By : Akhmad Fajar
Cerita ini adalah cerita fiktif.
Suatu malam, seorang pengendara motor tengah memacu kencang motornya. Dia adalah Rangga. Dilihatnya google maps untuk mencari alamat temannya. Namun, ternyata GPS hpnya tak berfungsi. Dia betul betul tersesat.
Kebetulan, dia berhenti di sebuah lokasi yang dekat pasar malam. Namun, lokasi tersebut berkabut tipis. Satu satunya penanda yang dia ingat adalah sebuah gapura besi warna hijau, dan tembok panjang warna krem.
"Gila, aku di mana nih? Koq saat gini gps ku mati. Mana ini udah malam lagi" bathinnya.
Dia akhirnya menghubungi Dodi, temannya. Agak lama dia menunggu teleponnya diangkat. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya teleponnya di angkat.
"Bhro, aku sudah di semarang. Posisimu di mana?" Tanyanya.
"Oh, posisi rumahku di Jalan Mayang no. 17. Rumah hijau pagar hitam dan dua lantai. Omong omong, kamu di semarang mana?" Tanya Dody dari balik telepon.
"Entahlah Dod. Ini gpsku mati. Uhm...aku deket pasar malam." Kata Rangga.
"Pasar malam ? Pasar malam di mana Ga?" Tanya Dody dari balik telepon.
"Pasar….." kata Rangga yang terputus.
Ternyata dia hpnya kehabisan battery.
"Sial !!! Mana genting lagi, eeh hpku mati. Mana lagi gak bwa powerbank lagi !!!" Rutuknya dalam hati.
"Waduh...kemana nih ? Mana di sekitar sini gak ada rumah. Uhm….mungkin aku ke pasar malam itu kali. Beli powerbank. Kali aja ada" lanjutnya dalam hati.
Rangga memarkir motornya di sebuah tempat parkir. Memang, tidak ada petugas parkir yang mengatur. Jaraknya pun sangat dekat dengan lokasi pasar malam. Akhirnya, setelah memarkir motornya, dia langsung menuju pasar malam tersebut.
Rangga melihat, ada yang berbeda di pasar malam tersebut. Semua pengunjungnya wajahnya pucat. Rangga pun mencium bau yang tak wajar. Seperti bau kemenyan. Memang, pasar malam tersebut sangat ramai seperti umumnya pasar malam.
Karena haus dan mengantuk, Rangga memutuskan membeli secangkir kopi pada salah satu stan di tengah pasar malam tersebut.
"Pak, aku beli kopi hitam, pahit ya pak" kata Rangga.
Penjualnya hanya diam dengan ekspresi datar. Dia langsung membuatkan kopi buat Rangga. Tak lama, kopi pun dihidangkan.
Karena mengantuk, Rangga hendak meminumnya. Sebelum kopi tersebut di minum, tiba tiba di belakangnya ada seorang kakek yang memegang pundaknya.
"Kek, ada apa ?" Tanyanya.
"Nak, segera kamu tinggalkan tempat ini. Cepat sebelum terlambat" kata kakek itu.
"Kek, maksudnya apa ya?" Tanya Rangga keheranan.
"Segera tinggalkan tempat ini, cepat!!" Kata kakek itu dengan mata melotot dan bernada tinggi.
"Kek, mohon maaf ya. Saya gak paham dengan maksud kakek. Ada apa dengan tempat ini" kata Rangga dengan sedikit emosi.
"CEPAT !!! TINGGALKAN TEMPAT INI!!! JANGAN SAMPAI TERLAMBAT !!!!" Bentak kakek itu dengan mata kemerahan dan melotot.
Kakek itu dengan kasar menark tangan Rangga dan memaksa Rangga untuk keluar. Kakek itu terus menarik tangan Rangga dengan kasar hingga kekuar pasar malam.
"Nak, segera kekuar dari sini. Kamu terus ke depan, dan jangan ambil jalan ke kiri sebelum kamu keluar dari lokasi sekitar sini. Cepat!" Kata Kakek itu.
Rangga langsung memacu motornya. Dia ikuti arahan kakek itu. Begitu keluar kabut, PLAS!!. Pandangannya gelap.
"Uhm….koq badanku sakit ya?" Tanyanya dalam hati.
Dia membuka matanya perlahan, dan membuka matanya. Ternyata, sudah banyak orang yang melihatnya. Dia melihat lenganhya luka dan celananya tergores. Ternyata, dia baru sadar bahwa dia terbaring di trotoar di sebuah jalan di Semarang.
"Mas, kamu gak apa ?" Tanya seorang warga di dekat lokasi itu.
"Enggak apa apa. Uhm, saya kenapa ada disini ya pak?" Tanya Rangga.
"Mas, tadi kamu kecelakaan. Tabrak lari." Kata orang itu.
"Apa ??? Tabrak lari ?!" Kata Rangga dengan terkejut.
"Iya, tadi masnya di serempet mobil yang gak haluan, makanya masnya pingsan. Tuh motornya mas kan?" Tanya orang itu.
Rangga hanya mengangguk. Dia heran melihat motornya yang mengalami kerusakan, padahal tadinya tidak apa apa. Tak lama kemudian, seorang polisi datang.
