Chereads / Peace Hunter / Chapter 9 - Chapter 9 : Rid dan Pangeran Charles

Chapter 9 - Chapter 9 : Rid dan Pangeran Charles

"Kenapa hanya aku yang mendapatkan 100 poin ?,"aku pun masih memikirkan tentang hal itu.

Peserta yang mengerumuni papan pengumuman untuk melihat hasil tes pun banyak yang terkejut. Mereka berpikir jika jawaban yang mereka tulis sudah benar semua, aku pun juga berpikir jika mereka bisa menjawab semua soal ini dengan mudah.

"Tapi kenapa hanya aku yang mendapatkan 100 poin ?,"pikirku lagi.

"Kamu benar-benar hebat ya, Rid. Kamu satu-satunya yang mendapatkan 100 poin di ujian pertama ini,"kata Noa dengan keras.

"Aku pun tidak mengerti kenapa hanya aku yang mendapatkan 100 poin,"kata ku menanggapi.

"Bukankah itu berarti kamu berhasil menjawab 1 soal jebakan di antara 20 soal itu, sepertinya ada 1 soal yang dibuat untuk mengoceh para peserta. Para peserta mungkin mudah menjawab soal jebakan itu tapi sebenarnya jawaban yang para peserta tau bukanlah jawaban yang sebenarnya,"kata Noa menjelaskan.

"Walaupun aku hanya mendapat 95 poin, aku masih tetap bersyukur. Lagipula 100 poin dan 95 poin hanya berbeda 5 poin, untuk apa aku memusingkan jika aku tidak dapat 100 poin. Sekali lagi, selamat ya Rid atas 100 poinmu, sepertinya kesan ku terhadapmu semakin meningkat"kata Noa.

"Sepertinya kesanmu terhadapku bukan kesan yang baik,"kataku mencurigai.

"Tidak seperti itu, maksudku kesan kalau kamu adalah peserta yang harus diwaspadai semakin meningkat,"kata Noa.

"Begitu ya, kalau aku adalah orang yang harus diwaspadai. Kenapa kamu mau pergi bersamaku terus ?,"tanya ku kepada Noa.

"Justru karena kamu orang yang harus diwaspadai, makanya aku harus bersama denganmu agar aku tau kamu orang yang seperti apa. Mungkin seperti untuk mencari tahu tentang kekuatanmu ?, tapi tenang saja, aku tak ada niat jahat dengan mengikutimu terus, lagipula kita teman kan ?,"tanya Noa setelah menjelaskan.

"Teman ya ? Yah lagipula aku tak merasa terganggu ketika pergi bersamamu,"jawabku.

"Lagipula benar kata dia, aku tak merasakan sedikit pun niat jahat darinya, apa memang dia orang yang suka berperilaku bebas seperti itu ?," pikirku dalam hati.

"Nah kan kamu akhirnya mengakuinya, kalau kita berdua lulus ujian masuk akademi, bagaimana kalau kita membuat team ? Kita akan membuat team kita menjadi yang tak terkalahkan"kata Noa dengan semangat.

"Kenapa kamu kepikiran untuk membuat team bersamaku ? Bagaimana jika kita malah berada dalam kondisi untuk berduel di akademi nanti, misal seperti melakukan ujian berduel melawanmu ? ,"tanyaku.

"Yah duel dalam ujian adalah hal lain, tapi aku ingin membentuk team yang digunakan untuk kita jika ada ujian atau praktek yang mengharuskan kita berada dalam sebuah team. Jika kita membentuk team dari awal dan suatu saat ada ujian untuk team, kita tak perlu membentuk team secara tiba-tiba. Lagian membentuk team bukan untuk sebuah ujian saja, kita bisa membangun ikatan dengan latihan bersama atau kumpul dan jalan-jalan bersama, ya kan ?"kata Noa menjelaskan.

"Kamu membicarakan seperti itu, tapi yang kamu ajak baru aku saja, berarti team ini baru beranggotakan 2 orang ?,"tanyaku.

"Yah aku kan baru kepikiran membuat ini, lagipula orang yang berinteraksi dengan ku dari awal kan cuma kamu doang, Rid. Wajar jika aku langsung mengajakmu, untuk anggota lain bisa nanti lah,"jawab Noa.

