sisa biaya sesuai dengan di perjanjian awal. Kita gak rubah jadwal dan perjanjian awal." Kata Mitha

Pak Firman tersenyum dan bersalaman dengan Mitha. Lalu, Pak Firman mengantarkan rombongan ke penginapan. Mereka kembali beristirahat.

Sambil berisitrahat, mereka mempersiapkan segala persiapannya. Mulai alat musik hingga kamera perekam dokumentasi.

Keesokan harinya, konser diadakan. Perform Stella sangat baik, dan mereka puas. Seksi dokumentasi pun bekerja baik. Setelah siang hari, konser selesai. Pak Firman berterima kasih atas kerjasamanya dengan Mitha. Setelah membayar sisa pembayaran sesuai dengan perjanjian awal, akhirnya, rombongan Orkes tersebut pulang.

Malam harinya, mereka tiba di Jakarta. Mereka berjumpul di kantor EO milik Mitha. Mitha tersenyum puas dengan hasil jobnya. Tak lupa, Mitha membagikan hasil Jobnya selama dua hari. Masing masing mendapat bagian yang banyak karena uang yang di bawa cukup banyak.

"Wah, Bu Mitha. Terima kasih kita senang menjadi mitra ibu" kata Pak Broto.

"Sama sama Pak Broto. Aku juga senang memakai grup orkes yang kamu handle" kata Mitha pada Pak Broto.

"Dan Stella, aku gak nyangka performmu bagus baget. Mending gabung aja di grup orkes pak Broto daripada ikut gerobak dangdut" kata Mitha pada Stella.

"Iya bu, saya ngerasa cocok sama grup orkes ini. Tapi nanti saya minta persetujuan Nita, karena biar bagaimanapun Nita bagian dari orkes ini" kata Stella merendah.

"Oh ya Pak Broto, ini bagiannya Nita. Jangan lupa di kasih ke dia. Dia udah negerekomendasikan Stella" kata Mitha sambil memberi sejumlah uang untuk Nita.

"Siap. Terimakasih bu Mitha" kata Pak Broto senang

Mereka puas dengan pembagian hasil jobnya. Mitha juga memegang sejumlah uang yang lumayan banyak, serta keuntungan EO nya bertambah banyak karena konser dua kali dalam seminggu, walau ada ganjalan mengenai kejadian kemarin lusa.

Setelah di bagi bagi ke tim dan kru yang terlibat. Mereka akhirnya pulang ke rumah masing masing untuk beristirahat.

Mitha yang merasa lelah malam itu langsung pulang ke apartemennya. Sesampainya di kamar apartemennya. Dia langsung merebahkan dirinya di ranjang dan tidur lelap, karena kelelahan setelah 2 hari bekerja.

Pagi harinya, Mitha terbangun. Ada seseorang yang menghubunginya. Ternyata dari bagian dokumentasi.

"Ya, bagaimana dokumentasinya Pak ?" Tanya Mitha.

"Begini bu, ini dokumentasinya sebagian  sudah saya pindah di laptop, tapi…..sepertinya lebih baik ibu lihat sendiri. Kebetulan di sini sudah ada Pak Broto" kata orang itu.

"Oke, sebentar lagi saya ke kantor. Tunggu saya." kata Mitha sambil menutup telepon.

Mitha bergegas mandi, dan berdandan. Tak lupa dia membeli makanan ringan sebagai sarapan paginya.

Sepuluh menit kemudian, Mitha tiba di kantornya. Buru buru bagian dokumentasi dan Pak Broto menemui Mitha sambil membawa laptop dan Kamera  Mereka langsung menunjukkan has rekaman konser ke Mitha. Rekaman itu ada satu folder. Mitha membuka folder tersebut video itu adalah rekaman konser di desanya Pak Firman. Hasilnya bagus dan memuaskan. Mitha heran, karena di rekaman itu gak ada yang aneh.

"Ini rekamannya bagus. Dan gak ada yang aneh, lalu tadi kamu telepon saya koq kayak orang panik ?" Tanya Mitha.

"Iya Bu, rekaman itu sih biasa. Tapi,  ini yang beda" kata Pak Broto sambil memperlihatkan rekaman yang masih ada di kamera digital tersebut.

Juga, Pak Broto mengeluarkan Hp nya dan menunjukkan beberapa foto konser. Dan ternyata, mereka menunjukkan hasil dokumentasi konser orkes di hari pertama.

Mitha terbelalak melihat rekaman itu. Dia langsung syok, lemas dan tak bisa berkata kata melihat rekaman dan foto foto yang ditunjukkan Pak Broto.

Ternyata, dalam video dan foto yang ditunjukkan Pak Broto, mereka konser di tengah tengah penonton yang semuanya bukan manusia seperti yang dikira. Dan lokasinya, ternyata bukannya di sebuah desa melainkan di hutan yang banyak makam di sekelilingnya.

Ada banyak pocong, lalu kuntilanak, serta arwah korban kecelakaan dan berbagai hantu yang mengerikan yang menonton konser mereka. Termasuk MCnya adalah hantu.

Bahkan, foto foto konser mereka di hari pertama jauh lebih mengerikan. Tampak pocong mengapit Mitha yang kala itu sepertinya petinggi Dusun Segoro Sukmo.

"Ya Tuhan….ini mengerikan sekali. Tak kusangka ternyata kita konser di dusun hantu" kata Mitha dengan perasaan lemas.

"Saya juga gak menyangka koq bu. Tapi ada hikmah dari kejadian ini. Kita dapat untung lebih banyak, walaupun akhirnya konser di desa hantu." Kata Pak Broto.

Mitha terdiam sejenak. Dia mengingat esesuatu. Dibukalah surat perjanjian dengan Pak Firman. Ternyata, di perjanjian nama dusun Pak Firman adalah Dusun Segoro Ijo, sedangkan di lokasi itu bernama Dusun Segoro Sukmo.

Sementara itu, di sebuah kos anak kuliahan, beberapa anak melihat video konser orkes yang sedang viral di media sosial. Video itu sangat viral dengan viewer yang mencapai jutaan orang. Video konser yang secara diam diam diupload oleh Edo, salah seorang  tim dokumentasi telah sukses membuat EO mitha dan orkes Pak Broto sangat viral dan terkenal.

The End