"Maaf, anda kayaknya dari jauh. Dari mana mas?" Tanya Pak Polisi.
"Saya dari Bojonegoro, mau ke Jl. mayang No. 17, Pak." Kata Rangga.
"Oh, jalan Mayang. Motornya kan masih rusak. Bagaimana kalo di perbaiki dulu. Nanti saya antar ke sana ya." Kata Pak Polisi.
"Baik pak. Aduh….badanku masih sakit" kata Rangga.
"Gini aja, ada kontak yang bisa dihubungi ? Masnya ke rumah sakit dulu aja. Biar saya panggil ambulance" kata Pak Polisi.
"Uhm….ada sih pak. Tapi handphone saya mati. Kehabisan battery. Saya gak bawa power bank, pak" kata Rangga.
"Oh, gak apa. Coba lihat Hpnya" kata Pak Polisi.
Rangga menyerahkan HPnya. Pak Polisi segera mengambil Power Bank yang dia bawa dan menancapkan kabel charge. Setelah beberapa saat, HP tersebut mulai mengisi battery.
Polisi tersebut menunggu sekitar 5 menit, hingga battery hp itu mencapai 20%. Lalu, setelah dirasa cukup, Poluti itu menyalakan Hp. Setelah loading, dia menyerahkan Hp tersebut ke Rangga.
Rangga segera membuka kontak, dan menyerahkan nomor hp Dody, temannya yang hendak dia kunjungi. Polisi tersebut mencatat nomor hp tersebut. Beberapa saat kemudian, Ambulance datang dan membawa Rangga ke sebuah puskesmas.
Esok paginya, Rangga dikunjungi oleh Pak Polisi yang semalam dia jumpai. Kali ini dia bersama seorang ibu dan bapak.
"Selamat siang saudara Rangga. Saya Edi, polisi yang semalam meminta kontak teman anda. Maaf, apa benar nomor yang anda berikan itu nomor saudara Dody?" Tanya Edi.
"Iya Pak. Benar. Semalam saya bicara dengannya melalui telepon di nomor itu" kata Rangga.
"Mohon maaf saudara. Nomor itu tidak aktif. Lalu setelah kami datangi, saudara Dody yang anda hubungi itu sebenarnya sudah meninggal seminggu lalu. Karena balap liar." Kata Edi.
"Apa ?! Gak mungkin pak! Semalam saya bicara melakui telepon" kata Rangga.keheranan.
"Begini, tadi pagi kami sudah ke lokasi yang bapak tunjuk, dan kami sudah bersama kekuarga Dody. Ini Bu Surti,dan ini Pak Bejo" kata Edi.
"Nak, benar yang dikatakan Pak Polisi. Dody anak kami sudah meninggal seminggu yang lalu. Karena kecelakaan waktu balap liar" kata Bu Surti.
"Jadi, semalam saya bicara sama siapa? Kenapa nomornya bisa ?" Tanya Rangga.
"Gini aja nak, coba kamu telepon kembali nomor itu" kata Pak Bejo.
Rangga segera mengambil HPnya yang sudah di charge semalam. Dia nyalakan hpnya, dan mencoba menelepon nomor itu. Hasilnya, nihil. Nomor selalu salah.
Rangga heran, padahal semalam dia bisa menghubungi nomor itu.
"Kok aneh ya ? Padahal semalam aku bisa menghubungi nomor itu. Waktu itu, di dekat pasar malam" kata Rangga.
Bu Surti dan Pak Bejo terkejut. Perasaan tak ada pasar malam.
"Nak, pasar malam di mana ? Perasaan gal ada pasar malam. Kamu ingat di mana lokasinya ?" Tanya Pak Bejo.
"Uhm….lokasinya sih gak tahu pasti. Tapi aku ingat sebuah gapura besi warna hijau, yang ada tembok panjang warna krem. Temboknya seperti mengelilingi lokasi pasar malam itu. Tempatnya sepertinya gk terlalu jauh dari lokasi saya jatuh" kata Rangga.
"Loh, bukannya itu area pemakaman umum. Mana mungkin ada pasar malam di sana?" Tanya Bu Surti.
"Apa ?!!!" Kata Rangga keheranan.
Untuk meyakinkan, akhirnya Polisi bersama keluarga Dody dan Rangga menuju lokasi yang dimaksud.
Sesampainya di sana, ternyata lokasi yang di maksud adalah area pemakaman. Rangga shock. Ternyata, dia teringat akan semerbak bunga melati, dan bau kemenyan yng dia cium. Tak lama kemudian, muncullah juru kunci area pemakamn tersebut. Dan, Rangga melihat kakek yang semalam memaksa dia untuk pergi.
"Kakek !! Kakek yang semalam menyuruh saya pergi ?" Tanya Rangga.
"Maaf, kakek gak faham maksud sampeyan. Saya gak melihat kamu ke sini semalam" kata Kakek peniaga Makam.
"Loh ... serius kek." Kata Rangga heran.
"Iya Le. Kakek semalam di sini. Gak ngeluat pasar malam ataupun sampeyan. Kakek sendirian semalam" kata kakek itu.
Rangga akhirnya shock berat. Tak disangka, Dody yang dihubunginya semalam sudah tiada, dan pasar malam itu ternyata pasar hantu.
The End.