"Yah terserah kamu saja, lagipula sebelum membicarakan tentang team, kita harus lulus dalam ujian masuk ini, masih tersisa 2 ujian lagi,"kataku.

"Haha benar juga ya, masih tersisa 2 ujian lagi. Ya sudah pembicaraan tentang team kita lanjutkan nanti saja,"kata Noa.

-

Setelah ku mengobrol barusan dengan Noa, aku menyadari jika semua peserta memandangiku.

"Dia kah orangnya yang mendapatkan poin 100 ?,"

"Rakyat biasa mendapatkan 100 poin, itu tak mungkin,"

"Pasti dia melakukan trik curang saat ujian,"itulah kata-kata yang mereka katakan, sebagian besar seperti menyindir dan meragukan bahwa aku mendapatkan 100 poin, ya aku pun sendiri juga meragukan kenapa cuma aku satu-satunya yang mendapatkan 100 poin.

"Sepertinya kamu sudah menjadi populer, Rid,"kata Noa yang juga menyadari jika para peserta mulai memandangiku.

"Aku tak terlalu menginginkannya, lagian mereka tau kalau aku yang mendapatkan 100 poin tadi karena kamu berbicara dengan keras kepadaku,"kataku.

"Hehehe maaf Rid, tapi ini baru awal kepopuleranmu, masih ada 2 ujian untuk menentukannya,"kata Noa kepadaku.

"Sudah kubilang tadi kalau aku tak menginginkan kepopuleran, aku cuma mau lulus ujian saja,"kataku.

"Tapi misalnya kamu serius untuk menjalani ujiannya dan membuatmu mendapatkan peringkat 1 di akhir ujian, bukannya nanti kamu bakal populer ? Bukan dari angkatan yang sekarang saja, tapi pasti angkatan yang sebelumnya juga,"kata Noa.

"Ya mungkin aku akan serius untuk ujian, tapi kalo misalnya nanti membuat ku menjadi populer aku tak peduli, lagipula aku tak menginginkan menjadi populer,"kataku pada Noa.

Setelah aku mengobrol begitu dengan Noa, ada seseorang yang menghampiri kami.

"Jadi namamu Rid Archie ya ? Padahal tadi kita sudah berbincang sebelumnya tapi aku belum mengetahui namamu,"kata seseorang yang ternyata adalah Pangeran Charles.

Pangeran Charles hanya sendiri menghampiriku.

"Pangeran ? Ada apa ya sampai menghampiri saya ?,"tanyaku kepada Pangeran.

"Aku hanya penasaran dengan orang yang satu-satunya mendapatkan 100 poin, ternyata kamu yang tadi ada di kantin. Tadi memang kita sempat berbincang, tapi kita belum berkenalan secara resmi. Salam kenal, namaku Charles Estella San Fulgen,"kata Pangeran tersebut sambil mengulurkan tangan.

"Nama saya Rid Archie, Pangeran,"kataku sambil menjabat uluran tangan Pangeran dan sambil menunduk hormat.

"Sudah-sudah, tidak usah formal begitu dengan memanggilku Pangeran. Lagipula kita seumuran dan kita sama-sama calon murid yang mengikuti ujian masuk,"kata Pangeran.

"Apa benar tidak apa-apa, Pangeran ? Saya takutnya bersikap tidak sopan jika tidak bersikap formal, lagian saya hanya rakyat jelata,"kataku kepada Pangeran.

"Tidak apa-apa, santai aja. Mau itu bangsawan lain dan rakyat biasa, sama saja. Disini kita sama-sama calon murid,"kata Pangeran

"Baiklah kalau begitu, hmm Charles ?,"tanya ku.

"Benar, panggil namaku langsung saja. Lagian aku ingin belajar disini dengan teman-teman yang memanggilku langsung dengan nama bukan memakai gelar. Kalau begitu, aku juga akan memanggilmu Rid,"kata Pangeran.

"Silahkan, Charles,"kataku kepada Charles.

Entah kenapa aku langsung terbiasa bisa memanggil namanya tanpa memakai gelar.

- Bersambung